Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Puncak Sering Macet, Sandiaga Uno Usul Ada Kereta Gantung

Kompas.com - 03/03/2022, 10:01 WIB
Muhammad Idris

Penulis

Sumber Kompas.com

KOMPAS.com - Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno memberi solusi untuk mengatasi kemacetan lalu lintas di kawasan Puncak, Bogor, Jawa Barat. Solusi yang ia tawarkan adalah membangun kereta gantung atau cable car.

“Saya memberi beberapa solusi, bahwa kita harus punya solusi yang permanen. Jadi, seperti kereta gantung itu salah satu opsi," jelas Sandiaga Uno dikutip pada Kamis (3/3/2022).

Menurutnya, transportasi publik ini ramah lingkungan dan dapat menjadi destinasi pariwisata baru bagi kawasan dengan kontur pegunungan. Terlebih, hal itu sudah berhasil diterapkan di berbagai negara.

"Hal ini sudah dikembangkan, bagaimana cable car yang ramah lingkungan memiliki sensasi yang berbeda karena di destinasi pegunungan di luar negeri juga menggunakan cable car,” kata dia.

Baca juga: Kemendag Pun sampai Dibuat Bingung ke Mana Hilangnya Minyak Goreng

Sebagai solusi cepat dan jangka pendek, Kemenparekraf terus berkoordinasi dengan Korlantas Polri untuk menyiapkan skema rekayasa lalu lintas yang dipatuhi pengendara.

Sandi juga menyebut peristiwa itu menjadi bahan evaluasi pihaknya agar tak terulang lagi. Selain itu, ia berharap masyarakat Jabodetabek bisa mencari alternatif destinasi wisata selain kawan Puncak Bogor.

“Untuk wisatawan yang terbiasa ke Puncak setiap long weekend, mudah-mudahan bisa mencari alternatif lokasi liburan lain,” ujar Sandiaga Uno.

Solusi Kemenhub

Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi, mengatakan, kepadatan lalu lintas yang kerap terjadi di Puncak bukan lah suatu permasalahan yang mudah. Sektor transportasi disebut bukan satu-satunya biang kerok dari masalah tersebut.

Baca juga: Temuan KPPU: Harga CPO Dunia Turun, Tapi Minyak Goreng Malah Naik

"Ibarat gunung es, persoalan transportasi hanya puncak masalah dari gunung es. Kompleksnya masalah puncak tidak bisa diselesaikan dari transportasi semata," kata Budi dalam sebuah webinar.

Menurut Budi, permasalahan yang sudah terjadi sejak lama itu diakibatkan terus tumbuhnya antusias masyarakat untuk mengunjungi kawasan Puncak.

Pasalnya, kawasan tersebut saat ini sudah menawarkan banyak destinasi wisata bagi para pengunjung.

"Pembangunan yang dilakukan oleh berbagai pihak membuat daya tarik dan demand ini bertambah banyak dan tentu dampaknya sering terjadi suatu kemacetan yang kronis," tutur dia.

Baca juga: Perang di RI: Pengerahan TNI saat Warga Saling Berebut Minyak Goreng

Berbagai upaya disebut Budi telah dilakukan oleh pemerintah maupun kepolisian. Seperti halnya penerapan rekayasa lalu lintas di kawasan Puncak.

"Tapi itu jangka pendek," kata Budi.

Oleh karenanya, mantan Direktur Utama PT Angkasa Pura II (Persero) itu menginginkan adanya solusi jangka panjang yang dapat memfasilitasi tingginya antusias pengunjung tersebut.

"Kita inginkan ada suatu narasi yang lebih komprehensif," ucap Budi.

(Penulis: Kiki Safitri, Rully R Ramli | Editor: Yoga Sukmana, Ambaranie Nadia Kemala Movanita)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Kompas.com
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

CKB Logistics Optimalkan Bisnis Melalui Kargo Udara

CKB Logistics Optimalkan Bisnis Melalui Kargo Udara

Whats New
Angkutan Lebaran 2024, Kemenhub Siapkan Sarana dan Prasarana Transportasi Umum

Angkutan Lebaran 2024, Kemenhub Siapkan Sarana dan Prasarana Transportasi Umum

Whats New
Reksadana Saham adalah Apa? Ini Pengertiannya

Reksadana Saham adalah Apa? Ini Pengertiannya

Work Smart
Menhub Imbau Maskapai Tak Jual Tiket Pesawat di Atas Tarif Batas Atas

Menhub Imbau Maskapai Tak Jual Tiket Pesawat di Atas Tarif Batas Atas

Whats New
Anak Usaha Kimia Farma Jadi Distributor Produk Cairan Infus Suryavena

Anak Usaha Kimia Farma Jadi Distributor Produk Cairan Infus Suryavena

Whats New
Cara Cek Formasi CPNS dan PPPK 2024 di SSCASN

Cara Cek Formasi CPNS dan PPPK 2024 di SSCASN

Whats New
Pertamina Patra Niaga Apresiasi Polisi Ungkap Kasus BBM Dicampur Air di SPBU

Pertamina Patra Niaga Apresiasi Polisi Ungkap Kasus BBM Dicampur Air di SPBU

Whats New
HMSP Tambah Kemitraan dengan Pengusaha Daerah di Karanganyar untuk Produksi SKT

HMSP Tambah Kemitraan dengan Pengusaha Daerah di Karanganyar untuk Produksi SKT

Whats New
BCA Finance Buka Lowongan Kerja untuk D3-S1 Semua Jurusan, Cek Syaratnya

BCA Finance Buka Lowongan Kerja untuk D3-S1 Semua Jurusan, Cek Syaratnya

Work Smart
Pemerintah Sebut Tarif Listrik Seharusnya Naik pada April hingga Juni 2024

Pemerintah Sebut Tarif Listrik Seharusnya Naik pada April hingga Juni 2024

Whats New
Jasa Marga: 109.445 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek Selama Libur Panjang Paskah 2024

Jasa Marga: 109.445 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek Selama Libur Panjang Paskah 2024

Whats New
Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Earn Smart
7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

Whats New
'Regulatory Sandbox' Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

"Regulatory Sandbox" Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

Whats New
IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com