JAKARTA, KOMPAS.com - Bank Indonesia (BI) berencana mempertahankan suku bunga acuan rendah selama inflasi masih terjaga, dan belum memberikan dampak terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.
Langkah tersebut diambil BI sebagai salah satu respons dari kebijakan normalisasi likuiditas global dan rencan kenaikan suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve.
"Kami akan melanjutkan implementasi suku bunga rendah, di mana saat ini 3,5 persen, sampai dengan ada tanda-tanda awal tekanan fundamental perekonomian dari inflasi," ujar Gubernur BI, Perry Warjiyo, dalam rangkaian side event presidensi G20 Indonesia menuju 1st FMCBG, Rabu (16/2/2022).
Baca juga: Pemerintah Kantongi Rp 23 Triliun dari Hasil Lelang 7 Seri Surat Utang Negara
Perry mengatakan, kebijakan normalisasi likuditas global perlu diantisipasi dengan baik, guna meminimalisir dampak terhadap perekonomian nasional.
Selain mempertahankan suku bunga acuan, BI juga akan melanjutkan stabilisasi pasar keuangan, melalui triple intervention, sehingga rupiah dapat bergerak sesuai dengan fundamentalnya, di tengah kondisi pasar yang dibayang-bayangi ancaman dampak exit strategy global.
Pada saat bersamaan, untuk bank sentral juga mulai mengurangi likuditias perbankan yang berlebih. Ini akan dilakukan bank sentral dengan menaikan Giro Wajib Minimum (GWM) secara bertahap.
"Tapi juta tetap memastikan bank tetap melanjutkan pembiayaan ekonomi dan berpartisipasi dalam pembiayaan surat utang pemerintah," kata Perry.
Baca juga: Sri Mulyani Sebut Covid-19 Bukan Pandemi Terakhir, Negara G20 Harus Siap-siap
Kebijakan-kebijakan itu diambil BI, sebagai respons preemptive terhadap berbagai kebijakan normalisasi global, sehingga diharapkan kondisi ekonomi makro Indonesia dapat tetap terjaga di tengah momentum pemulihan.
"Ini kita koordinasikan dengan kebijakan nasional," ucap dia.
Sebagai informasi, normalisasi kebijakan likuiditas global menjadi salah satu bahasan utama dalam gelaran G20 jalur keuangan atau finance track.
Implementasi normalisasi kebijakan di tengah kondisi pemulihan ekonomi global yang tidak merata akan berdampak terhadap perekonomian negara lain, khususnya negara berkembang yang tengah berupaya pulih dari dampak pandemi Covid-19.
Baca juga: Rupiah dan IHSG Menguat di Sesi I, Asing Koleksi Saham ARTO, BBNI, dan BBCA
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.