“Karena memang Indonesia net importer minyak, neraca dagang migas diperkirakan defisit. Namun, harga komoditas juga meroket sehingga neraca dagang non-migas diperkirakan masih surplus dan ini akan menyeimbangkan,” ujar Josua kepada Kontan.co.id, Minggu (6/3/2022).
Terpisah, Kepala Dewan Komisaris Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso mengatakan, konflik Rusia-Ukraina akan berdampak pada sentimen kepercayaan investor. Menurut dia, ketidakpastian ekonomi global akibat konflik ini dapat menyebabkan aliran modal asing keluar (capital outflow) dari emerging market, Indonesia salah satu di dalamnya.
Investor, lanjut Wimboh, cenderung mengalihkan dananya dari emerging market ke negara yang kondisi pasarnya dinilai relatif lebih stabil.
Baca juga: Bos OJK Beberkan Dampak Perang Rusia dengan Ukraina ke Sektor Keuangan RI
Sebelumnya, Sabtu (26/2/2022), peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eisha M Rachbini, mengurai pula sejumlah dampak yang dapat terjadi bila konflik Rusia-Ukraina berkepanjangan, tak terkecuali bagi Indonesia.
Dalam paparannya, Eisha menyebutkan, perang Rusia-Ukraina akan berdampak pada target pelaksanaan amanat UU Nomor 2 Tahun 2022 terkait pembolehan defisit APBN melebihi 3 persen.
Seturut pandemi Covid-19, UU ini membolehkan defisit APBN melebihi 3 persen hingga 2022. APBN 2022 mematok target defisit pada tahun ini adalah 4,85 persen, sebelum pada 2023 harus bisa kembali di bawah 3 persen jika tak ada regulasi baru yang berkata lain.
Seturut lonjakan harga minyak dunia, bahkan sebelum Rusia melakukan invasi terbuka ke Rusia, realisasi subsidi energi Indonesia pada Januari 2022 tercatat Rp 10,2 triliun, melonjak 347 persen dibandingkan Rp 2,3 triliun pada Januari 2021.
Baca juga: Alasan Pertamina Naikkan Harga BBM Non-subsidi per 3 Maret 2022
Di APBN 2022, asumsi makro untuk harga minyak dunia adalah 63 dollar AS per barrel. Adapun pada Selasa (8/3/2022) pagi WIB, harga minyak mentah Brent di London sudah mencapai 127,48 dollar AS per barrel untuk pengiriman Mei 2022 dan pasar minyak WTI di New York mematok harga 122,75 dollar AS per barrel untuk pengiriman April 2022.
Sementara, produksi di dalam negeri mustahil menutup kebutuhan minyak dan gas domestik. Tidak seperti Amerika Serikat dengan teknologi shale oil-nya, Indonesia tidak lagi punya sumur minyak yang sudah berproduksi dengan cadangan berlimpah.
Kalaupun disebut masih ada cadangan minyak lain di Indonesia, kondisinya sama sekali belum terjamah, sehingga untuk masuk ke proses produksi akan butuh waktu jauh lebih lama lagi.
"Data SKK Migas, produksi minyak mentah di Indonesia mencapai 700.000 barrel per hari, sementara konsumsinya 1,4-1,5 juta barrel per hari, sehingga defisit minyak 500.000 barrel per hari mengandalkan impor," papar Eisha.
Baca juga: Sama-sama Naik, Lebih Murah Mana Harga BBM Pertamina dengan Shell?
Kenaikan harga minyak dunia dengan kondisi pasokan dan kebutuhan konsumsi di dalam negeri, ujar Eisha, akan memberikan tekanan pada APBN 2022.
"Alokasi anggaran untuk subsidi energi (di APBN 2022) sekitar Rp 134,2 triliun, yang terdiri dari subsidi jenis bahan bakar minyak (BBM) tertentu dan LPG 3 kg senilai Rp 77,54 triliun dan subsidi listrik Rp 56,47 miliar," ungkap Eisha.
Dari komoditas lain, antisipasi juga tetap harus dilakukan. Katakanlah ekspor minyak nabati menyumbang surplus neraca dagang Indonesia, pada praktiknya harga produk turunannya di dalam negeri juga menggunakan rujukan harga internasional. Kelangkaan dan kenaikan harga minyak goreng yang belum tuntas tertangani adalah salah satu contoh terkini.
Baca juga: Ironi Harga Minyak Goreng yang Mendidih di Negeri Penghasil Terbesar CPO
Eisha mengingatkan, penyikapan atas perkembangan invasi Rusia ke Ukraina harus dilakukan teramat hati-hati. Bila gegabah, risiko terjadi commodity shock akan terjadi. Sebaliknya, langkah internvensi harga dan subsidi dalam situasi ini juga akan memberikan tekanan bagi defisit APBN. Saran Eisha, APBN harus dikelola dengan tepat dan efisisien.