Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS

Jamin Ketersediaan Kedelai, Kementan Fasilitasi Pengembangan Lahan Pertanian di Grobogan

Kompas.com - 25/02/2022, 12:26 WIB
Dwi NH,
A P Sari

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kementerian Pertanian (Kementan) terus berupaya menjamin ketersediaan kedelai pada 2022, utamanya untuk mencukupi kebutuhan konsumsi rumah tangga.

Adapun upaya pemenuhan kedelai untuk kebutuhan konsumsi rumah tangga dilakukan Kementan melalui fasilitasi pengembangan 52.000 hektar (ha) lahan pertanian yang tersebar di 16 daerah. Salah satu daerah itu adalah di Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah (Jateng).

Seperti diketahui, kedelai adalah salah satu sumber pangan selain padi dan jagung yang digemari hampir semua lapisan usia. Komoditas pangan penghasil protein nabati ini mengalami peningkatan kebutuhan setiap tahun.

Kebutuhan akan kedelai terus meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk dan bahan baku industri olahan seperti tahu, tempe, kecap, dan susu.

Baca juga: Harga Kedelai Naik, Wagub Emil Apresiasi Pengrajin Tahu di Kediri yang Tetap Berproduksi

Kepala Dinas (Kadin) Pertanian Grobogan, Sunanto mengatakan, pihaknya menganggap kedelai sebagai kearifan lokal. Ini karena hasil seleksi panen semakin berkelanjutan sehingga menjadikan Grobogan sebagai salah satu sentra kedelai nasional.

"Dari hasil seleksi terus menerus itu menghasilkan varietas Grobogan. Jadi, varietas Grobogan itu bukan dari hasil pemuliaan, tetapi dari seleksi pemurnian varietas. Hal ini berlangsung lama sehingga menghasilkan varietas unggul nasional," katanya dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Jumat (25/2/2022).

Menurut Sunanto, kedelai varietas Grobogan memiliki beberapa keunggulan, salah satunya bersifat nontransgenik. Artinya, jenis kedelai yang ditanam bukan termasuk genetically modified organism (GMO) atau produk pangan rekayasa genetika.

Baca juga: Usulan Subsidi untuk Redam Harga Kedelai, Cips: Tidak Akan Efektif

Selain jenisnya, keunggulan kedelai varietas Grobogan adalah memiliki potensi produksi tinggi yang mencapai 3,2 ton per ha. Sunanto mengaku, petani kedelai di Grobogan pernah menghasilkan panen hingga 3 ton per ha.

"Keunggulan lainnya adalah kadar protein kedelai Grobogan tinggi, yaitu mencapai 43 persen. Selain itu, umur penanaman pendek, hanya sekitar 85 hari. Dan saat panen, daunnya sudah rontok sehingga memudahkan pemanenan karena polong kering," ucapnya.

Sunanto menjelaskan, sebagian besar hasil panen kedelai Grobogan selama ini digunakan sebagai benih. Untuk sisanya diserap oleh Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Jawa Barat (Jabar), tepatnya di Sumedang yang menggunakan kedelai Grobogan sebagai sumber olahan pangan.

Baca juga: Harga Kedelai Meroket, Tempe dan Tahu mulai Langka di Semarang

Keuntungan menanam kedelai

Pada kesempatan tersebut, Sunanto mengatakan, keuntungan menanam kedelai tidak lebih rendah dibandingkan menanam padi atau jagung.

Hasil analisis usaha yang dilakukan Dinas Pertanian Grobogan menunjukkan bahwa pendapatan petani kedelai sebesar Rp 152.000 per hari dengan input usaha tani hanya Rp 5 juta per ha.

Sementara itu, pendapatan petani padi per hari kurang lebih Rp 143.500 dan jagung Rp 127.000 per hari dengan input usaha tani rata-rata sebesar Rp 15 juta per ha.

"Kami ketahui, jagung itu butuh 110 hari, kalau padi sekitar 115 hari dan kedelai hanya 85 hari. Sehingga kalau misalnya pendapatan dibagi waktu tanam, maka sebenarnya kedelai paling menguntungkan," imbuh Sunanto.

Baca juga: Imbas Harga Kedelai Meroket, Harga Tempe di Tangsel Naik Mulai Hari Ini

Meski demikian, ia menegaskan bahwa jaminan kepastian harga merupakan kunci agar petani kembali bergairah menanam kedelai dan mendapatkan keuntungan.

Sementara itu, Direktur Aneka Kacang dan Umbi, Yuris Tiyanto menjelaskan, terdapat 16 daerah untuk pengembangan kedelai.

Adapun 16 daerah tersebut, yakni Sulawesi Selatan (Sulsel), Sumatera Utara (Sumut), Lampung, Jabar, Jawa Timur (Jatim), Banten, Nusa Tenggara Timur (NTT), Riau, Jambi, DIY, Jawa Tengah (Jateng), Bali, Kalimantan Selatan (Kalsel), Sulawesi Tengah (Sulteng), Sulawesi Tenggara (Sultra), dan Sulawesi Barat (Sulbar).

Baca juga: Mengingat Lagi Janji Swasembada Kedelai di Periode Pertama Jokowi

Dengan banyak jumlah daerah sebagai pengembangan kedelai, Yuris mengaku, pihaknya telah mengajak peran off taker atau penjamin komoditas sebagai avalis pembiayaan.

"Dengan menggandeng off taker, maka dimungkinkan akan menjadi penjamin untuk pembiayaan Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan sekaligus pemasaran hasil petani kedelai," ujarnya.

Yuris menyatakan, pihaknya akan terus mendorong petani untuk kembali menanam kedelai di sentra produksi kedelai yang sudah ada. Ia juga berharap produktivitas kedelai bisa meningkat. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com