Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS

Upaya Kementan Cukupi Kebutuhan Kedelai lewat Pengembangan 52.000 Ha Lahan di Grobogan

Kompas.com - 25/02/2022, 13:40 WIB
Inang Sh ,
A P Sari

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Kementerian Pertanian (Kementan) terus berupaya menjamin ketersedian kedelai seiring meningkatnya pertumbuhan penduduk, kebutuhan konsumsi rumah tangga, dan kebutuhan bahan baku industri olahan, seperti tahu, tempe, kecap, dan susu.

Oleh karenanya, Kementan menggulirkan fasilitasi pengembangan 52.000 hektar (ha) kedelai yang tersebar di 16 daerah Indonesia, salah satunya di Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah (Jateng).

Kepala Dinas Pertanian Grobogan Sunanto mengatakan, sebagian besar hasil panen kedelai di Grobogan selama ini digunakan sebagai benih.

Sisa hasil panen kemudian diserap di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Jawa Barat (Jabar) untuk di daerah Sumedang yang selama ini menggunakan kedelai Grobogan sebagai sumber olahan pangan.

Sunarto mengatakan, keuntungan menanam kedelai tidak lebih rendah dibandingkan menanam padi atau jagung.

Baca juga: Jamin Ketersediaan Kedelai, Kementan Fasilitasi Pengembangan Lahan Pertanian di Grobogan

Hasil analisis usaha yang dilakukan Dinas Pertanian Grobogan menunjukkan, jika dihitung harian pendapatan petani kedelai bisa mencapai Rp 152.000 per hari dengan input usaha tani per ha hanya Rp 5 juta.

Sementara itu, pendapatan padi kurang lebih Rp 143.500 dan pendapatan petani jagung kurang lebih Rp 127.000 per hari dengan input usaha tani masing-masing dirata-ratakan sebesar Rp 15 juta per ha.

"Kita ketahui, jagung itu butuh 110 hari untuk dipanen. Kalau padi sekitar 115 hari, dan kedelai hanya 85 hari. Sehingga kalau misalnya pendapatan dibagi waktu tanam, maka sebenarnya kedelai paling menguntungkan," ujarnya di kantornya, Kamis (24/2/2022).

Untuk membuat petani kembali bergairah menanam kedelai dan mendapatkan keuntungan, lanjut Sunanto, kuncinya adalah adanya jaminan kepastian harga.

Lebih lanjut, Sunanto mengatakan, pihaknya menganggap kedelai sebagai kearifan lokal karena kedelai Grobogan merupakan hasil seleksi varietas yang dilakukan terus menerus. Hal itu juga yang menjadikan Grobogan sebagai salah satu sentra kedelai nasional.

Baca juga: Harga Daging Sapi Mahal, Kementan Minta Satgas Pangan Telusuri yang Bermain

"Dari hasil seleksi terus menerus itu menghasilkan varietas Grobogan. Jadi, varietas Grobogan itu bukan dari hasil pemuliaan, tapi dari seleksi pemurnian varietas. Ini berlangsung lama sehingga menghasilkan varietas unggul nasional," katanya dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Jumat.

Sunanto menjelaskan, kedelai varietas Grobogan memiliki beberapa keunggulan, antara lain bukan termasuk kedelai genetically modified organism (GMO) atau bukan tanaman transgenik.

Selain itu, varietas kedelai Grobogan memiliki potensi produksi tinggi mencapai 3,2 ton per ha. Bahkan, lanjut Sunanto, Grobogan pernah menghasilkan kedelai 3 ton per ha.

"Keunggulan lainnya, kadar protein kedelai Grobogan tinggi mencapai 43 persen. Selain itu, umur penanaman pendek, hanya 85 hari. Tak cuma itu, saat panen daunnya sudah rontok sehingga memudahkan pemanenan untuk polong kering," ungkapnya.

Di tempat terpisah, Direktur Aneka Kacang dan Umbi Kementan Yuris Tiyanto menyampaikan, pihaknya mengembangkan budi daya kedelai di 16 daerah.

Baca juga: Kementan Minta Warga Tenang, Stok Daging Sapi dan Kerbau Aman Jelang Ramadhan hingga Lebaran

Daerah-daerah tersebut, meliputi Sulawesi Selatan, Sumatera Utara, Lampung, Jawa Barat, Jawa Timur, Banten, Nusa Tenggara Timur, Riau, Jambi, DIY, Jateng, Bali, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Barat.

Oleh karena itu, kata Yuris, Kementan mengajak peran off taker sebagai avalis pembiayaan. Dengan begitu, mereka dimungkinkan untuk menjadi penjamin pembiayaan program Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan pemasaran hasil petani kedelai.

"Kami terus mendorong petani untuk kembali menanam kedelai di sentra produksi kedelai yang sudah ada. Kami berharap produktivitasnya bisa meningkat," tuturnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com