Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Aknolt Kristian Pakpahan
Dosen Univeristas Katolik Parahyangan

Dosen Ilmu Hubungan Internasional, FISIP Universitas Katolik Parahyangan

Ancaman Krisis Baru Akibat Konflik Rusia Vs Ukraina

Kompas.com - 25/02/2022, 13:14 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Eropa adalah pasar utama Rusia untuk ekspor minyak dan gas alamnya, dan lebih jauh lagi, Eropa adalah sumber pendapatan utama Rusia.

Biaya penanganan pandemi Covid-19, pembekuan aset-aset Rusia di luar negeri sebagai bagian dari penetapan sanksi, dan biaya ‘perang’ di Ukraina membuat Rusia perlu mempertimbangkan secara cermat apakah akan mengurangi pasokan minyak dan gas alamnya ke Eropa atau bahkan menjadikan situasi ini sebagai bargaining power Rusia ke Eropa terkait pembenaran invasi Rusia ke Ukraina.

Krisis lain yang perlu diperhatikan lainnya adalah krisis pangan. Baik Rusia dan Ukraina merupakan produsen gandum besar di dunia.

Baik Rusia dan Ukraina menyumbangkan sekitar 25 persen dari total produksi gandum dunia. Sebelum terjadi krisis Rusia-Ukraina, menurut Badan Moneter Internasional (IMF), harga gandum sudah naik sekitar 80 persen karena pandemi Covid-19.

Jika terjadi gangguan pada produksi gandum di Ukraina dan ekspor gandum Rusia, hal ini akan menjadi ancaman baru krisis pangan ditandai dengan naiknya harga komoditas pangan berbahan baku gandum.

Biasanya bahan baku gandum digunakan untuk membuat roti, pasta, dan makanan kemasan lain seperti sereal.

Sekiranya terjadi gangguan pada lahan-lahan pertanian terutama produksi gandum di Ukraina dan gangguan pada pasokan (distribusi) gandum dari Rusia, hal ini dapat mengancam pasar pangan global dan stabilitas sosial.

Banyak negara di kawasan Afrika dan Timur Tengah yang sangat tergantung pada pasokan gandum dari Rusia dan Ukraina.

Hal ini tentunya dapat memicu krisis pangan baru dan ancaman instabilitas kawasan karena gejolak sosial.

Indonesia sangat tergantung pada impor gandum yang datang dari Ukraina untuk kebutuhan produksi produk makanan seperti mie instan.

Pada tahun 2019, total impor gandum Indonesia dari Ukraina mencapai 603 juta dollar AS.

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah ketidakpanikan Rusia akan ancaman pembatasan ekspor gandum.

Setelah pertemuan dengan Presiden Xi Jinping pada awal Februari 2022, Rusia dan Tiongkok bersepakat untuk bekerjasama lebih dalam terkait pemenuhan kebutuhan energi (gas) di Tiongkok dan kebutuhan produk pertanian (gandum).

Artinya, sanksi ekonomi dari negara-negara Barat dianggap tidak akan mematikan sektor ekspor Rusia karena ada Tiongkok yang siap menampung produk-produk Rusia.

Konflik Rusia-Ukraina perlu mendapatkan perhatian serius sekiranya konflik ini berlangsung lama tanpa adanya solusi yang baik.

Ancaman terjadinya krisis energi dan pangan yang berujung pada inflasi perlu dicermati bersama.

Apalagi, sektor ekonomi global masih belum pulih sepenuhnya dari pandemi Covid-19.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com