KOLOM BIZ
Konten ini merupakan kerja sama Kompas.com dengan Experd Consultant
Eileen Rachman dan Emilia Jakob
Character Building Assessment & Training EXPERD

EXPERD (EXecutive PERformance Development) merupakan konsultan pengembangan sumber daya manusia (SDM) terkemuka di Indonesia. EXPERD diperkuat oleh para konsultan dan staf yang sangat berpengalaman dan memiliki komitmen penuh untuk berkontribusi pada perkembangan bisnis melalui layanan sumber daya manusia.

Hubungan Mentor-Mentee

Kompas.com - 19/02/2022, 07:58 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

MANTAN Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan pernah ditanya tentang siapa mentornya.

Menjawab pertanyaan tersebut, Dahlan langsung menyebutkan salah seorang tokoh di media dan menceritakan apa saja yang dipelajari dari tokoh tersebut. Ia pun menceritakan bagaimana tokoh itu menjadi role model dalam kariernya.

Kisah tersebut dapat menjadi salah satu contoh hubungan mentor-mentee yang sukses dan menunjukkan hasil.

Banyak organisasi menyadari bahwa proses pengembangan keterampilan kepemimpinan tidak cukup bila dijalani oleh individu tanpa bimbingan dari para seniornya.

Di samping itu, senior yang ditunjuk juga harus memiliki keterampilan yang mumpuni untuk dapat membimbing juniornya agar dapat mencapai tujuan yang ditetapkan. Inilah sebabnya, program coaching dan mentoring ramai digalakkan di organisasi.

Namun, kita juga melihat sering kali program tersebut dikalahkan dengan kesibukan operasional sehari-hari. Padahal, mentoring adalah momen yang mungkin dapat dinikmati seumur hidup, baik oleh mentor maupun mentee.

Sebuah perusahaan konsultan ternama mengembangkan program mentor-mentee. Program ini memberikan fasilitas makan siang sebulan sekali kepada para eksekutif beserta mentornya.

Pembicaraan dalam momen tersebut tidak dipantau. Tidak ada pula daftar isian yang harus dilengkapi. Namun, hasilnya sungguh mengagumkan.

Para eksekutif tidak pernah lupa pada mentornya dan pesan-pesannya. Beberapa prinsip hidup dan bekerja para mentor pun mereka jadikan sebagai pegangan.

Bila hubungan mentor-mentee tersebut bisa demikian indah dan bermanfaat, mengapa kita sering merasa bahwa program ini sangat sulit diimplementasikan?

Banyak orang mengharapkan hasil nyata yang kasat mata dari hubungan mentor-mentee. Padahal, hasil yang didapatkan sering tidak berwujud serta hanya bisa dihayati oleh mentor dan mentee yang bersangkutan.

Mentorship bukanlah program pelatihan. Hal ini tidak secara khusus mengajarkan keterampilan tertentu. Keluaran dari mentorship adalah hubungan yang berkualitas antara dua orang yang berbeda pengalaman dan keahliannya.

Hasil saling berbagi dalam hubungan tersebutlah yang akan dirasakan oleh mentee dan bisa jadi dirasakan juga oleh mentornya.

Mentorship berjalan penuh empati sehingga hambatan-hambatan komunikasi sudah terdobrak menjadi komunikasi terbuka dan saling menambah wawasan.

Senior semakin mengerti mengenai kehidupan kerja para junior. Sebaliknya, junior mendapatkan wawasan mengenai nilai dan perspektif yang sarat dengan pengalaman hidup.

Meski demikian, hubungan mentor-mentee tidak selamanya mulus. Kondisi ini sering kali disebabkan power imbalance sehingga mutual benefit di antara mentor dan mentee menjadi tidak terasa.

Hal tersebut membuat mentee mudah “merasa kecil” dan hanya merunduk-runduk kepada senior yang sudah berpengalaman. Sementara, mentor merasa mentee-lah yang lebih membutuhkannya sehingga cenderung “angin-anginan” saja dalam menyediakan waktunya.

