Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Medio by KG Media
Siniar KG Media

Saat ini, aktivitas mendengarkan siniar (podcast) menjadi aktivitas ke-4 terfavorit dengan dominasi pendengar usia 18-35 tahun. Topik spesifik serta kontrol waktu dan tempat di tangan pendengar, memungkinkan pendengar untuk melakukan beberapa aktivitas sekaligus, menjadi nilai tambah dibanding medium lain.

Medio yang merupakan jaringan KG Media, hadir memberikan nilai tambah bagi ranah edukasi melalui konten audio yang berkualitas, yang dapat didengarkan kapan pun dan di mana pun. Kami akan membahas lebih mendalam setiap episode dari channel siniar yang belum terbahas pada episode tersebut.

Info dan kolaborasi: podcast@kgmedia.id

Viral karena Ghozali Everyday, Sebenarnya Apa Sih NFT Itu?

Kompas.com - 01/03/2022, 08:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Alifia Putri Yudanti & Ikko Anata

KOMPAS.com - Beberapa waktu lalu, ada seorang lelaki yang ramai diperbincangkan di media sosial karena mengunggah swafotonya sebagai NFT di situs OpenSea. Dari situ, pria yang diketahui bernama Ghozali itu berhasil meraih keuntungan sebesar Rp 1,4 miliar.

Fenomena ini lantas membuat publik geger dan NFT pun dibahas secara ‘gila-gilaan’ oleh seluruh masyarakat. Bahkan, ada juga yang mengikuti jejak Ghozali dengan menjual beragam karya unik dan aneh. Dengan harapan akan mendapat peruntungan yang serupa.

Dalam siniar CUAN bertajuk "Kebelet NFT", Prasetyo Budiman, Founder Superlative Secret Society, memberikan penjelasannya terkait NFT. Ia mengibaratkan NFT seperti membeli rumah, "Sama kayak kalo beli rumah ‘kan ada sertifikat, tuh. Ketika membeli barang digital, kita punya sertifikat kepemilikan."

Apa itu NFT?

NFT (Non-Fungible Token) sederhananya adalah aset digital NFT yang digunakan sebagai bukti kepemilikan barang. Barang tersebut dibeli dengan mata uang kripto.

NFT pertama kali diperkenalkan ke publik pada tahun 2014 oleh sebuah platform bernama Counterparty, dengan karyanya yang berjudul ?Quantum?. Kini, karya tersebut bernilai tujuh juta dolar Amerika.

Baca juga: Cara Kenalkan Investasi ke Anak Sejak Dini

Prasetyo juga menjelaskan bahwa NFT memiliki berbagai macam rupa, "Bisa foto, video, membership juga bisa. Sebenernya, kreativitas di NFT space banyak banget dan banyak hal absurd bahkan. Sangat bebas dan sangat idealis."

Cara Menggunakan NFT

Untuk bisa menjual karya di NFT, sebenarnya ada dua cara yang bisa dilakukan. Pertama, yaitu solo creator, proyek yang dilakukan oleh individu. Pemasaran karyanya pun dilakukan secara mandiri dengan menyasar situs yang memiliki komunitas terbuka.

Sementara itu, apabila mengambil langkah project, kita harus mengumpulkan massa terlebih dahulu. Hal itu bisa dilakukan melalui media sosial, seperti Twitter dan Discord.

Dalam membuat platform NFT, kita dibantu oleh banyak orang yang tergabung dalam divisi yang berbeda, seperti community manager, artist, serta blockchain dan web developer.

Meskipun ada dua cara yang berbeda, kita tetap harus melakukan penawaran ke komunitas lainnya. Hal ini bertujuan agar karya NFT kita laku terjual. Oleh karena itu, kita harus proaktif untuk mengikuti diskusi-diskusi publik yang terdapat dalam media sosial.

"Do your own research karena NFT space itu penuh dengan riset. Harus tau kolektor-kolektornya siapa aja di Twitter, misalnya. Lebih suka karya atau karakternya kayak gini, yang lagi hype gini. Harus ikut banyak Space, Discord, ikut diskusinya. Mendekatkan kolektor besar, (nanti) bisa ditawarin."

Baca juga: Kenali Model-Model Bisnis Ini Agar Dapat Keuntungan Maksimal

Selain itu, agar platform NFT semakin menarik, berikanlah penawaran apabila ada kolektor yang membeli karya kita. Prasetyo pun mencontohkan, "Kalo misalnya membeli NFT Superlative, nanti bisa ngakses exhibit-nya, karya-karya lain yang exclusive."

Fenomena NFT di Indonesia

Dengan dibicarakannya Ghozali, wacana soal NFT di Indonesia pun meningkat drastis. Padahal, sebelum Ghozali, sudah banyak kreator-kreator Indonesia yang bermain di pasar NFT ini.

"Pasar di indonesia sendiri sangat berkembang sangat pesat. Bisa kita lihat dengan project-project asli Indo yang bener-bener udah sampe luar, (kayak) Superlative Society juga."

Menurutnya, orang-orang Indonesia berhasil tahu NFT karena ada peran komunitas. Hal ini sejalan dengan prinsip platform tersebut yang berbasis dari suatu komunitas ke komunitas lainnya.

Namun, yang menjadi tantangan adalah budaya FOMO masyarakat kita. Karena viralnya Ghozali, akhirnya banyak orang-orang yang langsung bermain NFT dengan menjual barang-barang aneh. Padahal, kalau pihak OpenSea melihat hal tersebut sebagai spam, bisa-bisa seluruh pengguna dari Indonesia di block.

Meskipun begitu, Prasetyo juga memberikan dukungan, "Tetap berkarya dan jangan takut menghadapi teknologi dan media yang baru. Karena balik lagi, di situ ada kesempatan buat individu mengubah hidupnya. NFT space itu equal; gak mandang lo anak siapa."

Dengarkan perbincangan bersama Prasetyo Budiman soal NFT secara lengkap melalui siniar CUAN bertajuk "Kebelet NFT". Ikuti juga siniarnya agar tak ketinggalan informasi menarik lainnya seputar keuangan dan investasi!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com