Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Diputus dari SWIFT, Begini Dampak yang Bakal Dirasakan Bank-bank Rusia

Kompas.com - 04/03/2022, 16:09 WIB
Rully R. Ramli,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Rentetan sanksi ekonomi dari berbagai negara telah diterima oleh Rusia sebagai buntut dari aksi militer ke Ukraina. Sanksi-sanksi dijatuhkan oleh Amerika Serikat beserta negara "barat" lainnya untuk menekan perekonomian Rusia.

Dari berbagai sanksi yang dijatuhkan, pemblokiran sejumlah bank Rusia dari sistem Society for Worldwide Interbank Financial Telecommunication (SWIFT) dinilai menjadi salah satu yang berpotensi paling berdampak terhadap sistem perekonomian Rusia. Pasalnya, sanksi tersebut membuat layanan perbankan Rusia terganggu secara signifikan.

SWIFT sendiri merupakan sistem pembayaran yang menghubungkan ribuan lembaga keuangan yang beroperasi di seluruh dunia. Sistem ini memungkinkan lembaga keuangan, termasuk bank, bisa mengirim atau menerima data transaksi dengan cepat dan aman.

Baca juga: Mengenal SWIFT, Sanksi Ekonomi yang Merepotkan Jutaan Warga Rusia

Sistem pembayaran tersebut juga memungkinkan bank memindahkan uang dengan cepat dan aman, mendukung triliunan dollar AS dalam arus perdagangan dan investasi.

Oleh karenanya, pemblokiran akses SWIFT akan membatasi akses bank-bank Rusia ke aliran uang global, sehingga mempersulit bisnis untuk mengekspor atau mengimpor, atau untuk membiayai diri mereka sendiri dari luar negeri. Dengan demikian, pemutusan akses SWIFT akan sangat berdampak terhadap pelaku usaha.

Bukan hanya pelaku usaha, pemblokiran Rusia terhadap SWIFT juga membuat jutaan warga Rusia sangat terganggu. Pasalnya, pekerja di Rusia yang menerima penghasilan dari luar negeri, mengaku tak bisa menarik uangnya dari luar negeri karena akses SWIFT diblokir.

Secara lebih luas, pemblokiran SWIFT juga akan berdampak terhadap perekonomian Rusia. Mantan menteri keuangan Rusia Alexei Kurdin sempat menyebutkan, pemutusan SWIFT akan membuat produk domestik bruto (PDB) susut 5 persen hanya dalam kurun waktu satu tahun.

Sebab, pemblokiran dinilai akan membahayakan kemampuan Rusia untuk mengambil untung dari ekspor minyak dan gas yang merupakan 40 persen dari pendapatan negara.

Asal tahu saja, merespons pemblokiran SWIFT, Rusia telah membentuk sistem pembayaran alternatif dengan China yang dapat digunakan Rusia. Tetapi Atlantic Council mencatat, platform tersebut hanya memiliki jangkauan kecil dibanding SWIFT dan tidak bisa mengimbangi transaksi keuangan Rusia.

Baca juga: Imbas Perang Rusia-Ukraina, Harga Minyak Dunia Sempat Sentuh Level Tertinggi sejak 2008

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Angkutan Lebaran 2024

Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Angkutan Lebaran 2024

Whats New
Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Whats New
Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Whats New
Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Whats New
Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

BrandzView
Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Whats New
Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Whats New
Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Whats New
Puasa Itu Berhemat atau Boros?

Puasa Itu Berhemat atau Boros?

Spend Smart
Kadin Proyeksi Perputaran Uang Saat Ramadhan-Lebaran 2024 Mencapai Rp 157,3 Triliun

Kadin Proyeksi Perputaran Uang Saat Ramadhan-Lebaran 2024 Mencapai Rp 157,3 Triliun

Whats New
Kebutuhan Dalam Negeri Jadi Prioritas Komersialisasi Migas

Kebutuhan Dalam Negeri Jadi Prioritas Komersialisasi Migas

Whats New
Ratusan Sapi Impor Asal Australia Mati Saat Menuju RI, Badan Karantina Duga gara-gara Penyakit Botulisme

Ratusan Sapi Impor Asal Australia Mati Saat Menuju RI, Badan Karantina Duga gara-gara Penyakit Botulisme

Whats New
Watsons Buka 3 Gerai di Medan dan Batam, Ada Diskon hingga 50 Persen

Watsons Buka 3 Gerai di Medan dan Batam, Ada Diskon hingga 50 Persen

Spend Smart
Utang Pemerintah Kian Bengkak, Per Februari Tembus Rp 8.319,22 Triliun

Utang Pemerintah Kian Bengkak, Per Februari Tembus Rp 8.319,22 Triliun

Whats New
Heran Jasa Tukar Uang Pinggir Jalan Mulai Menjamur, BI Malang: Kurang Paham Mereka Dapat Uang Dari Mana...

Heran Jasa Tukar Uang Pinggir Jalan Mulai Menjamur, BI Malang: Kurang Paham Mereka Dapat Uang Dari Mana...

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com