Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Heryadi Silvianto
Dosen FIKOM UMN

Pengajar di FIKOM Universitas Multimedia Nusantara (UMN) dan praktisi kehumasan.

Brand Safety dan Reputasi di Media Sosial

Kompas.com - 09/03/2022, 15:36 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Komunikasi krisis adalah tanggapan langsung terhadap krisis dengan mengambil inisiatif untuk mengkomunikasikan pemangku kepentingan perusahaan.

Terlepas dari industrinya, setiap perusahaan menghadapi masalahnya sendiri dari risiko. Mampu mengantisipasi potensi ancaman sangat penting untuk memastikan bahwa perusahaan berada pada posisi yang baik untuk mengelola krisis situasi.

Setidaknya ada empat fase landasan dari setiap strategi komunikasi krisis yang bisa dilakukan, yakni;

Kesiapan (Readiness), strategi manajemen krisis yang baik dimulai dengan persiapan jauh sebelum dimulainya krisis yang sebenarnya.

Meskipun tidak mungkin untuk merencanakan setiap skenario, dengan melakukan inventarisir sejumlah sumber potensi krisis seperti fasilitas, orang, produk, atau lingkungan untuk menilai area dengan risiko signifikan dan mengidentifikasi potensi ancaman yang paling mungkin terjadi dan menyebabkan kerugian.

Tanggapan Aktif (Response). Sebagaimana lazimnya krisis sesungguhnya merusak operasional rutin sehari-hari.

Akibatnya, menuntut respons segera agar dampak yang terjadi tidak meluas dan menyebar. Atasnya sebelum perusahaan menilai semua fakta.

Mulailah dengan mengenali situasinya, serta dampaknya terhadap semua pihak yang terkena dampak, dan berkomitmen untuk penyelidikan penuh.

Ingat, mengakui krisis bukanlah identik dengan menerima tanggung jawab. Namun, dengan segera merespons, perusahaan menunjukkan kepada publik bahwa menanggapi insiden itu dengan serius, dan memastikan bahwa pesan perusahaan dari narasi sejak awal bersikap bertanggung jawab.

Kepastian (Reassurance), setelah respons awal, manajemen krisis yang efektif memerlukan tindakan penyelidikan dan mengembangkan rencana aksi yang berusaha untuk memperbaiki situasi yang dihadapi.

Dari fase implementasi ke hasil yang diinginkan dari rencana, meyakinkan publik bahwa kebutuhan mereka ditangani secara memadai dengan mengomunikasikan semua detail terkait.

Tunjukkan perusahaan memiliki komitmen terhadap transparansi dan biarkan publik tahu bahwa organisasi bermaksud untuk berbagi hasil investigasinya serta mengambil tindakan korektif.

Pemulihan (Recovery). Pada akhirnya mengelola krisis lebih dari sekadar menghentikan pendarahan dalam waktu singkat.

Di sisi lain juga tentang memulihkan kesehatan dan reputasi jangka panjang perusahaan serta mencegahnya terulang kembali.

Membangun kembali kepercayaan publik dan loyalitas konsumen sering kali membutuhkan upaya lebih dari itu di luar tindakan segera.

Perubahan operasional dan budaya mungkin diperlukan untuk memastikan bahwa sejarah “buruk” tidak terulang.

Komunikasi berkelanjutan mengenai perubahan di seluruh perusahaan adalah bagian penting dari menunjukkan respons dan komitmen berkelanjutan untuk membuat hal-hal yang benar dari perusahaan.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com