Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perang Rusia-Ukraina Bikin Harga Mi Instan Naik? Ini Kata Pengusaha

Kompas.com - 27/02/2022, 18:16 WIB
Fika Nurul Ulya,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Gabungan Pengusaha Makanan Minuman (Gapmmi) turut menyoroti konflik antara Rusia dengan Ukraina.

Konflik dapat memicu kenaikan harga gandum yang menjadi bahan baku utama pembuatan mi instan, roti dan beberapa produk makanan lainnya. Hal ini memungkinkan harga mi instan hingga roti naik di pasaran.

Ketua Umum Gapmmi, Adhi S. Lukman mengatakan, pengusaha mempertimbangkan banyak hal sebelum menaikkan harga pangan tersebut. Menurut dia, kenaikan harga bergantung pada lamanya intensitas perang yang terjadi.

Baca juga: Perang Rusia-Ukraina Berlanjut, Ekonom: Harga Pupuk Bisa Terkerek

Jika invasi Rusia berhenti sekitar 1-2 minggu ke depan, potensi kenaikan harga akan jauh lebih kecil. Sebab pengusaha besar umumnya memiliki stok bahan jadi untuk 2 minggu hingga 1 bulan. Sementara stok bahan baku cukup untuk 2-3 bulan.

"Industri sebenarnya masih punya stok yang tersedia baik bahan baku maupun barang jadi. Jadi industri tidak serta merta menaikkan harga langsung dengan kenaikan harga spot," kata Adhi kepada Kompas.com, Minggu (27/2/2022).

Namun jika invasi berjalan sekitar 1 bulan, Adhi menilai potensi kenaikan harga akan makin besar mengingat 26 persen stok gandum Indonesia disuplai dari Ukraina.

Sementara mengacu pada data Badan Pusat Statistik, Ukraina berada di urutan pertama sebagai pengimpor gandum di Indonesia. Pada tahun 2020, impor gandum Indonesia dari Ukraina mencapai 2,96 juta ton.

Secara keseluruhan di tahun 2020, total impor gandum Indonesia sebanyak 10,299 juta ton. Dengan demikian, Ukraina berkontribusi pada lebih dari 20 persen stok gandum di Tanah Air.

Kemudian pada Januari 2022, serealia tercatat menjadi komoditas impor yang naik paling tinggi. Komoditas dengan kode HS 10 ini tercatat naik 130,3 juta dollar AS secara bulanan (month to month/mtm) terhadap Desember 2021.

"Tentunya kalau (perang) ini berlangsung lama pasti akan berdampak pada kenaikan harga gandum dan tentunya stok dari industri enggak cukup, mau enggak mau industri harus menaikkan harga," tutur Adhi.

Di sisi lain dia menerima saran untuk mencari suplai gandum lain selain dari Ukraina. Kendati demikian rencana tersebut juga tidak mudah karena negara lain turut mencari gandum.

Baca juga: Perang Rusia-Ukraina, Ini Dampak Besarnya kepada Warga Indonesia

Stok gandum yang terbatas di tengah meningkatnya permintaan membuat seluruh negara berebut dan harga gandum melonjak. Belum lagi ongkos logistik bisa lebih mahal lantaran harga minyak yang sempat tembus 100 dollar AS per barel akibat konflik itu.

"Ini juga memiliki dampak tidak langsung ke komoditi lain. Tentu alternatif sumber pangan lainnya, pangan berkarbohidrat, pasti (harganya) akan berpengaruh juga. Dunia sudah sangat sulit dipisahkan karena satu sama lain sangat terkait," beber Adhi.

Lebih lanjut kata Adhi, pengusaha tidak bisa serta-merta menaikkan harga di tingkat ritel. Biasanya pengusaha memberikan tenggat waktu sekitar 1 bulan sebelum memutuskan menaikkan harga pangan.

"Itu mekanisme yang kita lakukan sehingga industri tidak mudah menaikkan atau menurunkan harga. Tapi kalau dengan perang sebulan ini pasti akan berdampak. Saya kira dampaknya cukup berat kalau berlangsung cukup lama," tandas Adhi.

Baca juga: Facebook dan Youtube Blokir Media Rusia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, Bos BI: Untuk Memperkuat Stabilitas Rupiah

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, Bos BI: Untuk Memperkuat Stabilitas Rupiah

Whats New
KEJU Bakal Tebar Dividen, Ini Besarannya

KEJU Bakal Tebar Dividen, Ini Besarannya

Earn Smart
Program Gas Murah Dinilai ‘Jadi Beban’ Pemerintah di Tengah Konflik Geopolitik

Program Gas Murah Dinilai ‘Jadi Beban’ Pemerintah di Tengah Konflik Geopolitik

Whats New
Catatkan Kinerja Positif, Rukun Raharja Bukukan Laba Bersih 8 Juta Dollar AS pada Kuartal I-2024

Catatkan Kinerja Positif, Rukun Raharja Bukukan Laba Bersih 8 Juta Dollar AS pada Kuartal I-2024

Whats New
Luhut Sambangi PM Singapura, Bahas Kerja Sama Carbon Capture Storage dan Blue Food

Luhut Sambangi PM Singapura, Bahas Kerja Sama Carbon Capture Storage dan Blue Food

Whats New
Honda Prospect Motor Buka Lowongan Kerja, Cek Posisi dan Syaratnya

Honda Prospect Motor Buka Lowongan Kerja, Cek Posisi dan Syaratnya

Work Smart
Tahun Pertama Kepemimpinan Prabowo, Rasio Utang Pemerintah Ditarget Naik hingga 40 Persen

Tahun Pertama Kepemimpinan Prabowo, Rasio Utang Pemerintah Ditarget Naik hingga 40 Persen

Whats New
Revisi Aturan Impor Barang Bawaan dari Luar Negeri Bakal Selesai Pekan Ini

Revisi Aturan Impor Barang Bawaan dari Luar Negeri Bakal Selesai Pekan Ini

Whats New
Pacu Kontribusi Ekspor, Kemenperin Boyong 12 Industri Alsintan ke Maroko

Pacu Kontribusi Ekspor, Kemenperin Boyong 12 Industri Alsintan ke Maroko

Whats New
Uji Coba Bandara VVIP IKN Akan Dilakukan pada Juli 2024

Uji Coba Bandara VVIP IKN Akan Dilakukan pada Juli 2024

Whats New
Menteri Basuki Bakal Pindah ke IKN Juli 2024 dengan 2 Menteri Lain

Menteri Basuki Bakal Pindah ke IKN Juli 2024 dengan 2 Menteri Lain

Whats New
Harga Emas Dunia Stabil di Tengah Meredanya Konflik Timur Tengah

Harga Emas Dunia Stabil di Tengah Meredanya Konflik Timur Tengah

Whats New
Pemerintah Susun Rancangan Aturan Dana Abadi Pariwisata, untuk Apa?

Pemerintah Susun Rancangan Aturan Dana Abadi Pariwisata, untuk Apa?

Whats New
Soal Wajib Sertifikat Halal di Oktober, Kemenkop-UKM Minta Kemenag Permudah Layanan untuk UMKM

Soal Wajib Sertifikat Halal di Oktober, Kemenkop-UKM Minta Kemenag Permudah Layanan untuk UMKM

Whats New
Google Kembali Pecat Karyawan yang Protes Kerja Sama dengan Israel

Google Kembali Pecat Karyawan yang Protes Kerja Sama dengan Israel

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com