JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) memberikan sinyal untuk menjadikan Indonesia sebagai hub atau pusat produksi vaksin covid-19 di Asia Tenggara.
Hal itu menyusul ditunjuknya Indonesia oleh WHO sebagai salah satu penerima manfaat dari transfer teknologi vaksin berbasis mRNA. Vaksin mRNA merupakan salah satu jenis vaksin yang dikembangkan untuk menangani atau mencegah penyebaran Covid-19.
Erick menyatakan, sinergitas antara Kementerian BUMN, Kementerian Kesehatan, dan Kementerian Luar Negeri menjadi kunci agar bisa mendapat kepercayaan dari WHO.
"Kolaborasi yang baik antara Menkes, Menlu dan kami, dari BUMN yang membuat WHO memberikan kepercayaan kepada Indonesia untuk membuat vaksin mRNA," ujar Erick dalam keterangan tertulisnya, Kamis (24/2/2022).
Baca juga: Total Laba Bank-bank BUMN Melonjak 78 Persen Tembus Rp 72 Triliun, Ini Kata Erick Thohir
Dia menjelaskan, nantinya PT Bio Farma (Persero) menjadi perusahaan Indonesia yang akan memproduksi vaksin mRNA.
Erick menyebut, induk holding BUMN farmasi itu telah lama dikenal sebagai manufaktur vaksin terbesar di Asia Tenggara dengan kapasitas produksi biofarma mencapai 3,2 miliar meliputi 14 jenis vaksin yang sudah diekspor ke lebih dari 150 negara.
"Kepercayaan dari WHO ini hanya permulaan. Ini juga bagian dari program transformasi besar-besaran yang sedang kami lakukan di holding BUMN farmasi," imbuh Mantan Bos Inter Milan itu.
Erick menambahkan, Indonesia juga menetapkan sektor kesehatan sebagai salah satu fokus utama dalam penyelenggaran Presidensi G20. Sektor ini memiliki dampak besar dalam sektor lain seperti ekonomi, pendidikan, hingga sosial.
Oleh sebab itu, dia menilai, persoalan pemerataan vaksin hingga transfer teknologi harus menjadi prioritas dalam mengatasi persoalan sektor kesehatan, terutama di masa pandemi.
"Karena ketika kita bicara tentang kesehatan, kita tidak hanya bicara tentang kegiatan kesehatan semata, tapi kita juga bicara tentang ekonomi, pendidikan, sosial, dan lain-lain," lanjut Erick.
Sebagai informasi, WHO berencana mendirikan pusat pelatihan untuk melatih negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah untuk memproduksi vaksin mRNA. Tujuannya, untuk memupus kesejenjangan lokasi produksi yang selama ini terpusat di negara-negara berpendapatan tinggi.
WHO pun menunjuk Indonesia sebagai salah satu negara penerima transfer teknologi untuk pembuatan vaksin mRNA, selain Pakistan, Serbia dan Vietnam.
Baca juga: Kimia Farma Peroleh Sub-Lisensi Obat Covid-19 Molnupiravir
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.