Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penyesuaian Harga BBM Nonsubsidi Jaga Pasar Domestik dari Kelangkaan Suplai

Kompas.com - 18/03/2022, 19:24 WIB
Aprillia Ika

Editor

 

JAKARTA, KOMPAS.com - Disrupsi global akibat pandemi Covid-19 dan perang Rusia-Ukraina dinilai bisa menyebabkan terganggunya sistem stok energi di Indonesia, yang bisa berakibat menganggu neraca energi Indonesia sepanjang tahun ini. 

Yayan Satyakti, dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Padjadjaran mengatakan, terganggunya neraca energi Indonesia disebabkan harga domestik bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia dan harga internasional mengalami kesenjangan yang besar. 

Dari empat jenis bahan bakar minyak nonsubsidi Pertamina, baru tiga yang mengalami kenaikan harga yakni Pertama Turbo, Pertamina Dex dan Dexlite.

Satu yang belum naik yakni Pertamax, yang saat ini masih dijual di harga Rp 9.200 per liter, jauh dibanding pesaingnya, sesama BBM RON 92, antara Rp 11.900-Rp 12.900 per liter.

Baca juga: Harga Minyak Dunia Melonjak Lagi ke 100 Dollar AS, Ada Apa?

“Alangkah baiknya, harga (BBM nonsubsidi) domestik mendekati harga internasional, minimal 80-90 persen dari harga internasional. Ini untuk menjaga keseimbangan, agar pasar domestik tetap terjaga dan menghindari kelangkaan suplai karena BBM bisa diselundupkan ke luar negeri,” ujar Yayan melalui keterangannya, Jumat (18/3/2022).

Menurut Yayan, jika nantinya harga BBM nonsubsidi mengalami kenaikan, maka yang terpenting adalah bahwa pasokannya terjaga. Hal itu lebih baik dibanding harga murah namun membuat konsumen berbondong-bondong antre. 

Lebih lanjut, menurut dia, dengan terjadinya harga keekonomian melalui kenaikan harga BBM nonsubsidi, membuat masyarakat mulai emmpertimbangkan alternatif energi, seperti energi baru dan terbarukan (EBT). 

Penyesuaian harga juga bisa mengedukasi masyarakat agar masyarakat menghemat energi minyak yang memang sudah tidak murah lagi.

Serta, "Untuk mengurangi beban subsidi migas dari APBN seperti listrik dan gas LPG 3 kg dan yang pasti ke komoditas turunan yang menggunakan migas seperti petrokimia pada industri pupuk dan lainnya, kendati ini secara agregat,” ujar Yayan. 

Baca juga: Skenario Terburuk Dampak Sanksi ke Rusia: Harga Minyak Dunia Tembus 240 Dollar AS, Bisa Sebabkan Resesi Global

 

Beban Pertamina

Senada, Kepala Ekonomi PT Bank Central Asia Tbk David E Sumual mengatakan, harga BBM nonsubsidi bergantung pada kurs rupiah terhadap dollar AS dan harga pasarannya.

Dari harga jual Pertamax saat ini, Rp 9.000 per liter, jauh dibanding pesaingnya, sesama BBM RON 92, antara Rp 11.900-Rp 12.900 per liter.

Menurut David, harga yang dijual SPBU pesaing Pertamina sudah mirip dengan harga pasar dibanding Pertamax dan Pertalite.

Namun, pemerintah melalui Pertamina sudah memutuskan bahwa harga Pertalite masih tetap dipertahankan stabil agar tidak terjadi gejolak di masyarakat, sehingga menyisakan pertanyaan apakah Pertamax bakalan naik harga jualnya.

David mengasumsikan, jika harga minyak dunia tembus 130 dollar AS per barrel hingga akhir tahun, kurs rupiah terhadap dollar AS sekitar Rp 14.600-an, maka beban tambahan yang ditanggung Pertamina bisa mencapai Rp 200-an triliun.

“Harga Pertamax-Pertalite memang wajar untuk dinaikkan, apalagi produk sejenis dari perusahaan lain sudah dinaikkan,” kata David. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Heboh Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta, Cek Ketentuannya

Heboh Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta, Cek Ketentuannya

Whats New
KB Bank Targetkan Penyelesaian Perbaikan Kualitas Aset Tahun Ini

KB Bank Targetkan Penyelesaian Perbaikan Kualitas Aset Tahun Ini

Whats New
Astra Agro Lestari Sepakati Pembagian Dividen Rp 165 Per Saham

Astra Agro Lestari Sepakati Pembagian Dividen Rp 165 Per Saham

Whats New
Ditopang Pertumbuhan Kredit, Sektor Perbankan Diprediksi Semakin Moncer

Ditopang Pertumbuhan Kredit, Sektor Perbankan Diprediksi Semakin Moncer

Whats New
Survei: 69 Persen Perusahaan Indonesia Tak Rekrut Pegawai Baru untuk Hindari PHK

Survei: 69 Persen Perusahaan Indonesia Tak Rekrut Pegawai Baru untuk Hindari PHK

Work Smart
Heboh Loker KAI Dianggap Sulit, Berapa Sih Potensi Gajinya?

Heboh Loker KAI Dianggap Sulit, Berapa Sih Potensi Gajinya?

Whats New
Tantangan Menuju Kesetaraan Gender di Perusahaan pada Era Kartini Masa Kini

Tantangan Menuju Kesetaraan Gender di Perusahaan pada Era Kartini Masa Kini

Work Smart
Bantuan Pesantren dan Pendidikan Islam Kemenag Sudah Dibuka, Ini Daftarnya

Bantuan Pesantren dan Pendidikan Islam Kemenag Sudah Dibuka, Ini Daftarnya

Whats New
Tanggung Utang Proyek Kereta Cepat Whoosh, KAI Minta Bantuan Pemerintah

Tanggung Utang Proyek Kereta Cepat Whoosh, KAI Minta Bantuan Pemerintah

Whats New
Tiket Kereta Go Show adalah Apa? Ini Pengertian dan Cara Belinya

Tiket Kereta Go Show adalah Apa? Ini Pengertian dan Cara Belinya

Whats New
OJK Bagikan Tips Kelola Keuangan Buat Ibu-ibu di Tengah Tren Pelemahan Rupiah

OJK Bagikan Tips Kelola Keuangan Buat Ibu-ibu di Tengah Tren Pelemahan Rupiah

Whats New
Pj Gubernur Jateng Apresiasi Mentan Amran yang Gerak Cepat Atasi Permasalahan Petani

Pj Gubernur Jateng Apresiasi Mentan Amran yang Gerak Cepat Atasi Permasalahan Petani

Whats New
LPEI dan Diaspora Indonesia Kerja Sama Buka Akses Pasar UKM Indonesia ke Kanada

LPEI dan Diaspora Indonesia Kerja Sama Buka Akses Pasar UKM Indonesia ke Kanada

Whats New
Unilever Tarik Es Krim Magnum Almond di Inggris, Bagaimana dengan Indonesia?

Unilever Tarik Es Krim Magnum Almond di Inggris, Bagaimana dengan Indonesia?

Whats New
Simak 5 Cara Merapikan Kondisi Keuangan Setelah Libur Lebaran

Simak 5 Cara Merapikan Kondisi Keuangan Setelah Libur Lebaran

Earn Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com