Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gurita Bisnis Prajogo Pangestu, Orang Terkaya RI Setelah Bos Djarum, dari Petrokimia hingga PLTP

Kompas.com - 11/03/2022, 10:31 WIB
Fika Nurul Ulya,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Nama Prajogo Pangestu sudah malang-melintang di dunia bisnis sejak tahun 1970-an. Namanya kian melejit hingga masuk dalam daftar orang terkaya di Indonesia versi Forbes.

Pada akhir tahun 2021, Prajogo menduduki posisi orang terkaya ketiga dengan kekayaan bersih sebesar 6,1 miliar dollar AS. Nama Prajogo berada di bawah pemilik bos Djarum, Hartono bersaudara, dan keluarga Widjaja.

Di masa kecil, pria bernama asli Phang Djoem Phen ini hanya mampu mengenyam pendidikan sampai tingkat sekolah menengah. Dia adalah putra dari seorang pedagang karet yang sempat menjadi supir angkot di tahun 1960-an.

Baca juga: Kekayaan Prajogo Pangestu Merosot, Tak Lagi Orang Terkaya Ke-3 di RI

Bangun Barito Pacific

Kemudian pada tahun 1970-an dia memulai bisnis usai bertemu dengan pengusaha asal Malaysia, Bong Sun on atau Burhan Uray. Burhan mengajaknya bekerja di PT Djajanti Group, yang dimiliki Burhan pada tahun 1969.

Setelah itu, ia menjadi General Manager pabrik PT Plywood Nusantara di Gresik, Jawa Timur, pada tahun 1976. Usai setahun berkarir, dia memberanikan diri membuka usaha sendiri.

Mulanya, ia membeli CV Pacific Lumber Coy yang diganti namanya menjadi PT Barito Pacific Timber. Seiring berjalannya waktu, bisnisnya lancar hingga perusahaan itu berganti nama menjadi Barito Pacific.

Mengutip data RTI, saham Barito Pacific hingga Kamis, (10/3/2022) berada pada Rp 880, naik 40 poin atau 4,76 persen dari Rp 840 di hari sebelumnya.

Kapitalisasi pasar emiten bersandi BRPT ini sudah mencapai Rp 82,50 triliun dengan volume saham yang diperdagangkan sebesar 67,28 juta lembar mencapai Rp 58,44 miliar.

Kuasai Chandra Asri

Berlanjut di tahun 2007, Barito menguasai 70 persen perusahaan petrokimia Chandra Asri. Dua tahun berselang tepatnya pada tahun 2011, Chandra Asri bergabung dengan Tri Polyta Indonesia yang merupakan produsen petrokimia terintegrasi di Indonesia.

Lalu di tahun 2020, pria berusia 77 tahun ini kembali menambah kepemilikan saham di PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) sebesar 6.813.400 lembar saham.

Angka ini setara 0,038 persen dari total saham yang dimiliki perusahaan sebesar 17.833.520.260 saham.

Penambahan kepemilikan saham merupakan komitmen Prajogo dalam menjaga kepercayaan kepada investor pasar modal. Berdasarkan keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), saat ini saham TPIA dimiliki publik sebesar 1.382.177.530 lembar saham atau setara 7,75 persen dari total saham perseroan.

Langkah ini juga dijalankan demi memberi dorongan operasional yang kuat, agar kinerja anak usaha PT Barito Pacific Tbk (BRPT) ini meraih hasil yang positif di tengah masa pandemi Covid-19.

Barito Pacific memiliki 7.469.417.600 lembar saham TPIA atau 41,88 persen dari total saham yang dimiliki oleh perusahaan. Adapun 5.451.715.305 lembar saham atau setara 30,57 persen dimiliki oleh SCG Chemicals Company Limited dan 2.683.398.895 lembar saham atau 15,05 persen dimiliki oleh Prajogo Pangestu.

Baca juga: 10 Orang Terkaya Dunia Kehilangan Miliaran Dollar AS kecuali Warren Buffett, Kok Bisa??

Beli saham Star Energy

Untuk memperbesar lini bisnisnya di bidang petrokimia, Prajogo telah membeli 33,33 persen saham Star Energy dari BCPG Thailand dengan nilai 440 juta dollar AS atau Rp 6,2 triliun, sebuah perusahaan yang diincarnya sejak tahun 2009.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Indef: Banjir Barang Impor Harga Murah Bukan Karena TikTok Shop, tapi...

Indef: Banjir Barang Impor Harga Murah Bukan Karena TikTok Shop, tapi...

Whats New
Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

Whats New
Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com