Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Banyak Orang RI Tidak Menyadari, Tempe Dibuat dari Kedelai Transgenik

Kompas.com - 23/02/2022, 20:06 WIB
Muhammad Idris

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Indonesia adalah negara dengan konsumsi kedelai terbesar di dunia setelah China. Sebagian besar kedelai terserap untuk kebutuhan produksi tahu dan tempe.

Kalangan produsen tahu-tempe di DKI Jakarta dan sekitarnya mogok produksi sehingga pada Senin-Rabu, imbasnya produk tersebut tidak tersedia di pasaran. Aksi mogok juga diikuti berbagai produsen tahu-tempe di sejumlah daerah di Tanah Air.

Mogok produksi dilakuka sebagai respons dari melonjaknya harga kedelai impor sebagai bahan baku tahu tempe. Mereka meminta pemerintah agar gejolak harga tak terus berulang.

Permasalahan kedelai impor seolah jadi lagu lama yang terus berulang dan belum bisa diselesaikan hingga saat ini. Presiden Jokowi bahkan sempat menjanjikan Indonesia bisa swasembada kedelai, namun realitanya masih jauh panggang dari api.

Baca juga: Di era Soeharto, RI Bisa Swasembada Kedelai, Kenapa Kini Impor Terus?

Impor kedelai terpaksa harus dilakukan mengingat produksi kedeai lokal selalu jauh dari kata cukup. Produksi kedelai lokal masih berada di bawah 800.000 ton, sementara kebutuhan kedelai domestik setiap tahunnya berkisar di atas 2 juta ton.

Direktur Aneka Kacang dan Umbi Kementerian Pertanian (Kementan) Yuris Tiyanto menjelaskan, kedelai lokal mempunyai dua kelebihan dibandingkan dengan yang impor yaitu, kandungan gizi yang lebih tinggi dan organik alias bukan produk GMO

"Memang betul kalau kedelai kita itu kandungan gizinya tinggi. Kedua, kita non-GMO, itu non-transgenik. Kedelai luar itu kan GMO, ini yang tidak banyak diterangkan," kata Yuris dikutip dari Antara, Rabu (23/2/2022).

Sebagai informasi, Genetically Modified Organis (GMO) atau transgenik adalah rekayasa genetik yang dilakukan pada suatu tanaman untuk menghasilkan produk yang diinginkan.

Baca juga: Sederet Jejak Digital Janji Jokowi Setop Impor Kedelai

Sederhananya, GMO adalah organisme, baik hewan, tanaman, maupun mikroorganisme yang telah diubah material genetiknya (DNA) secara sengaja, bukan secara alamiah. Sementara produk rekayasa genetika merupakan produk yang diproduksi dari atau menggunakan GMO.

Sebenarnya, ratusan tahun lalu, manusia telah merekayasa genetika beberapa komoditas pangan secara alami yaitu mengawinkan silang tanaman untuk mendapatkan ciri yang diinginkan.

Sebagai contoh, dulu jagung hanya merupakan rumput liar bernama teosinte yang berbiji kecil dan tidak banyak isinya. Namun, zaman dulu manusia telah berusaha untuk mendapatkan jagung yang sekarang kita kenal.

Beberapa produk rekayasa genetik alami sederhana lainnya seperti tomat dan berbagai macam buah-buahan yang berukuran besar dan rasa lebih manis.

Baca juga: Ini Biang Kerok Petani Ogah Menanam Kedelai Lokal

Di banyak negara, produk-produk GMO kerapkali ditentang karena diyakini bisa berdampak buruk terhadap kesehatan apabila terlalu sering dikonsumsi manusia.

Banyak kalangan mengkhawatirkan risiko baru dari pangan hasil rekayasa genetika seperti alergi makanan, kenaikan resistansi antibiotik, dan dampak kesehatan manusia yang tidak diinginkan lainnya.

Di Amerika Serikat sendiri yang merupakan produsen kedelai dunia dan pemasok kedelai terbesar ke Indonesia, produk kedelai dari GMO selama puluhan tahun masih jadi kontroversi. 

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com