JAKARTA, KOMPAS.com - Juru Bicara Kementerian Perindustrian Febri Hendri Antoni Arif mengatakan, pemenuhan kebutuhan minyak goreng sawit (MGS) curah sebesar 1,62 juta ton untuk industri makanan pengguna bahan baku dan/atau bahan penolong MGS, dinilai sangat kecil kemungkinan menggunakan MGS curah hasil Domestic Market Obligation (DMO).
Sebab, kata dia, biasanya disuplai oleh pabrik minyak goreng sawit milik grupnya dengan harga pasar atau membeli dari pabrik MGS dengan mekanisme Business to Business (B2B).
“Jadi, kami meyakini industri makanan pengguna MGS tidak menggunakan MGS hasil DMO,” ujar Febri dalam siaran persnya, Jumat (11/3/2022).
Baca juga: Wapres Maruf Amin Minta Penimbun Minyak Goreng Ditindak Tegas
Kemenperin mencatat, kebutuhan minyak goreng sawit nasional tahun 2021 sebesar 5,07 juta ton, terdiri dari kebutuhan curah industri sebesar 1,62 juta ton atau 32 persen, curah rumah tangga 2,12 juta ton atau 42 persen, kemasan sederhana 0,21 juta ton atau sebesar 4 persen, dan kemasan premium 1,11 juta ton atau sebesar 22 persen.
Sementara untuk realisasi produksi minyak goreng sawit tahun 2021 mencapai 20,22 juta ton digunakan untuk memenuhi dalam negeri sebesar 5,07 juta ton dan sisanya sebesar 15,55 juta ton untuk tujuan ekspor.
“Dengan angka produksi demikian, kemampuan pasok industri MGS jauh di atas kebutuhan dalam negeri dan menciptakan penerimaan devisa negara yang sangat besar,” ujar Febri.
Selain itu, Febri mengatakan, masalah kekosongan pasar minyak goreng sawit merupakan akumulasi dari permasalahan persediaan atau stok MGS sejak bulan Desember 2021, termasuk terjadinya rush buying pada pertengahan bulan Januari 2022.
Hal ini diperkirakan berkontribusi pada kelangkaan minyak goreng sawit di pasar, meskipun pada beberapa minggu terakhir dilakukan tambahan pasokan MGS ke masyarakat hasil perolehan DMO.
Sementara itu Ketua Gabungan Produsen Makanan Minuman Indonesia (GAPMMI) Adhi Lukman mengatakan, industri makanan yang membutuhkan minyak goreng sawit sebagai bahan baku atau bahan penolong, seperti industri mi instan, industri makanan ringan, dan industri ikan dalam kaleng, membeli MGS dengan mekanisme B2B dengan harga pasar.
Dia mengaku industri makanan dan minuman juga terus berkomitmen untuk menggunakan minyak goreng sawit yang sesuai dengan peruntukannya.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.