Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Buyung Wijaya Kusuma
Komisaris di sebuah BUMN

Komisaris BUMN yang bergerak di bidang energi, PT Brantas Energi. Memiliki pengalaman puluhan tahun di harian KOMPAS dan mendalami bidang energi dan sumber daya mineral. Ketika berkarir di KOMPAS, memiliki hubungan yang erat dengan berbagai narasumber, baik dari pemerintah, pengamat, DPR hingga kalangan industri. Berkat hubungan baik tersebut, selalu mendapatkan berita ekslusif dan tak jarang menjadi trend setter bagi media-media nasional lainnya.

Hingga kini, di tengah kesibukan, penulis terus mengikuti perkembangan energi dan sumber daya mineral di Tanah Air dan mancanegara yang dituangkan dalam sejumlah tulisan.

Akankah Krisis Harga Minyak Pasca-Invasi Rusia Mendorong Akselerasi Energi Bersih?

Kompas.com - 13/03/2022, 12:04 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Pada 2020, misalnya, sebuah lembaga kajian Eropa memaparkan bahwa untuk pertama kalinya EBT berhasil menggeser dominasi energi fosil dalam bauran energi Uni Eropa.

Mengutip data dari website Uni Eropa, pada 2020, energi terbarukan mewakili 22,1 persen dari energi yang dikonsumsi di wilayah tersebut, dua persen lebih tinggi dibandingkan target 2020 sebesar 20 persen.

Potret carut marutnya lanskap energi di dunia saat ini memberikan pelajaran berharga, yaitu bagaimana keamanan energi suatu negara dan suatu kawasan menduduki posisi kunci.

Ketergantungan terhadap satu sumber energi bisa merusak ketahanan energi dan mengancam sendi-sendi kehidupan suatu negara.

Pendeknya, kemandirian energi dan diversifikasi energi adalah dua hal yang tidak bisa ditawar lagi.

Hal ini berlaku untuk seluruh negara di luar kawasan Eropa dan Amerika, tak ketinggalan juga Indonesia.

Di tengah penurunan produksi minyak mentah nasional yang signifikan di tengah dorongan dunia internasional untuk menghentikan penggunaan batu bara, harusnya menjadi cambuk bagi pemerintah untuk menggenjot pembangunan dan pemanfaatan EBT di dalam negeri.

Apalagi Indonesia juga masih memiliki ketergantungan untuk melakukan impor energi demi memenuhi konsumsi BBM domestik.

Dengan limpahan potensi EBT di jagad Nusantara yang sangat besar, yaitu 3.686 Giga Watt yang terdiri dari energi surya, bayu, hidro, panas bumi, bio energi, dan laut, sudah sepantasnya pemerintah bergegas untuk memaksimalkan usahanya agar potensi tersebut dapat dimanfaatkan.

Harus diakui, pemanfaatan EBT tersebut tak lepas dari kebutuhan investasi yang besar sehingga dibutuhkan campur tangan pemodal asing untuk pengembangannya. Namun, bukan berarti tak mungkin.

Pemerintah harus serius dalam menelurkan paket insentif yang menarik bagi investor dengan satu tujuan: kemandirian energi yang sudah di ujung tanduk.

Dengan campur tangan investor, potensi-potensi tersebut tidak hanya sekadar menjadi potensi dan guratan angka-angka di atas kertas, tetapi menjadi manfaat bagi masyarakat banyak.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Dollar AS Tembus Rp 16.200, Kemenkeu Antisipasi Bengkaknya Bunga Utang

Dollar AS Tembus Rp 16.200, Kemenkeu Antisipasi Bengkaknya Bunga Utang

Whats New
Bawaslu Buka 18.557 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Prioritas Kebutuhannya

Bawaslu Buka 18.557 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Prioritas Kebutuhannya

Whats New
Ingin Produksi Padi Meningkat, Kementan Kerahkan 3.700 Unit Pompa Air di Jatim

Ingin Produksi Padi Meningkat, Kementan Kerahkan 3.700 Unit Pompa Air di Jatim

Whats New
Kemehub Buka 18.017 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Kemehub Buka 18.017 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Whats New
Melalui Pompanisasi, Mentan Amran Targetkan Petani di Lamongan Tanam Padi 3 Kali Setahun

Melalui Pompanisasi, Mentan Amran Targetkan Petani di Lamongan Tanam Padi 3 Kali Setahun

Whats New
Konflik Iran-Israel Bisa Picu Lonjakan Inflasi di Indonesia

Konflik Iran-Israel Bisa Picu Lonjakan Inflasi di Indonesia

Whats New
Kartu Prakerja Gelombang 66 Resmi Dibuka, Berikut Persyaratannya

Kartu Prakerja Gelombang 66 Resmi Dibuka, Berikut Persyaratannya

Whats New
Kemensos Buka 40.839 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Kemensos Buka 40.839 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Whats New
Pemudik Lebaran 2024 Capai 242 Juta Orang, Angka Kecelakaan Turun

Pemudik Lebaran 2024 Capai 242 Juta Orang, Angka Kecelakaan Turun

Whats New
Pasar Sekunder adalah Apa? Ini Pengertian dan Alur Transaksinya

Pasar Sekunder adalah Apa? Ini Pengertian dan Alur Transaksinya

Work Smart
Signifikansi 'Early Adopters' dan Upaya 'Crossing the Chasm' Koperasi Multi Pihak

Signifikansi "Early Adopters" dan Upaya "Crossing the Chasm" Koperasi Multi Pihak

Whats New
Rupiah Tertekan Dekati Rp 16.300 Per Dollar AS, BI Terus Intervensi Pasar

Rupiah Tertekan Dekati Rp 16.300 Per Dollar AS, BI Terus Intervensi Pasar

Whats New
Cara Gadai BPKB Motor di Pegadaian, Syarat, Bunga, dan Angsuran

Cara Gadai BPKB Motor di Pegadaian, Syarat, Bunga, dan Angsuran

Earn Smart
Harga Minyak Dunia Melonjak 3 Persen, Imbas Serangan Balasan Israel ke Iran

Harga Minyak Dunia Melonjak 3 Persen, Imbas Serangan Balasan Israel ke Iran

Whats New
Kembangkan Karier Pekerja, Bank Mandiri Raih Peringkat 1 Top Companies 2024 Versi LinkedIn

Kembangkan Karier Pekerja, Bank Mandiri Raih Peringkat 1 Top Companies 2024 Versi LinkedIn

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com