Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berbeda dengan The Fed, BI Kembali Pertahankan Suku Bunga Acuan di Level 3,5 Persen

Kompas.com - 17/03/2022, 15:12 WIB
Rully R. Ramli,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk tidak mengikuti langkah bank sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve, yang telah menaikkan suku bunga acuannya.

Hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada 16-17 Maret 2022 memutuskan untuk kembali mempertahankan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) di level 3,5 persen.

Selain itu, bank sentral juga memutuskan untuk mempertahankan suku bunga Deposit Facility sebesar 2,75 persen, dan suku bunga Lending Facility sebesar 4,25 persen

"Rapat Dewan Gubernur Bank Indoesia pada tanggal 16 dan 17 Maret 2022 memutuskan untuk mempertahankan BI 7-Day Revese Repo Rate sebesar 3,5 persen," ujar Perry, dalam konferensi pers virtual, Kamis (17/3/2022).

Baca juga: The Fed Naikkan Suku Bunga Acuan, Ini Dampaknya ke Indonesia

Perry menjelaskan, keputusan bank sentral untuk mempertahankan suku bunga acuan sejalan dengan perlunya menjaga stabilitas nilai tukar dan pengendalian inflasi.

"Serta sebagai upaya untuk tetap mendorong pertumbuhan ekonomi nasional di tengah tekanan eksternal yang meningkat, terutama terkait ketegangan geopolitik Rusia dan Ukraina," katanya.

Baca juga: Harga Emas Dunia Turun Usai The Fed Naikkan Suku Bunga

Indikator yang menahan suku bunga

Perry melaporkan beberapa indikator yang mendorong penahanan suku bunga acuan.

Indikator pertama yakni neraca pembayaran yang diproyeksi terus membaik, sehingga mendukung ketahanan eksternal ekonomi nasional.

Kinerja defisit transaksi berjalan diproyeksi bakal terus membaik pada kuartal I-2022, selaras dengan surplus neraca perdagangan yang berlanjut.

Tercatat pada Februari 2022, Indonesia membukukan surplus neraca perdagangan sebesar 3,8 miliar dollar AS.

Baca juga: Wall Street Respons Kenaikan Suku Bunga The Fed, Saham JPMorgan, Starbucks, dan Boeing Melesat

 

Aliran modal asing

Sementara itu, di sisi aliran modal asing, ketidakpastian global membuat investasi portofolio mencatatkan aliran modal keluar atau net outflow.

"Sebesar 0,4 miliar dollar AS pada periode Januari hingga 15 Maret 2022," kata Perry.

Lalu, posisi cadangan devisa RI dinilai masih tinggi sampai dengan akhir Februari 2022, yakni sebesar 141,4 miliar dollar AS, setara pembiayaan 7,5 bulan impor atau 7,3 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri.

Kemudian, BI mencatat pergerakan nilai tukar rupiah relatif terkendali. Tercatat nilai tukar rupiah sampai dengan 16 Maret 2022 mencatat depresiasi sebesar 0,42 persen dibandingkan dengan level akhir 2021.

"Relatif lebih rendah dibandingkan depresiasi mata uang negara berkembanga lainnya," kata Perry.

Terakhir, indeks harga konsumen (IHK) dinilai tetap terkendali. Tercatat pada Februari 2022 terjadi deflasi sebesar 0,02 persen secara month to month dan 2,06 persen secara year on year.

"Sejumlah risiko terhadap inflasi ke depan masih terus diwaspadai termasuk dampak kenaikan harga komoditas," ucap Perry.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com