KOMPAS.com - Ruas jalan Tol Manado-Bitung telah terhubung secara penuh dan akan mulai dioperasikan pada pekan ini. Namun, volume lalu lintas kendaraan pada ruas tersebut tercatat masih rendah.
Selain itu, pengguna Tol Manado-Bitung masih didominasi kendaraan pribadi alias golongan I. Sementara untuk kendaraan sedang dan besar seperti truk (golongan II-V), masih sangat minim sekali.
Jalan tol ini belum menjadi pilihan utama bagi para pelaku industri meski bisa memangkas waktu pengiriman barang. Hal ini karena tingginya tarif tol untuk truk.
Karena tarif tol yang dianggap mahal, banyak pengusaha di kedua kota itu masih enggan menggunakan jalan bebas hambatan.
Baca juga: Deretan 7 Jalan Tol Terpanjang di Indonesia
”Dunia usaha maunya pakai tol supaya pengiriman lebih efektif dan efisien. Tetapi, kalau di-charge terlalu tinggi, ya, tidak mungkin," kata Daniel Singal Pesik, direktur salah satu perusahaan pengolahan ikan di Manado, PT Damai Sejahtera Persada, dilansir dari Kompas.id, Jumat (25/2/2022).
Meski diakui lebih cepat dari sisi waktu dengan menggunakan jalan tol, namun biaya yang harus dikeluarkan dinilai masih tidak sepadan.
"Tarif tol itu sama dengan uang makan dan rokok untuk sopir dan kenek,” ujar Daniel.
Jalan Tol Manado-Bitung mulai dibangun pada 2016 dengan sistem kerja sama pemerintah dan badan usaha (KPBU).
Dengan nilai investasi sebesar Rp5,12 triliun, jalan tol ini telah diresmikan pada September 2020 oleh Presiden Joko Widodo. Namun, sementara ini hanya 26,35 km yang sudah beroperasi.
Baca juga: 7 Kota di Indonesia yang Dibangun Penjajah Belanda dari Nol
Menurutnya, jalan tol yang menghubungkan Manado sebagai ibu kota provinsi dan Bitung sebagai kota pelabuhan itu merupakan kebutuhan riil bagi industri. Namun, keinginan untuk memanfaatkannya terhadang biaya tol yang terlalu mahal.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.