Ia dioperasikan oleh sebuah entitas usaha bentukan perusahaan logistik Jepang, Toyota Tsusho.
Perusahaan ini merupakan anak usaha pabrik mobil Toyota. Entitas bentukannya diberi nama Patimban International Car Terminal (PICT).
Perusahaan ini mendapat hak mengelola terminal kendaraan dari PPI. Tidak jelas berapa setoran yang harus dibayarkan oleh PICT untuk memperoleh hak itu.
Dengan melakukan pendelegasian pengelolaan terminal yang mereka kuasai, PPI sudah menjadi landlord alias induk semang.
Diperkirakan model bisnis seperti ini akan diulang kembali penerapannya untuk pengelolaan terminal petikemas dan terminal/dermaga lain yang ada dalam area pelabuhan Patimban.
Sejauh ini penulis belum mendengar kabar perihal bakal calon operator terminal peti kemas itu.
Namun, karena pembiayaan pengembangan pelabuhan Patimban sebagian besar pakai duit Jepang, dapat dipastikan korporasi mereka yang akan ditunjuk. Ini bagian dari kesepakatan pinjam-meminjam. Kita tunggu saja.
Ketika diresmikan oleh Presiden Joko Widodo pada Desember 2020, dari terminal kendaraan Patimban dikirim 140 mobil ke Brunei.
Setelah itu, dikapalkan lagi sekitar 700 unit mobil ke pelabuhan Belawan, Sumatera Utara.
Di antara pengiriman perdana dan kedua seperti yang disebut sebelumnya, sebetulnya sudah beroperasi pengapalan kendaraan ke pelabuhan Panjang, Pontianak dan Banjarmasin. Tetapi jumlahnya tidak banyak.
Operator yang melayani pengapalan ini masih (kala itu) Pelindo III. Sekarang posisi ini dipegang oleh PICT.
Pertanyaannya, bagaimanakah masa depan terminal kendaraan pelabuhan Patimban setelah dipegang oleh PICT? Di atas kertas, masa depan terminal kendaraan ini berprospek lumayan cerah.
Bagaimana tidak. Pabrik mobil Toyota berada di belakang mereka. Itu artinya PICT memiliki captive market. Dan, jumlahnya amat signifikan mengingat Toyota merupakan pemimpin pasar otomotif nasional.
Namun, pada kenyataannya bisa jadi bisnis terminal kendaraan yang dijalankan perusahaan tersebut akan suram, paling tidak untuk jangka waktu 3-5 tahun ke depan.
Begini alasannya. PICT (Toyota Tsusho tepatnya) bukanlah operator terminal kendaraan; mereka selama ini lebih banyak bergerak sebagai logistic service provider yang menjembatani pabrik, pelayaran hingga pembeli akhir.