Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sederet Jejak Digital Janji Jokowi Setop Impor Kedelai

Kompas.com - Diperbarui 23/02/2022, 09:19 WIB
Muhammad Idris

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - "Kalau ke depan Jokowi-JK yang jadi, kita harus berani setop impor pangan, setop impor beras, setop impor daging, bawang, kedelai, sayur buah, ikan, karena semua itu kita punya," ucap Joko Widodo (Jokowi).

Itulah sepenggal kalimat tegas yang diucapkan Jokowi sebelum menjadi Presiden RI, atau tepatnya saat berkampanye di daerah Cianjur, Jawa Barat, dikutip dari pemberitaan kantor berita Antara pada Juli 2014.

Menurut Jokowi saat itu, Indonesia adalah negara agraris, tetapi ironisnya terlalu bergantung pada impor pangan. Sederet janji Jokowi untuk menghentikan impor pangan apabila terpilih menjadi Presiden RI juga mudah ditemukan dari jejak digital. 

Masih menurut Jokowi, permasalahan impor pangan bahkan sangat berkaitan dengan segelintir oknum yang lebih mementingkan mengeruk keuntungan pribadi.

Baca juga: Hutan Dibabat demi Sawit, Tapi Minyak Goreng Justru Langka dan Mahal

Jokowi yang kala itu masih menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta menuturkan, mengatasi persoalan pangan sebetulnya tidaklah rumit. Kerumitan terjadi karena memang banyak kepentingan di dalamnya.

"Ini karena semua ada mafianya, mafia daging ada, mafia beras, mafia haji, mafia minyak, semua ada. Sebetulnya persoalan ini tidak rumit. Tapi menjadi rumit karena banyak kepentingan, ada yang ingin dapat uang, dapat komisi, sehingga kita impor-impor. Bocor-bocor," tegas Jokowi.

Bocor sendiri merujuk pada ungkapan populer saat Pilpres lantaran kerap diucapkan oleh pesaing Jokowi, Prabowo Subianto (kini Menteri Pertahanan). Bocor artinya banyak kerugian negara akibat ulah para oknum. 

Janji pecat Menteri Pertanian

Usai memenangi Pilpres 2014 atau menjabat sebagai Presiden RI pada periode pertamanya, persoalan pangan memang jadi prioritas bagi Jokowi. Salah satunya masalah kedelai impor yang harus segera diatasi. 

Baca juga: Minyak Goreng Masih Mahal dan Langka, Giliran Harga Tahu Tempe Meroket

Meski dinilai banyak kalangan cukup ambisius, Jokowi menyatakan, Indonesia bisa melakukan swasembada tiga makanan pokok dalam tiga tahun saja. Ketiganya adalah padi, jagung, kedelai (pajale).

Seperti diketahui, harga kedelai di pasar internasional diperkirakan masih akan tinggi hingga pertengahan tahun ini. Cuaca buruk hingga kenaikan kebutuhan kedelai untuk pakan ternak jadi penyebabnya.

Kenaikan harga kedelai impor tersebut tentu saja bepengaruh besar terhadap harga tempe lokal mengingat sebagian besar produksinya bergantung kepada kedelai impor.

Kementerian Pertanian mencatat, sekitar 86,4 persen kebutuhan kedelai berasal dari impor. Selain karena minimnya ketersediaan kedelai lokal, produsen tempe dan tahu juga lebih memilih kedelai impor karena kualitasnya yang dianggap lebih baik.

Baca juga: Diduga Menimbun 1,1 Juta Liter Minyak Goreng di Sumut, Grup Salim: Untuk Mi Instan

Mengutip pemberitaan Kompas.com, 9 Desember 2014, Presiden Jokowi bahkan mengeklaim tak segan-segan memecat Menteri Pertanian jika target tersebut tak bisa direalisasikan. Saat itu, Menteri Pertanian periode 2014-2019 dijabat oleh Amran Sulaiman.

"Saya sudah beri target Menteri Pertanian tiga tahun, tidak boleh lebih. Hati-hati, tiga tahun belum swasembada, saya ganti menterinya," kata Presiden Jokowi saat memberi kuliah umum di Kampus Universitas Gadjah Mada Yogyakarta pada penghujung 2014 silam.

Janji itu kembali dilontarkan Jokowi saat membuka Kompas100 CEO Forum di Jakarta pada penghujung tahun pertamanya menjabat sebagai Presiden Indonesia.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Indef: Banjir Barang Impor Harga Murah Bukan Karena TikTok Shop, tapi...

Indef: Banjir Barang Impor Harga Murah Bukan Karena TikTok Shop, tapi...

Whats New
Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

Whats New
Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com