Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terimbas Perang Rusia-Ukraina, Harga Mi Instan Bakal Naik?

Kompas.com - 04/03/2022, 16:16 WIB
Rully R. Ramli,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Harga gandum dunia melesat seiring dengan semakin panasnya konflik Rusia-Ukraina. Tercatat harga gandum berjangka sempat melesat ke level tertinggi sejak 2008, yakni hampir mencapai 10 dollar AS per gantang.

Konflik antara Rusia-Ukraina menjadi sangat berpengaruh terhadap pergerakan harga gandum berjangka. Pasalnya, kedua negara tersebut memiliki porsi besar terhadap pasokan gandum, yakni sekitar 25 persen ekspor gandum dunia.

Kenaikan harga gandum tersebut pada akhirnya berpotensi berimbas kepada harga produk-produk berbahan baku gandum, seperti mi instan.

Baca juga: IHSG Ditutup Menguat, Net Buy Asing Mencapai Rp 2,4 Trilun

Ketua Umum Gabungan Produsen Makanan Minuman Indonesia (Gapmmi) Adhi S. Lukman mengatakan, saat ini produsen produk bahan pokok gandum masih memperhatikan perkembangan harga ke depan.

"Informasi masih minim. Karena sekarang produsen masih wait and see," kata dia kepada Kompas.com, Jumat (4/3/2022).

Terkait dengan potensi kenaikan harga produk olahan gandum, termasuk mi instan, Adhi menyebutkan, pihaknya masih melakukan pembahasan dengan para pemangku kepentingan terkait. Ia bilang, pembahasan juga dilakukan dengan melibatkan pengusaha ritel.

"Industri produk jadi memang tidak bisa naik turun harga terlalu sering. Karena perubahan harga biasa harus runding dengan peritel," ujarnya.

Baca juga: Kenali Ciri-ciri Developer Bodong agar Tidak Tertipu Saat Beli Rumah

Ia mengungkapkan berbagai upaya efisiensi disiapkan produsen untuk mencegah terjadinya kenaikan harga mi instan. Kenaikan harga akan menjadi opsi terakhir produsen dalam merespons melesatnya harga gandum yang merupakan bahan pokok utama produksi.

"Baru setelah itu (berunding) berlaku harga baru," ucapnnya.

Harga gandum sentuh level tertinggi sejak 2008

Invasi Rusia ke Ukraina berefek pada harga gandum dunia. Tercatat, harga gandum berjangka sempat naik sekitar 5,35 persen menjadi 9,84 dollar AS per gantang atau sekitar Rp 140.712 (kurs Rp 14.300 per dollar AS).

Angkanya merupakan yang tertinggi sejak tahun 2008. Di tahun 2020 saja, harganya tidak tembus 6 dollar AS per gantang. Harga gandum yang melonjak memperburuk harga pangan yang memang sudah tinggi sebelum konflik berkecamuk.

Menurut Gro Intelligence, Ukraina dan Rusia masing-masing menyuplai sekitar 14 persen dari produksi gandum secara global. Kedua negara ini memasok sekitar 29 persen dari semua ekspor gandum.

Baca juga: Ini Daftar Harga BBM Pertamina yang Naik di Sejumlah Daerah

Menurut Departemen Pertanian AS, ekspor gandum Ukraina diprediksi mencapai rekor pada tahun ini sebelum terjadi operasi militer Rusia di Ukraina. Di sisi lain, ekspor gandum Rusia melambat.

"(Rekor) ini tidak mungkin datang dalam waktu yang lebih buruk," kata Presiden dan CEO American Bakers Association Robb MacKie, seperti dikutip Kompas.com dari CNN Business.

Tercatat, Rusia merupakan pengekspor gandum teratas, sedangkan Ukraina berada di peringkat 5 besar. Kedua negara tersebut bersaing di pasar ekspor seperti Mesir, Turki, dan Bangladesh.

Namun, kata Mackie, gandum Ukraina mungkin tak panen selama setahun penuh karena invasi Rusia.

"Tergantung bagaimana hasilnya dan berapa lama. Petani gandum di Ukraina mungkin tidak dapat menanam gandum musim semi, jagung, dan lainnya. Jadi, mereka mungkin tidak akan panen selama setahun," ucap MacKie.

Baca juga: Imbas Perang Rusia-Ukraina, Harga Minyak Dunia Sempat Sentuh Level Tertinggi sejak 2008

Artinya, terbatasnya pasokan gandum akan mendorong beberapa harga pangan dunia naik, utamanya yang berbahan baku gandum, baik sereal, roti, maupun mi instan. Di AS saja, sebelum Rusia menginvasi Ukraina, harga sereal sudah naik 6,8 persen berkat inflasi yang makin memanas.

Namun, naiknya harga pangan di level konsumen mungkin akan memakan waktu berminggu-minggu atau berbulan-bulan. Pasalnya, harga komoditas ini akan dikontrak terlebih dahulu tergantung persediaan para pelaku usaha.

Baca juga: Indonesia Langganan Impor Gandum dari Ukraina dan Rusia, Cek Datanya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com