Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Atasi Lonjakan Harga Daging Sapi, Komisi VI DPR Minta Pemerintah Setop Impor

Kompas.com - 04/03/2022, 20:45 WIB
Ade Miranti Karunia,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Anggota Komisi IV DPR RI Johan Rosihan menegaskan agar pemerintah segera mengambil kebijakan untuk mengatasi lonjakan harga daging sapi. Menurutnya pemerintah mesti mendengar aspirasi dari para peternak dan pedagang agar kebijakan intervensi dapat tepat dan jitu untuk mengendalikan harga daging sapi.

Johan mengungkapkan, penyebab terus bergejolaknya harga daging setiap tahun karena rendahnya pertumbuhan sapi lokal dibandingkan dengan pertumbuhan konsumsi daging sapi secara nasional. Selain itu, meningkatnya harga daging disebabkan karena ketergantungan terhadap impor bakalan sebagai sumber utama pasokan daging segar.

Baca juga: Harga Daging Sapi Mahal, Berikut Promo Daging Sapi yang Bisa Kamu Coba

Untuk mengatasi gejolak harga daging sapi tersebut, Johan mendesak pemerintah untuk menghentikan ketergantungan impor dan melakukan pengembangan sapi lokal terutama di wilayah timur Indonesia.

"Banyak daerah seperti di Sumbawa, Bima dan lain-lain yang sangat cocok untuk pengembangan sapi secara ekstensif karena tersedia lahan yang luas dan cocok untuk memelihara sapi," saran dia dikutip melalui laman resmi DPR RI, Jumat (4/3/2022).

Selain itu, pemicu melonjaknya harga daging sapi adalah meningkatnya harga sapi bakalan yang diimpor dari Australia. Oleh karenanya harus ada keberanian berupa kebijakan untuk menurunkan volume impor sapi bakalan dan daging sapi melalui peningkatan produksi daging sapi lokal tanpa menguras populasi sapi potong lokal.

Legislator daerah pemilihan Nusa Tenggara Barat (NTB) I tersebut meminta pemerintah segera mengatasi masalah ini, terutama untuk memenuhi permintaan pasar dengan harga yang stabil.

"Harus ada kebijakan penetapan hambatan perdagangan untuk mengurangi dampak negatif dari kebijakan impor daging yang malah terus meningkat," usul Johan.

Baca juga: Stok Daging Sapi Cukup, Pedagang Daging Sudah Berjualan Seperti Biasa

Johan juga mengusulkan agar pemerintah berani membuat terobosan untuk memajukan peternakan sapi di tanah air melalui peningkatan teknologi dalam negeri serta memberikan penurunan suku bunga kredit bagi semua peternak rakyat di bidang usaha peternakan.

"Dukungan kebijakan dari pemerintah sangat ditunggu oleh para peternak dan pelaku usaha peternakan untuk peningkatan daya saing peternakan nasional menuju kemandirian pangan nasional," pungkasnya.

Diketahui harga daging sapi melonjak tembus Rp 140.000 per kilogram padahal harga normalnya hanya Rp 120.000 per kilogram. Direktur Eksekutif Gabungan Pelaku Usaha Peternakan Sapi Potong Indonesia (Gapuspindo) Djoni Liano menilai, salah satu penyebab mengapa harga daging sapi di Tanah Air melonjak adalah karena semua komoditas pangan di dunia, tak terkecuali daging sapi sedang naik-naiknya.

Pun dengan Australia.Belum lagi, dijelaskan dia, pada saat ini tingkat konsumsi masyarakat Australia akan daging sapi sedang tinggi-tingginya. Sehingga hal inilah yang menyebabkan pemerintah Australia lebih mengutamakan kebutuhan warganya daripada mengimpor ke Indonesia.

Ia pun menyarankan ke pemerintah agar sumber impor daging sapi Indonesia jangan hanya berpatokan dan bergantung pada Australia saja melainkan dari beberapa negara lain yang mumpuni seperti Brasil, Meksiko ataupun India. Hal ini, kata dia, agar bisa meminimalisir adanya kenaikan harga daging sapi yang terjadi belakangan ini.

Baca juga: Pedagang: Stok Daging Sapi sampai Puasa dan Hari Raya Idul Fitri Aman

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com