Namun kenyataannya lebih dari seminggu, minyak goreng murah masih belum tersedia di pasar tradisional. "Itu kami tunggu-tunggu loh, tapi enggak ada sama sekali," katanya.
Padahal, lanjut dia, saat ini pasar tradisional yang harus lebih diprioritaskan terlebih dahulu karena sangat terpukul akibat pandemi.
Baca juga: Mendag Beberkan 5 Produsen Minyak Goreng Terbesar di Indonesia
"Masyarakat masih belum berani ke pasar tradisional ketimbang ritel modern kan, yah harusnya kami yang lebih terpukul," ungkapnya .
Kebijakan kedua adalah Kemendag menjanjikan dan mendorong pedagang pasar yang memiliki stok minyak goreng yang harga lama untuk bisa di-retur ke distributor atau ke agen agar mendapatkan minyak goreng yang murah.
Namun, fakta di lapangannya, kata dia, proses penukaran atau return minyak goreng dipersulit.
"Yah kalau pun bisa, hanya 3 persen lah pedagang kita bisa meretur stok minyak goreng lamanya dengan yang baru. Selebihnya itu dipersulit," bebernya.
Sudaryo menegaskan pihaknya hanya ingin diperlakukan adil oleh pemerintah sehingga persoalan distribusi minyak goreng bisa selesai dan masyarakat bisa mendapatkan minyak goreng dengan harga yang murah.
"Kami mau mendapatkan opportunity yang sama dengan ritel modern untuk dapat akses barang yang murah, harusnya kami dibantu karena Covid-19 ini kami yang paling terpukul seharusnya," pungkasnya.
Baca juga: Soal Minyak Goreng, Asosiasi Pedagang Pasar Kecewa dengan Kebijakan Kemendag
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.