Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terimbas Perang Rusia-Ukraina, Harga Gandum Dunia Melonjak ke Level Tertinggi sejak 2008

Kompas.com - 02/03/2022, 16:03 WIB
Fika Nurul Ulya,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Invasi Rusia ke Ukraina berefek pada harga gandum dunia. Tercatat, harga gandum berjangka naik sekitar 5,35 persen menjadi 9,84 dollar AS per gantang atau sekitar Rp 140.712 (kurs Rp 14.300 per dollar AS).

Angkanya merupakan yang tertinggi sejak tahun 2008. Di tahun 2020 saja, harganya tidak tembus 6 dollar AS per gantang. Harga gandum yang melonjak memperburuk harga pangan yang memang sudah tinggi sebelum konflik berkecamuk.

Menurut Gro Intelligence, Ukraina dan Rusia masing-masing menyuplai sekitar 14 persen dari produksi gandum secara global. Kedua negara ini memasok sekitar 29 persen dari semua ekspor gandum.

Baca juga: Dampak Perang Rusia-Ukraina, Harga Roti hingga Mi Instan Berpotensi Naik

Menurut Departemen Pertanian AS, ekspor gandum Ukraina diprediksi mencapai rekor pada tahun ini sebelum terjadi operasi militer Rusia di Ukraina. Di sisi lain, ekspor gandum Rusia melambat.

"(Rekor) ini tidak mungkin datang dalam waktu yang lebih buruk," kata Presiden dan CEO American Bakers Association, Robb MacKie, dikutip dari CNN Business, Rabu (2/3/2022).

Tercatat, Rusia merupakan pengekspor gandum teratas, sedangkan Ukraina berada di peringkat 5 besar. Kedua negara tersebut bersaing di pasar ekspor seperti Mesir, Turki, dan Bangladesh.

Namun, kata Mackie, gandum Ukraina mungkin tak panen selama setahun penuh karena invasi Rusia.

"Tergantung bagaimana hasilnya dan berapa lama. Petani gandum di Ukraina mungkin tidak dapat menanam gandum musim semi, jagung, dan lainnya. Jadi, mereka mungkin tidak akan panen selama setahun," ucap MacKie.

Artinya, terbatasnya pasokan gandum akan mendorong beberapa harga pangan dunia naik, utamanya yang berbahan baku gandum, baik sereal, roti, maupun mi instan. Di AS saja, sebelum Rusia menginvasi Ukraina, harga sereal sudah naik 6,8 persen berkat inflasi yang makin memanas.

Namun, naiknya harga pangan di level konsumen mungkin akan memakan waktu berminggu-minggu atau berbulan-bulan. Pasalnya, harga komoditas ini akan dikontrak terlebih dahulu tergantung persediaan para pelaku usaha.

Baca juga: Perang Rusia-Ukraina Bikin Harga Minyak Dunia Kian Mendidih, Kini Sentuh 107 Dollar AS Per Barrel

Logistik terhambat

Selain komoditasnya, logistik Ukraina juga terhambat. Pelabuhan di Ukraina lumpuh sehingga berakibat pada pasokan ekspor negara itu.

Gangguan tersebut memperketat pasokan gandum global, bahkan ketika permintaan tetap sama atau melonjak. Dengan pasokan gandum yang lebih sedikit, harganya bakal naik lebih dari masa-masa pandemi.

Berdasarkan data Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa, harga pangan global pada tahun 2021 sudah naik sekitar 28 persen. Gangguan rantai pasokan dan cuaca ekstrem berkontribusi pada kenaikan harga tersebut.

"Situasi saat ini hanya menambah inflasi harga pangan," ucap SVP Agribusiness Gro Intelligence, Jim Heneghan.

Baca juga: Perang Rusia-Ukraina, Ini Dampak Besarnya kepada Warga Indonesia

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Dollar AS Tembus Rp 16.200, Kemenkeu Antisipasi Bengkaknya Bunga Utang

Dollar AS Tembus Rp 16.200, Kemenkeu Antisipasi Bengkaknya Bunga Utang

Whats New
Bawaslu Buka 18.557 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Prioritas Kebutuhannya

Bawaslu Buka 18.557 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Prioritas Kebutuhannya

Whats New
Ingin Produksi Padi Meningkat, Kementan Kerahkan 3.700 Unit Pompa Air di Jatim

Ingin Produksi Padi Meningkat, Kementan Kerahkan 3.700 Unit Pompa Air di Jatim

Whats New
Kemenhub Buka 18.017 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Kemenhub Buka 18.017 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Whats New
Melalui Pompanisasi, Mentan Amran Targetkan Petani di Lamongan Tanam Padi 3 Kali Setahun

Melalui Pompanisasi, Mentan Amran Targetkan Petani di Lamongan Tanam Padi 3 Kali Setahun

Whats New
Konflik Iran-Israel Bisa Picu Lonjakan Inflasi di Indonesia

Konflik Iran-Israel Bisa Picu Lonjakan Inflasi di Indonesia

Whats New
Kartu Prakerja Gelombang 66 Resmi Dibuka, Berikut Persyaratannya

Kartu Prakerja Gelombang 66 Resmi Dibuka, Berikut Persyaratannya

Whats New
Kemensos Buka 40.839 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Kemensos Buka 40.839 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Whats New
Pemudik Lebaran 2024 Capai 242 Juta Orang, Angka Kecelakaan Turun

Pemudik Lebaran 2024 Capai 242 Juta Orang, Angka Kecelakaan Turun

Whats New
Pasar Sekunder adalah Apa? Ini Pengertian dan Alur Transaksinya

Pasar Sekunder adalah Apa? Ini Pengertian dan Alur Transaksinya

Work Smart
Signifikansi 'Early Adopters' dan Upaya 'Crossing the Chasm' Koperasi Multi Pihak

Signifikansi "Early Adopters" dan Upaya "Crossing the Chasm" Koperasi Multi Pihak

Whats New
Rupiah Tertekan Dekati Rp 16.300 Per Dollar AS, BI Terus Intervensi Pasar

Rupiah Tertekan Dekati Rp 16.300 Per Dollar AS, BI Terus Intervensi Pasar

Whats New
Cara Gadai BPKB Motor di Pegadaian, Syarat, Bunga, dan Angsuran

Cara Gadai BPKB Motor di Pegadaian, Syarat, Bunga, dan Angsuran

Earn Smart
Harga Minyak Dunia Melonjak 3 Persen, Imbas Serangan Balasan Israel ke Iran

Harga Minyak Dunia Melonjak 3 Persen, Imbas Serangan Balasan Israel ke Iran

Whats New
Kembangkan Karier Pekerja, Bank Mandiri Raih Peringkat 1 Top Companies 2024 Versi LinkedIn

Kembangkan Karier Pekerja, Bank Mandiri Raih Peringkat 1 Top Companies 2024 Versi LinkedIn

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com