JAKARTA, KOMPAS.com - Siapa tidak kenal dengan Prajogo Pangestu. Namanya langganan masuk dalam jajaran orang terkaya RI bersama pemilik bos Djarum.
Kekayaannya melesat mencapai 6 miliar dollar AS versi Forbes di akhir tahun 2021.
Pundi-pundi uang mendapuknya menjadi orang kaya ketiga, di bawah Hartono bersaudara dan keluarga Widjaja.
Per hari ini, kekayaannya mencapai 5,6 miliar dollar AS versi Forbes.
Baca juga: Pengusaha Prajogo Pangestu Tambah Kepemilikan Saham di Chandra Asri Petrochemical
Untuk memperbesar lini bisnisnya di bidang petrokimia, Prajogo telah membeli 33,33 persen saham Star Energy dari BCPG Thailand dengan nilai 440 juta dollar AS atau Rp 6,2 triliun, sebuah perusahaan yang diincarnya sejak tahun 2009.
Dikutip dari Forbes, Kamis (10/3/2022), akuisisi itu dilakukan melalui perusahaan di bawah kendalinya, Green Era.
Perusahaan swasta Singapura tersebut tercatat memiliki 3 proyek panas bumi di Indonesia.
Tiga proyeknya, yakni PLTP Wayang Windu, PLTP Salak, dan PLTP Darajat, yang ketiganya berada di Provinsi Jawa Barat.
Baca juga: Pengusaha Prajogo Pangestu Sumbang Rp 30 Miliar untuk Penanganan Covid-19
Pada 2019 lalu, perusahaan berencana menginvestasikan 2,5 miliar dollar AS untuk meningkatkan kapasitasnya menjadi 1.200 MW pada 2028. Proyek-proyek Star Energy sendiri memiliki total kapasitas kotor sebesar 875 MW.
Dengan akuisisi, Prajogo telah memiliki 66,6 persen saham Star Energy yang berkantor pusat di Jakarta melalui perusahaannya, Barito Pacific.
"Akuisisi ini merupakan tonggak utama untuk secara efektif meluncurkan rencana pertumbuhan dan era investasi hijau yang menarik," kata Direktur Pelaksana Green Era, Nancy Pangestu.
Prospek usaha dari lini bisnis Prajogo terlihat sangat cerah. Berdasarkan data Dewan Energi Nasional pada Februari, Indonesia memiliki potensi panas bumi hingga 23,7 GW atau 40 persen dari kapasitas dunia.
Namun, saat ini, Indonesia baru memanfaatkan 4,5 persen dari potensinya. Riset publikasi EY pada April 2021 menyebutkan, ada 800 proyek energi bersih yang sedang dalam pengerjaan di 8 negara Asia. EY memperkirakan, total biaya investasi untuk semua proyek itu mencapai 316 miliar dollar AS.
Lantas, siapa sebetulnya Prajogo yang sukses menjadi bos energi di RI?
Pemilik nama asli Phang Djoem Phen ini bukan berasal dari keluarga kaya. Dia terlahir dari keluarga biasa, hanya mampu mengenyam pendidikan sampai tingkat sekolah menengah.
Pria berusia 77 tahun ini merupakan putra dari seorang pedagang karet. dia pernah bekerja sebagai supir angkot pada tahun 1960.
Hidupnya berubah ketika dia merintis bisnis kayu pada tahun 1970-an, usai bertemu dengan pengusaha asal Malaysia, Bong Sun on atau Burhan Uray. Burhan mengajaknya bekerja di PT Djajanti Group, yang dimiliki Burhan pada tahun 1969.
Setelah itu, ia menjadi General Manager pabrik PT Plywood Nusantara di Gresik, Jawa Timur, pada tahun 1976. Usai setahun berkarir, dia memberanikan diri membuka usaha sendiri.
Mulanya, ia membeli CV Pacific Lumber Coy yang diganti namanya menjadi PT Barito Pacific Timber. Seiring berjalannya waktu, bisnisnya lancar hingga perusahaan itu berganti nama menjadi Barito Pacific.
Berdasarkan catatan Kompas.com, Barito menguasai 70 persen perusahaan petrokimia Chandra Asri pada tahun 2007.
Dua tahun berselang tepatnya pada tahun 2011, Chandra Asri bergabung dengan Tri Polyta Indonesia yang merupakan produsen petrokimia terintegrasi di Indonesia. Pada Juli 2021, Thaioil kemudian mengakuisisi 15 persen saham Chandra Asri.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.