KOLOM BIZ
Konten ini merupakan kerja sama Kompas.com dengan Experd Consultant
Eileen Rachman dan Emilia Jakob
Character Building Assessment & Training EXPERD

EXPERD (EXecutive PERformance Development) merupakan konsultan pengembangan sumber daya manusia (SDM) terkemuka di Indonesia. EXPERD diperkuat oleh para konsultan dan staf yang sangat berpengalaman dan memiliki komitmen penuh untuk berkontribusi pada perkembangan bisnis melalui layanan sumber daya manusia.

Mengembangkan Organizational Intelligence

Kompas.com - 19/03/2022, 08:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SEBAGAI atasan, kita selalu ingin mengoptimalkan kapabilitas bawahan. Kita mengharapkan mereka untuk menggunakan kepandaian, keterampilan, dan kekuatan karakternya.

Namun, kadang kala, kita menemukan individu yang sudah memenuhi segala persyaratan, dari segi intelligence quotient (IQ) dan lainnya, tidak menunjukkan kinerja yang diharapkan. Ada seorang teman mengeluhkan bawahannya yang seharusnya cukup cerdas ternyata gagal memenuhi tuntutan pekerjaan dari organisasinya.

Sementara anggota tim lainnya, yang sebenarnya hanya seorang anak magang biasa, mampu menerjemahkan arahan pimpinan perusahaan ke dalam beberapa langkah sederhana yang mudah dicerna seluruh karyawan. Ia memang tidak cemerlang dan tidak dapat diharapkan untuk membuat solusi-solusi canggih, tetapi mampu mengimplementasikan beragam inisiatif perusahaan pada ruang lingkup tugasnya.

Selain itu, ia juga dapat membangun relasi dalam organisasinya dengan luwes. Dari dua orang yang menjadi contoh tersebut, kita belajar bahwa IQ bukan segala-galanya yang memengaruhi kesuksesan kinerja seseorang dalam organisasi.

Hasil penelitian mengatakan bahwa 50 persen kinerja organisasi ditandai oleh kemampuan individu-individu di dalamnya untuk merespons perubahan dan kompleksitas. Penentu lain tentunya adalah kepemimpinan, strategi, dan kondisi lingkungan bisnisnya.

Kita mungkin pernah melihat institusi yang berisi orang-orang cerdas, tetapi tampak kesulitan ketika terjadi disrupsi dan transformasi besar-besaran. Dari sini, kita bisa melihat pentingnya pemimpin organisasi memiliki strategi yang dapat mengelola talenta-talenta cerdas agar mempunyai agility untuk merespons perubahan dan kompetisi pada masa mendatang, membuat keputusan dan mengeksekusi keputusan tersebut, serta memberikan hasil yang diharapkan.

Apa itu kecerdasan organisasional?

Ada banyak hal yang perlu dimiliki seseorang untuk dapat menuju pucuk pimpinan organisasi, yaitu IQ tinggi, kompetensi teknis yang mumpuni, serta sekumpulan karakteristik kepribadian, seperti kegigihan, daya lenting, dan sensitivitas interpersonal.

Eileen RachmanDok. EXPERD Eileen Rachman

Namun, tidak jarang, kendati sudah memenuhi persyaratan-persyaratan tersebut, individu yang sudah berada dalam posisi kunci pun gagal membawa organisasinya mencapai kesuksesan. Hal ini dikarenakan mereka belum mengembangkan organizational intelligence (OI).

Menurut Nelson Phillips dan George S Yip, OI adalah kemampuan untuk menggerakkan organisasi sesuai dengan arah pengembangan yang mereka inginkan. Ada beberapa kompetensi yang tercakup dalam OI.

Pertama, cerdik mengemas pesan yang mampu memotivasi insan dalam organisasi. Kesuksesan sebuah strategi tergantung pada kesediaan seluruh jajaran untuk bersama-sama bekerja mewujudkannya. Oleh karena itu, menerjemahkan pesan strategis top management menjadi langkah yang lebih sederhana dan dapat diterapkan dalam tindakan sehari-hari merupakan hal yang sangat penting. “The simpler and clearer, the better”.

Pesan yang jelas dan mudah dipahami berpotensi besar untuk diikuti oleh seluruh insan dalam organisasi. Dengan demikian, mereka bersedia mengubah kebiasaannya, melakukan tindakan-tindakan baru yang diharapkan oleh perusahaan, dan pada akhirnya dapat mencapai tujuan strategis perusahaan bersama-sama.

Kedua, mampu membangun karakter organisasi melalui penghayatan dari nilai-nilai perusahaan sehingga seluruh individu dalam organisasi dapat menampilkan “who we are” dengan jelas. Ia sanggup membuat setiap bawahannya tahu “what’s important and what the organization stands for—in other words, an ethos”.

Contoh pemimpin yang memiliki kemampuan tersebut adalah mendiang Steve Jobs. Salah satu kekuatannya adalah membangun hal tersebut dalam organisasinya. It’s why the company exists, not what the company sells. Novaton AG, sebuah perusahaan aquaculture dari Swiss, juga dengan tegas mengumandangkan etos kerjanya, “We are game changers in the world of aquaculture and technology”.

Dalam sebuah diskusi dengan Experd untuk proses rekrutmen, CEO Novaton Christine Ledergerber-Hinderling menegaskan, individu-individu yang akan bergabung dengan organisasinya harus memiliki kemauan belajar yang kuat, semangat inovasi secara terus-menerus, dan kepedulian terhadap keberlanjutan lingkungan hidup.

