Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perang Rusia-Ukraina, Ini Dampak Besarnya kepada Warga Indonesia

Kompas.com - 25/02/2022, 10:31 WIB
Muhammad Idris

Penulis

Sumber ,BPS

KOMPAS.com - Meletusnya serangan Rusia ke Ukraina telah mengguncang perekonomian dunia. Tak bisa dipungkiri, Indonesia pun bakal terkena dampaknya. Terutama terkait dengan pasokan gandum ke Indonesia.

Meski bukan makanan pokok, konsumsi gandung di Tanah Air terbilang sangat tinggi. Gandum dipakai sebagai bahan utama pembuatan mi instan, roti, bahkan gorengan dan beragam jajanan yang banyak menggunakan tepung terigu.

Baca juga: Indonesia Malah Diuntungkan dari Perang Rusia–Ukraina? Ini Penjelasannya

Sekadar informasi, tak hanya dengan Rusia, Ukraina juga sebenarnya punya hubungan dagang yang erat dengan Indonesia, meski negara ini masuk dalam golongan mitra dagang non-tradisional. 

Indonesia merupakan salah satu importir utama gandum di dunia. Posisinya bahkan mengungguli Turki dan Mesir, dua negara yang menjadikan gandung sebagai makanan pokok.

Baca juga: Rusia-Ukraina Perang, Harga Emas Batangan Pegadaian Meroket Tajam

Dikutip dari data yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS), Ukraina berada di urutan pertama asal gandum yang diimpor Indonesia. Volumenya juga mengalami kenaikan dari tahun ke tahun.

Sebagai contoh, sepanjang 2020 saja, impor gandum Indonesia dari Ukraina mencapai 2,96 juta ton. Impor gandung dari Ukraina ini, jauh melampaui keseluruhan impor kedelai Indonesia dari berbagai negara di Benua Amerika.

Sebagai perbandingan pada tahun 2020, impor gandum terbesar lainnya berasal dari Argentina sebesar 2,63 juta ton dan Kanada sebanyak 2,33 juta ton.

Sementara secara keseluruhan di tahun 2020, total impor gandung Indonesia adalah sebanyak 10,299 juta ton. Artinya, Ukraina berkontribusi pada lebih 20 persen stok gandum di Tanah Air.

Baca juga: Berapa Jumlah BUMN di China dan Mengapa Mereka Begitu Perkasa?

Besarnya impor gandum membuat Indonesia juga rutin mencatatkan defisit perdagangan dengan Kiev. Devisa Indonesia yang tersedot untuk membayar gandum impor asal Ukraina mencapai 707,568 juta dollar AS atau setara Rp 10,16 triliun (kurs Rp 14.360).

Dilansir dari Kontan, selain gandum, Indonesia juga sangat bergantung pada beberapa komoditas dari negara pecahan Soviet itu. Produk impor lain yang cukup besar didatangkan dari Ukraina adalah besi baja.

“Sehingga ini dikhawatirkan akan mempengaruhi stok gandum dan produsen makanan di dalam negeri,” kata Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira.

Di samping itu, dampak perang Rusia vs Ukraina juga akan meningkatkan inflasi dan meningkatkan biaya logistik yang akan jauh lebih mahal. Sehingga kebutuhan pokok turut akan meningkat dan daya beli masyarakat akan semakin rendah.

Baca juga: Rusia Serang Ukraina, Bagaimana Dampaknya ke Pasar Modal Indonesia?

Bhima mengatakan, langkah yang perlu dilakukan oleh pemerintah adalah dengan melakukan antisipasi dengan melakukan penambahan dana Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) di mana sebagian dialokasikan untuk stabilitas harga pangan dan stabilitas harga energi.

Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menyoroti dampak konflik geopolitik Rusia-Ukraina terhadap kelangsungan bisnis dan perekonomian Indonesia.

Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Hubungan Internasional Shinta Kamdani menyampaikan, baik Rusia dan Ukraina bisa disebut sebagai rekan dagang dan investasi yang nontradisional bagi pelaku usaha Indonesia.

Halaman:
Sumber ,BPS
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Whats New
Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Whats New
Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Whats New
Puasa Itu Berhemat atau Boros?

Puasa Itu Berhemat atau Boros?

Spend Smart
Kadin Proyeksi Perputaran Uang Saat Ramadhan-Lebaran 2024 Mencapai Rp 157,3 Triliun

Kadin Proyeksi Perputaran Uang Saat Ramadhan-Lebaran 2024 Mencapai Rp 157,3 Triliun

Whats New
Kebutuhan Dalam Negeri Jadi Prioritas Komersialisasi Migas

Kebutuhan Dalam Negeri Jadi Prioritas Komersialisasi Migas

Whats New
Ratusan Sapi Impor Asal Australia Mati Saat Menuju RI, Badan Karantina Duga gara-gara Penyakit Botulisme

Ratusan Sapi Impor Asal Australia Mati Saat Menuju RI, Badan Karantina Duga gara-gara Penyakit Botulisme

Whats New
Watsons Buka 3 Gerai di Medan dan Batam, Ada Diskon hingga 50 Persen

Watsons Buka 3 Gerai di Medan dan Batam, Ada Diskon hingga 50 Persen

Spend Smart
Utang Pemerintah Kian Bengkak, Per Februari Tembus Rp 8.319,22 Triliun

Utang Pemerintah Kian Bengkak, Per Februari Tembus Rp 8.319,22 Triliun

Whats New
Heran Jasa Tukar Uang Pinggir Jalan Mulai Menjamur, BI Malang: Kurang Paham Mereka Dapat Uang Dari Mana...

Heran Jasa Tukar Uang Pinggir Jalan Mulai Menjamur, BI Malang: Kurang Paham Mereka Dapat Uang Dari Mana...

Whats New
Dongkrak Performa, KAI Logistik Hadirkan Layanan 'Open Side Container'

Dongkrak Performa, KAI Logistik Hadirkan Layanan "Open Side Container"

Whats New
Sumbangan Sektor Manufaktur ke PDB 2023 Besar, Indonesia Disebut Tidak Alami Deindustrialisasi

Sumbangan Sektor Manufaktur ke PDB 2023 Besar, Indonesia Disebut Tidak Alami Deindustrialisasi

Whats New
Harga Bahan Pokok Jumat 29 Maret 2024, Harga Ikan Tongkol Naik

Harga Bahan Pokok Jumat 29 Maret 2024, Harga Ikan Tongkol Naik

Whats New
Modal Asing Kembali Cabut dari RI, Pekan Ini Nilainya Rp 1,36 Triliun

Modal Asing Kembali Cabut dari RI, Pekan Ini Nilainya Rp 1,36 Triliun

Whats New
Kerap Kecelakaan di Perlintasan Sebidang, 5 Lokomotif KA Ringsek Sepanjang 2023

Kerap Kecelakaan di Perlintasan Sebidang, 5 Lokomotif KA Ringsek Sepanjang 2023

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com