Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Sarinah, Mal Tertua di Indonesia yang Digagas Bung Karno

Kompas.com - 21/03/2022, 09:23 WIB
Muhammad Choirul Anwar

Penulis


KOMPAS.com – Mal Sarinah, pusat perbelanjaan tertua di Jakarta yang terletak di Jalan MH Tamrin kembali dibuka untuk umum mulai Senin (21/3/2022) hari ini.

Mal pertama di Indonesia tersebut memang sempat ditutup sementara untuk dilakukan perbaikan besar-besaran sejak 2020.

Bagaimana sejarah Sarinah yang sampai saat ini masih bertahan sebagai mal tertua di Indonesia? Mengapa mal tertua di Jakarta tersebut diberi nama Sarinah?

Baca juga: Sejarah SilverQueen, Produk Cokelat Asal Indonesia yang Mendunia

Artikel ini akan mengulas sejumlah fakta unik mengenai perjalanan mal Sarinah. Termasuk mengenai asal-usul pemberian nama Sarinah yang masih bertahan hingga saat ini.

Perusahaan di balik mal Sarinah

Mal Sarinah dikelola oleh perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) bernama PT Sarinah (Persero) yang bergerak di bidang ritel.

Dikutip dari laman resmi perseroan, Sarinah didirikan tanggal 17 Agustus 1962 sesuai akta Notaris Eliza Pondaag No. 33 dengan nama PT Departemen Store Indonesia.

Kepemilikan Sarinah 100 persen dikuasai oleh Negara Republik Indonesia, dengan modal dasar sebesar Rp 100 miliar, serta modal ditempatkan dan disetor penuh sebanyak Rp 46,85 miliar.

Baca juga: Kisah di Balik Sandal Jepit Swallow, Alas Kaki Populer Asli Indonesia

Adapun pergantian nama perusahaan dari PT Departemen Store Indonesia menjadi PT Sarinah (Persero) secara resmi terjadi pada 10 April 1978.

Pembangunan Sarinah digagas Soekarno

Sarinah merupakan pelopor bisnis ritel modern di Indonesia. Pembangunan mal pertama di Indonesia ini merupakan gagasan dari Bapak Proklamator Indonesia Soekarno.

Bung Karno menggagas mal Sarinah sebagai pusat perbelanjaan tertua di Jakarta sekaligus mal tertua di Indonesia untuk mewadahi kegiatan perdagangan produk dalam negeri serta mendorong pertumbuhan perekonomian Indonesia.

Misi besar tersebut diwujudkan melalui pembangunan Gedung Sarinah di Jalan MH Thamrin, Jakarta. Peresmian Gedung Sarinah pada 15 Agustus 1966 sekaligus menandai kehadirannya sebagai pusat perbelanjaan pertama di Indonesia.

Baca juga: Kisah Mi Instan Andalan Indofood: Supermi, Indomie, dan Sarimi

Dengan begitu, sejak awal didirikan, Sarinah sudah mengemban amanat Presiden Soekarno bahwa mal tertua di Jakarta itu harus menjadi pusat perdagangan dan promosi barang-barang produksi dalam negeri, terutama hasil pertanian dan perindustrian rakyat.

Di usianya yang kini lebih dari lima dekade, Sarinah telah melebarkan sayap usaha dengan menelurkan sejumlah anak usaha.

Peran aktif Sarinah sebagai mitra menjangkau perajin tradisional di pelosok, koperasi di berbagai desa dan kota, hingga desainer busana ternama di ibukota.

Di sisi lain, kegiatan perdagangannya telah mencakup aktivitas ekspor dan impor beragam komoditas dan mebel.Produk-produk tersebut turut melengkapi etalase sejumlah gerai Sarinah di Jakarta, Semarang, dan Malang.

Baca juga: Sejarah Sandal Jepit Swallow, Pabriknya Berdiri Sejak Tahun 1987

Asal usul nama Sarinah

Salah satu yang unik dari sejarah Sarinah adalah terkait asal usul nama Sarinah. Dari mana Bung Karno mendapat inspirasi pemberian nama tersebut?

Penamaan Sarinah pada mal pertama di Indonesia ini diambil dari nama salah satu pengasuh Presiden Soekarno di masa kecil.

Kesan mendalam tentang kebesaran jiwa sang pengasuh menginspirasi penyematan nama tersebut. Itulah informasi seputar sejarah Sarinah, yang kini kembali dibuka setelah ditutup sementara untuk renovasi.

Baca juga: RI Pernah Ekspor Opium, Jejak Pabriknya Ada di Kampus UI Salemba

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com