Pada hubungan seperti itu, aliran empati biasanya tidak akan terasa tulus.

Eileen RachmanDok. EXPERD Eileen Rachman

Setiap pihak, baik mentor maupun mentee, perlu menghayati bahwa hubungan ini memiliki keuntungan bagi dirinya. What’s in it for me-nya perlu diperjelas bagi diri masing-masing, bukan sekadar bagi perusahaan ataupun pihak lainnya.

Proses mentoring yang berhasil akan membuka wawasan mentee mengenai budaya, nilai-nilai perusahaan, industri, dan kesempatan-kesempatan berkembang lainnya.

Sebaliknya, mentor juga mendapat keuntungan. Ia mendapatkan wawasan baru mengenai perspektif anak muda yang memiliki gaya hidup dan pemikiran berbeda dengan dirinya. Hal ini sangat berguna bagi mereka untuk memahami pasar yang dikuasai generasi muda.

Mentorship sama dengan hubungan profesional yang “win-win

Dalam hubungan mentorship, mentor tidak memberi nasihat secara bertubi-tubi pada mentee. Ia juga tidak memberi pertanyaan-pertanyaan yang menyudutkan para mentee.

Lewat hubungan tersebut, mentor berusaha memahami wawasan mentee, lalu memberi pandangan yang lebih luas kepada mereka. The role of the mentor is to help the mentee develop their quality of thinking and help them to put it in context.

Jadi, tugas mentor dalam mentoring lebih banyak mendengar dan bertanya untuk menggali perspektif si mentee, serta membantunya untuk memahami diri sendiri dalam merancang masa depannya.

Di samping itu, respek antara kedua belah pihak sangat penting dalam hubungan mentorship. Mentorship is a gift of time and expertise built on mutual respect and trust, with clear rules of engagement.

Tips bagi para mentor

Sebagai mentor, kita tidak bisa lepas dari hubungan pribadi dengan mentee kita. Inilah sebabnya, kita perlu mendalami kehidupan personal mentee lebih dari sekadar hubungan kerja. Hanya dengan cara inilah kita dapat membina koneksi personal yang berkualitas.

Mentor selalu harus mengingatkan diri untuk tetap berpikiran terbuka bahwa ia tidak selalu benar. Tanyakan kepada mentee bagaimana ia menghendaki proses mentoring ini berlangsung.

Mungkin saja, jawaban yang kita terima di luar ekspektasi. Sebab, mereka memiliki pandangan yang berbeda ketika kita berusia sebaya mereka. Sikap menerima pandangan berbeda inilah yang perlu kita kembangkan.

Tips untuk para mentee

Proses mentorship yang diprogramkan perusahaan sering kali dilihat sebagai kewajiban. Hal ini terkadang membuat mentee tidak mempunyai rasa memiliki terhadap proses mentorship.
Padahal, hanya kita yang dapat berinvestasi untuk karier kita sendiri. Kitalah yang perlu mengupayakan pencapaian sasaran.

Kita pun perlu membangun rasa percaya terhadap proses mentoring sekaligus juga dengan mentor kita. Bila respek dan trust tidak dikembangkan, waktu yang kita gunakan untuk proses mentoring akan terbuang percuma.

Seorang mentee harus sadar, perjalanan kariernya masih panjang. Oleh karena itu, ia masih harus terus belajar dan berkembang. Sehubungan dengan itu, seorang mentee harus terus memelihara semangat belajarnya untuk menyerap hal-hal baru yang ia temui sepanjang proses mentorship.

Yakinlah, usaha tidak akan mengkhianati hasil. Sesuatu yang berharga dalam hidup dicapai melalui kerja keras. Karenanya, jangan segan-segan mengerjakan “pekerjaan rumah” untuk pengembangan diri kita.


Terkini Lainnya

komentar di artikel lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com