Ketiga, mampu mengeksekusi rencananya kendati mengalami banyak tantangan. Banyak orang berpendapat bahwa lebih baik untuk talk the walk daripada walk the talk. Pimpinan yang ingin menyukseskan organisasinya perlu membuat aksi-aksi yang jelas ketimbang banyak memberikan wejangan-wejangan dan meminta konsensus verbal saja.

Kita sering menjumpai orang yang berpindah dari satu rapat ke rapat lainnya di organisasi. Sampai-sampai ada yang berkomentar, “Kalau rapat terus, kapan bekerjanya?” Kita harus waspada dengan gejala organisasi yang lebih banyak berencana daripada bertindak. Action strategy is about making things happen.

Keempat, berani berkata “tidak” untuk hal yang diyakininya akan menghambat perusahaan berkembang. Ia memang perlu melakukan penyesuaian dan perubahan, bahkan yang ekstrem sekalipun. Namun, ia juga perlu menjaga agar organisasi tetap berada di jalur yang tepat untuk mencapai target yang sudah ditetapkan.

Membangun OI Anda

Organisasi pastinya tidak terlepas dari beragam aturan main dan birokrasi yang perlu diikuti. Ketimbang hanya mengkritisi beragam sistem ataupun birokrasi yang ada, kita juga perlu berlatih membaca situasi, mengikuti irama birokrasi, dan menggunakan kekuatan organisasi untuk kemajuannya.

Kita juga melihat bahwa mereka yang sukses mendorong organisasinya untuk bergerak mencapai target yang sudah ditetapkan ternyata adalah orang-orang yang juga sukses membangun image dirinya dengan jelas. Sebab, para pengikut pasti ingin mengenali siapa pemimpin mereka dan apakah pantas ia menjadi panutan sebelum memutuskan untuk ikut bergerak.

Kita mengenal Presiden Joko Widodo dengan semangat “Kerja, Kerja, Kerja” dan kesederhanaannya sebagai pemimpin. Kita juga melihat sosok “antikorupsi” Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) yang kerap membuka transparansi proses-proses bekerjanya sehingga rakyat dapat ikut memantau dan mengkritisi. Prinsip hidup dan bekerja ini perlu kita tampilkan sehingga orang lain dengan mudah memahami serta bersedia mengikuti strategi yang kita terapkan karena mereka percaya pada sosok kita.

Kepemimpinan tidak diambil, tetapi diberikan. Orang memberikan kepemimpinan kepada orang yang mereka percayai. Mereka membiarkan orang yang mereka percayai memiliki pengaruh atas kehidupan mereka.--Henry Cloud

 


Terkini Lainnya

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Jumlah Investor Kripto RI Capai 19 Juta, Pasar Kripto Nasional Dinilai Semakin Matang

Jumlah Investor Kripto RI Capai 19 Juta, Pasar Kripto Nasional Dinilai Semakin Matang

Whats New
Libur Lebaran, Injourney Proyeksi Jumlah Penumpang Pesawat Capai 7,9 Juta Orang

Libur Lebaran, Injourney Proyeksi Jumlah Penumpang Pesawat Capai 7,9 Juta Orang

Whats New
Program Peremajaan Sawit Rakyat Tidak Pernah Capai Target

Program Peremajaan Sawit Rakyat Tidak Pernah Capai Target

Whats New
Cara Cetak Kartu NPWP Hilang atau Rusak Antiribet

Cara Cetak Kartu NPWP Hilang atau Rusak Antiribet

Whats New
Produsen Cetakan Sarung Tangan Genjot Produksi Tahun Ini

Produsen Cetakan Sarung Tangan Genjot Produksi Tahun Ini

Rilis
IHSG Melemah Tinggalkan Level 7.300, Rupiah Naik Tipis

IHSG Melemah Tinggalkan Level 7.300, Rupiah Naik Tipis

Whats New
Sempat Ditutup Sementara, Bandara Minangkabau Sudah Kembali Beroperasi

Sempat Ditutup Sementara, Bandara Minangkabau Sudah Kembali Beroperasi

Whats New
Sudah Salurkan Rp 75 Triliun, BI: Orang Siap-siap Mudik, Sudah Bawa Uang Baru

Sudah Salurkan Rp 75 Triliun, BI: Orang Siap-siap Mudik, Sudah Bawa Uang Baru

Whats New
Harga Naik Selama Ramadhan 2024, Begini Cara Ritel Mendapat Keuntungan

Harga Naik Selama Ramadhan 2024, Begini Cara Ritel Mendapat Keuntungan

Whats New
Mentan Amran Serahkan Rp 54 Triliun untuk Pupuk Bersubsidi, Jadi Catatan Sejarah bagi Indonesia

Mentan Amran Serahkan Rp 54 Triliun untuk Pupuk Bersubsidi, Jadi Catatan Sejarah bagi Indonesia

Whats New
Kasus Korupsi PT Timah: Lahan Dikuasai BUMN, tapi Ditambang Swasta Secara Ilegal

Kasus Korupsi PT Timah: Lahan Dikuasai BUMN, tapi Ditambang Swasta Secara Ilegal

Whats New
4 Tips Mengelola THR agar Tak Numpang Lewat

4 Tips Mengelola THR agar Tak Numpang Lewat

Spend Smart
Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis, Stafsus Erick Thohir: Kasus yang Sudah Sangat Lama...

Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis, Stafsus Erick Thohir: Kasus yang Sudah Sangat Lama...

Whats New
komentar di artikel lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com