Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Biang Kerok Petani Ogah Menanam Kedelai Lokal

Kompas.com - 23/02/2022, 16:09 WIB
Muhammad Idris

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Indonesia adalah negara dengan konsumsi kedelai terbesar di dunia setelah China. Sebagian besar kedelai terserap untuk kebutuhan produksi tahu dan tempe.

Kalangan produsen tahu-tempe di DKI Jakarta dan sekitarnya mogok produksi sehingga pada Senin-Rabu, imbasnya produk tersebut tidak tersedia di pasaran. Aksi mogok juga diikuti berbagai produsen tahu-tempe di sejumlah daerah di Tanah Air.

Mogok produksi dilakuka sebagai respons dari melonjaknya harga kedelai impor sebagai bahan baku tahu tempe. Mereka meminta pemerintah agar gejolak harga tak terus berulang.

Permasalahan kedelai impor seolah jadi lagu lama yang terus berulang dan belum bisa diselesaikan hingga saat ini. Presiden Jokowi bahkan sempat menjanjikan Indonesia bisa swasembada kedelai, namun realitanya masih jauh panggang dari api.

Impor kedelai terpaksa harus dilakukan mengingat produksi kedeai lokal selalu jauh dari kata cukup. Produksi kedelai lokal masih berada di bawah 800.000 ton, sementara kebutuhan kedelai domestik setiap tahunnya berkisar di atas 2 juta ton.

Baca juga: Gurita Bisnis Grup Salim, Penguasa Minyak Goreng Indonesia

Dikutip dari Harian Kompas, selain upaya mendongkrak produktivitas, tantangan lain yang dihadapi petani kedelai adalah terkait jaminan harga dan penyerapan hasil panen.

Ketua Gabungan Kelompok Tani Pangudi Makmur Desa Belor, Kecamatan Ngaringan, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, Abdul Aris (56) berpendapat, petani di wilayahnya biasanya menanam kedelai sekali dalam setahun. Sementara di dua musim lain, petani menanam padi.

Akan tetapi, petani kerap menghadapi harga jual yang kurang optimal. Pada 2021, misalnya, harga jual kedelai Gepak Ijo atau varietas paling banyak yang ditanam petani mencapai Rp 9.000 per kilogram (kg).

Suasana mogok produksi di salah satu pabrik tahu di kawasan Depok, Selasa (22/2/2022). Mulai Senin (21/2/2022) hingga Rabu (23/2/2022) para perajin tahu dan tempe di Pulau Jawa aksi mogok produksi selama tiga hari akibat naiknya harga bahan baku kedelai.KOMPAS.com/KRISTIANTO PURNOMO Suasana mogok produksi di salah satu pabrik tahu di kawasan Depok, Selasa (22/2/2022). Mulai Senin (21/2/2022) hingga Rabu (23/2/2022) para perajin tahu dan tempe di Pulau Jawa aksi mogok produksi selama tiga hari akibat naiknya harga bahan baku kedelai.

”Padahal, idealnya di atas Rp 10.000 per kg. Paling sulit saat panen raya karena harga kedelai (di petani) jatuh sampai ke Rp 6.000-Rp 7.000 per kg. Itu jadi kendala yang membuat petani kurang tertarik menanam kedelai,” kata Aris.

Kedelai lokal juga dikembangkan di Desa Cibulan, Kecamatan Cidahu, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Petani menanam varietas Grobogan dan Anjasmoro di lahan bekas galian C.

Baca juga: Di era Soeharto, RI Bisa Swasembada Kedelai, Kenapa Kini Impor Terus?

Kepala Desa Cibulan Iwan Gunawan menyatakan, salah satu kendala dalam budidaya kedelai ialah sulitnya menjemur saat musim hujan. Dari segi harga, saat ini sebenarnya sudah relatif baik, yakni sekitar Rp 10.000 per kg.

Ia meyakini, budidaya yang baik akan menghasilkan kedelai berkualitas yang bahkan lebih baik dibandingkan dengan kedelai impor.

”Sekarang tinggal kesadaran masyarakat serta pembiasaan saja. Sosialisasi mesti terus digencarkan. Saya pikir lonjakan harga kedelai impor menjadi momentum bagi kedelai lokal,” ujar Iwan.

Selama ini, kedelai lokal selalu kalah bersaing dengan kedelai impor, khususnya dari sisi harga. Kedelai impor lebih murah dibandingkan dengan kedelai lokal dan porsinya makin besar dalam struktur pemenuhan kebutuhan kedelai nasional. Namun, kini harga kedelai impor umumnya lebih tinggi dibandingkan kedelai lokal.

Produktivitas rendah

Guru Besar Bidang Pangan, Gizi, dan Kesehatan IPB University sekaligus Ketua Forum Tempe Indonesia Made Astawan mengatakan, produktivitas kedelai di Indonesia berkisar setengah dari produktivitas kedelai di AS.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com