Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Aspadin Minta BPOM Setop Bahas Pelabelan BPA AMDK dan Galon Isi Ulang

Kompas.com - 28/02/2022, 07:15 WIB
Kiki Safitri,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

 

Galon sekali pakai menambah sampah plastik

Di sisi lain, Indonesia saat ini mengalami darurat sampah, secara khusus darurat sampah plastik yang tidak terkelola dengan baik.

Masalah sampah plastik di Indonesia yang terbesar adalah plastik dengan nilai ekonomi yang rendah seperti sachet, flexible, multilayer yang tidak bisa di-collect oleh sektor informal. Plastik botol yang terbaik collection ratenya masih sekitar 62 persen di Indonesia.

“Bila semua GGU PC berubah menjadi Galon Sekali Pakai (GSP) karena tindakan BPOM memaksakan pelabelan BPA, maka ada tambahan paling tidak 770.000 ton sampah plastik GSP setiap tahun, dan konsumsi minyak bumi sebagai sumber daya alam bahan baku plastik akan bertambah sebesar 700.000-an ton per tahun dan akan menambah penggunaan sumber daya alam serta beban devisa negara karena sebagian masih harus diimpor,” tegas Rachmat.

Paparan BPA di AMDK

Pada bulan Okbober tahun 2021 lalu, Deputi BPOM Bidang Pengawasan pada Webinar YLKI mengatakan hasil penelitian yang dilakukan pada triwulan I tahun 2021 (bulan Maret) terkait paparan BPA di dalam cairan AMDK dengan mengacu pada standar EFSA (Europe Food Safety Otority).

TDI yang ditetapkan EFSA adalah 4 mikrogram/kilogram berat badan individu perhari dari konsumsinya. Sesuai dengan peraturan Menteri kesehatan nomor 28 tahun 2019 tentang angka kecukupan gizi (berapa konsumsi air minum, katakanlah untuk bayi itu sebesar 0,9 liter).

Hasil uji BPOM, terhadap cemaran di dalam tubuh orang dewasa, cemarannya jika bandingkan dengan standar 4 mikrogram tersebut, dewasa adalah hanya 2,92 persen, ibu hamil 3,316 persen, anak-anak 6,199 persen dan bayi 7,008 persen.

“Artinya, dari data ini terlihat memang persentase paparannya itu dibandingkan dengan standar dari torarable intake yang ditoleransi masih sangat kecil. Jadi dari sini terlihat paparan BPA di Indonesia masih aman, termasuk untuk bayi, anak-anak dan ibu hamil,” tegas Rachmat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com