Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dijatuhi Berbagai Sanksi, Rusia Terancam Default?

Kompas.com - 03/03/2022, 19:10 WIB
Fika Nurul Ulya,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

Sumber CNN

NEW YORK, KOMPAS.com - Beragam sanksi ekonomi yang diberikan negara-negara barat membuat Rusia terancam default alias wanprestasi dalam membayar surat utangnya. Sanksi itu membuat pasar saham Rusia ditutup, dan perusahaan melarikan diri dari Rusia.

Teranyar, Bank Dunia menghentikan program pendanaan terhadap Rusia dan Belarusia.

"Sanksi yang dikenakan pada Rusia telah secara signifikan meningkatkan kemungkinan default obligasi pemerintah Rusia," kata ahli strategi pasar negara berkembang JPMorgan dalam sebuah catatan dikutip dari CNN Business, Kamis (3/2/2022).

Baca juga: Mengenal SWIFT, Sanksi Ekonomi yang Merepotkan Jutaan Warga Rusia

JPMorgan menyatakan, Rusia mungkin memiliki uang tunai untuk membayar utangnya. Bank Sentral Rusia tercatat memiliki cadangan internasional senilai 643 miliar dollar AS.

Namun, JPMorgan berpendapat, sanksi yang dilontarkan oleh Amerika Serikat (AS) pada entitas pemerintah Rusia, menghadirkan rintangan tinggi bagi Rusia untuk melakukan pembayaran obligasi di luar negeri.

Misalnya, sanksi terhadap bank sentral Rusia dan pengecualian beberapa bank Rusia dari SWIFT, akan berdampak pada kemampuan Rusia mengakses mata uang asing untuk membayar utang.

Menurut Capital Economics, sanksi itu pun mempersulit Rusia mengakses cadangan dan uang tunai dari pendapatan ekspor. Sedikitnya, ada setengah dari cadangan internasional Rusia akan terkena dampaknya.

Adapun sebagian besar sisanya berupa emas, yang mungkin tidak mudah dikonversi menjadi uang tunai.

"Ini akan menjadi default logistik daripada kurangnya dana," kata kepala investasi di Bleakley Advisory Group, Peter Boockvar.

JP Morgan mencatat, Rusia memiliki pembayaran utang lebih dari 700 juta dollar AS yang akan jatuh tempo pada bulan Maret 2022 ini. Sebagian besar memiliki masa tenggang 30 hari.

Serang balik

Meskipun sanksi negara-negara barat terhadap Rusia tidak membatasi perdagangan sekunder obligasi negara yang ada, JPMorgan mencatat ada masalah penyelesaian dengan beberapa obligasi.

Sebab, Penyimpanan Penyelesaian Nasional Rusia telah memblokir rekening Euroclear. Euroclear adalah penyedia penyelesaian yang berbasis di Belgia.

Beberapa pengamat berpendapat, Kremlin bisa membuat fenomena default untuk menghukum AS dan Eropa karena menghancurkan ekonomi negara itu.

Baca juga: Terimbas Perang Rusia-Ukraina, Harga Gandum Dunia Melonjak ke Level Tertinggi sejak 2008

"Rusia dapat menggunakan default sebagai cara untuk membalas sanksi Barat untuk menimbulkan kerugian pada pemberi pinjaman asing. Tidak terlalu mengada-ada untuk berpikir bahwa pihak berwenang Rusia dapat melarang pembayaran utang luar negeri," tulis Capital Economics.

Sebagai informasi, Rusia saat ini merupakan negara dengan ekonomi terbesar ke-12 di dunia. Negara itu terakhir kali mengalami gagal bayar pada tahun 1998, yang memicu krisis menyebar ke luar negeri.

Kendati demikian, masih belum bisa dipastikan seberapa luas dampak dari default Rusia. Tapi yang pasti, krisis keuangan Global tahun 2008 dan pandemi Covid-19 menunjukkan, betapa saling terkaitnya ekonomi dan sistem keuangan dunia.

Baca juga: Ini Alasan Apple Berhenti Jual Produk ke Rusia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber CNN
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com