Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bandingkan dengan Bukalapak, Bagaimana Prospek Saham GoTo Pasca IPO?

Kompas.com - 15/03/2022, 20:30 WIB
Kiki Safitri,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi


JAKARTA, KOMPAS.com - Perusahaan teknologi PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk atau GoTo mengumumkan rencana pencatatan saham perdana atau Initial Public Offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa (15/3/2022).

Kehadiran GoTo memang sangat ditunggu-tunggu para investor, namun di sisi lain IPO GoTo kerap dibandingkan dengan IPO perusahaan sejenis, PT Bukalapak.com (BUKA) yang IPO tahun lalu. Secara tahunan, harga saham BUKA sudah turun 68,46 persen sejak IPO, dari level Rp 850 per saham, menjadi Rp 276 per saham.

Menurut Pengamat Pasar Modal Teguh Hidayat, pada dasarnya IPO GoTo dan Bukalapak tidak berbeda jauh. Kedua perusahaan teknologi besar ini, jika merujuk dari laporan keuangan, sama-sama masih mengalami kerugian.

Baca juga: Dirut Ajaib: IPO GoTo Jadi Momentum bagi Investor Ritel

“Terkait IPO GoTo, memang orang sudah pasti akan membandingkannya dengan IPO BUKA, yang kita tau harganya sudah sudah turun sangat signifikan. Kalau ada orang beli IPO BUKA, mungkin sekarang dia menemukan kerugian yang tidak kecil,” kata Teguh saat dikonfirmasi Kompas.com, Selasa (15/3/2022).

Teguh mengatakan, jika dilihat dari harga sahamnya, memang IPO GoTo lebih murah daripada IPO BUKA, yakni Rp 316 per saham sampai dengan Rp 346 per saham. Namun, jika dilihat dari sisi kapitalisasi pasar atau market cap, maka IPO GoTo lima kali lebih besar daripada IPO BUKA.

“Dari sisi market cap perusahaannya, waktu IPO BUKA itu nilai seluruh sahamnya berdasarkan harga IPO yang dikalikan dengan jumlah saham beredar adalah Rp 88 triliun. Sementara IPO GoTo, market cap-nya mencapai lebih dari Rp 400 triliun, sehingga valuasi GoTo lebih tinggi daripada BUKA,” tambah dia.

Menurut dia, ini juga tidak lepas dari kinerja Tokopedia yang lebih baik daripada Bukalapak. Di sisi lain, melaui Gojek, GoTo juga termasuk dalam pemimpin pasar pada industri transportasi online.

Jika dibandingkan dengan perusahaan besar lainnya, seperti Astra International (ASII). Market cap GoTo dua kali lebih besar, daripada perusahaan multinational dan bergerak di banyak sektor tersebut, dengan market cap Rp 200 triliun.

“Market cap GoTo dua kali lipatnya. Dari sini saja, kelihatan valuasi GoTo cukup mahal. ASII perusahaan yang menguntungkan, memiliki pekerja yang sangat banyak, serta anak perusahaan. Namun, valuasinya separuh dari GoTo berdasarkan harga IPO-nya,” tambah dia.

Baca juga: GoTo IPO, Ini Pemegang Saham dan Modal Awal Pendirian Gojek

Teguh mengungkapkan, saat ini GoTo juga kehilangan momen–momen kenaikan harga saham teknologi. Karena, di bursa Amerika Serikat, saham–saham teknologi yang masuk dalam Nasdaq Komposit seperti Amazon, Alibaba, Facebook, Netflix dan sebagainya dalam tren melemah.

Di sisi lain, ia juga meyakini adanya upaya perusahaan dalam mempertahankan harga saham, melalui mekanisme lock dengan perusahaan sekuritas tertentu, dimana saham tidak langsung dijual dalam beberapa waktu, tertentu tidak seta merta mendorong kenaikan harga saham.

“Itu hanya sekedar menjaga saham tidak turun saja, tapi kalau untuk naik itu berat. Saya enggak tau, apakah IPO-nya akan sukses, dan apakah sahamnya akan sukses juga untuk tidak turun. Tapi rekomendasi saya, lebih baik kita wait and see,” jelas dia.

Berdasarkan prospektus, harga awal yang ditetapkan oleh GoTo dalam IPO ini adalah Rp 316 per saham sampai dengan Rp 346 per saham. Perusahaan akan melepas setidaknya 52 miliar lembar saham atau setara dengan 4,35 persen saham yang disetor dan ditempatkan penuh.

Dengan demikian, maka GoTo berpotensi mendapatkan dana segar dari IPO antara Rp 16,43 triliun sampai dengan Rp 17,99 triliun. IPO GoTo juga menjadi yang kedua terbesar setelah tahun lalu PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) mencetak rekor IPO terbesar Rp 21,9 triliun.

Baca juga: GoTo Lirik Dual Listing di Bursa New York, Hong Kong, NASDAQ, hingga London

Disclaimer: Artikel ini bukan untuk mengajak membeli atau menjual saham. Segala rekomendasi dan analisa saham berasal dari analis dari sekuritas yang bersangkutan, dan Kompas.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan Investor. Pelajari dengan teliti sebelum membeli/menjual saham.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jasa Marga: 109.445 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek Selama Libur Panjang Paskah 2024

Jasa Marga: 109.445 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek Selama Libur Panjang Paskah 2024

Whats New
Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Earn Smart
7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

Whats New
'Regulatory Sandbox' Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

"Regulatory Sandbox" Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

Whats New
IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

Whats New
Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Whats New
Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Whats New
Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Whats New
Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Whats New
Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Whats New
Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Whats New
Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

BrandzView
Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Whats New
Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Whats New
Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com