Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Untar untuk Indonesia
Akademisi

Platform akademisi Universitas Tarumanagara guna menyebarluaskan atau diseminasi hasil riset terkini kepada khalayak luas untuk membangun Indonesia yang lebih baik.

Menepis Pandangan Berbisnis yang Menyesatkan

Kompas.com - 08/03/2022, 07:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Selain menyediakan kamar-kamar nyaman lengkap dengan pendingin ruangan dan pemanas air, ia juga menyiapkan sarana fitness untuk penghuni kos.

Pertanyaannya adalah, apakah memang calon penghuni kos alias konsumen yang dituju membutuhkan itu?

Pertanyaan yang belum terjawab karena dia cuma membayangkan dan berkeyakinan sendiri tanpa pernah melakukan survei langsung ke calon konsumen.

Banyak pebisnis berlaku seperti itu. Bukan fokus pada kebutuhan dan keinginan konsumen, malah berkeyakinan bahwa apa yang menjadi pemikirannya, dianggap kreatif dan inovatif, diyakini akan berhasil di pasar.

Kenyataan menunjukkan bahwa tidak ada bisnis yang tidak berorientasi pasar bisa berhasil dan berkelanjutan dalam jangka panjang.

Ketiga, penetapan harga adalah senjata utama untuk berkompetisi dan memenangkan persaingan.

Harga adalah salah satu bauran pemasaran selain produk, tempat dan promosi. Memang tidak salah jika mengandalkan harga sebagai senjata untuk bersaing di pasar, tetapi ada kriteria yang mesti terpenuhi.

Kotler dan Armstrong (2020) yang menyebut ini sebagai market penetration pricing, mengemukakan tiga syarat.

Pertama, pasar sangat sensitif terhadap harga dan harga rendah akan mendorong pertumbuhan pasar lebih cepat.

Kedua, biaya produksi dan distribusi harus menurun sejalan dengan peningkatan penjualan.
Ketiga, harga yang rendah membantu perusahaan keluar dari persaingan.

Artinya cuma perusahaan yang efisien yang mampu bersaing, selebihnya akan terlempar dari pasar.

Terakhir, harga penetrasi tersebut harus mampu memelihara posisi di pasar sebagai harga yang rendah.

Di sisi lain harga rendah mungkin bersifat sementara. Di negara yang tingkat inflasinya cukup tinggi, mempertahankan harga rendah menjadi tantangan tidak mudah.

Strategi bersaing dengan harga rendah sangat tidak disarankan jika tidak memiliki cukup kekuatan finansial yang memadai.

Harga rendah bisa memancing kompetitor lain yang lebih kuat untuk masuk ke pasar dan memicu terjadinya perang harga.

Melihat kondisi itu, tidak realistis bagi bisnis baru atau yang masih rentan dan belum mapan, nekat mengandalkan harga rendah untuk bersaing jika tidak didukung oleh sistem produksi dan distribusi yang efisien. Yang ada seperti langkah bunuh diri di pasar.

Keempat, produk tidak memberikan solusi tetapi cenderung ikut-ikutan, dan malah menambah masalah baru.

Rumus sederhana tapi manjur agar bisnis bisa awet adalah mampu menyediakan produk dengan proposisi nilai yang unik dan menyediakan solusi atas masalah yang biasa dihadapi oleh konsumen, baik pada waktu akan, sedang atau sesudah mengkonsumsi suatu produk atau jasa.

Sepertinya mudah, tapi tidak sederhana juga proses untuk mengidentifikasi problem konsumen itu, lalu merancang proposisi nilai produk yang sesuai.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Earn Smart
7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

Whats New
'Regulatory Sandbox' Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

"Regulatory Sandbox" Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

Whats New
IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

Whats New
Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Whats New
Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Whats New
Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Whats New
Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Whats New
Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Whats New
Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Whats New
Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

BrandzView
Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Whats New
Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Whats New
Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Whats New
Puasa Itu Berhemat atau Boros?

Puasa Itu Berhemat atau Boros?

Spend Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com