Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Medio by KG Media
Siniar KG Media

Saat ini, aktivitas mendengarkan siniar (podcast) menjadi aktivitas ke-4 terfavorit dengan dominasi pendengar usia 18-35 tahun. Topik spesifik serta kontrol waktu dan tempat di tangan pendengar, memungkinkan pendengar untuk melakukan beberapa aktivitas sekaligus, menjadi nilai tambah dibanding medium lain.

Medio yang merupakan jaringan KG Media, hadir memberikan nilai tambah bagi ranah edukasi melalui konten audio yang berkualitas, yang dapat didengarkan kapan pun dan di mana pun. Kami akan membahas lebih mendalam setiap episode dari channel siniar yang belum terbahas pada episode tersebut.

Info dan kolaborasi: podcast@kgmedia.id

Menakar Potensi dan Tantangan "HealthTech" di Indonesia

Kompas.com - 21/03/2022, 15:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Alifia Putri Yudanti dan Brigitta Valencia Bellion

KOMPAS.com - Pandemi membuat beberapa sektor semakin berkembang, salah satunya adalah sektor kesehatan yang menggunakan teknologi sebagai basisnya, yaitu HealthTech.

Teknologi pun akhirnya menjadi sarana penting untuk berkegiatan. Oleh karena itu, penggunaan HealthTech mengalami lonjakan pesat.

Melansir dari Healthtechbase, HealthTech memungkinkan semua layanan kesehatan dapat diakses secara daring tanpa harus bertatap muka dengan dokter. Misalnya, yang mungkin beberapa dari kita pernah rasakan adalah konsultasi dengan dokter secara daring.

Benfredj (2021) mengungkapkan bahwa HealthTech semakin berkembang. Sampai saat ini, peneliti sedang mengembangkan aplikasi yang dapat mendiagnosis penyakit langka dan bekerja sama dengan Mendelian dan Modality NHS Partnership.

Menurut penjelasan Andreas Dymasius dalam siniar Obsesif bertajuk “HealthTech in Indonesia, Potential Scalability and Problems”, HealthTech sebenarnya sudah hadir sejak lama di Indonesia, seperti aplikasi Halodoc yang ada sejak 2016 dan Alodokter sejak 2014.

Akan tetapi, dulu penggunaannya tidak semasif sekarang karena belum ada pandemi dan mobilitas secara luring tinggi. Namun, karena adanya pandemi, adanya perubahan pada layanan konsultasi kesehatan.

Tingginya kesadaran akan kesehatan, membuat HealthTech menjadi pegangan untuk kontrol diri secara rutin. Hal ini dikarenakan HealthTech sangat mudah untuk diakses.

Potensi besar menanti HealthTech di Indonesia

Selain karena pandemi, ternyata terdapat dua faktor lain yang membuat potensi HealthTech di Indonesia cukup besar. Faktor pertama adalah masih belum terpenuhinya akses layanan kesehatan yang merata.

Melansir Kompas.com, Indonesia hanya memiliki 0,36 dokter per 1.000 penduduk sehingga masih berada di bawah standar yang ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia.

Hal ini diperparah bagi masyarakat daerah terpencil karena banyak dari mereka yang kekurangan tenaga kesehatan dan sulitnya akses ke instansi kesehatan.

Baca juga: Tak Hanya Orang Dewasa, Anak Juga Bisa Terkena Diabetes

Faktor kedua adalah mahalnya biaya kesehatan. Diperkirakan, seiring bertambahnya gaji kita maka biaya kesehatan nantinya akan lebih tinggi daripada biaya hidup. Ditambah lagi konsultasi dengan dokter spesialis cenderung mahal bagi beberapa orang.

Bahkan adanya asuransi kesehatan terkadang tak dapat menutupi biaya pengobatan secara penuh. Hadirnya HealthTech diharapkan dapat menjadi alternatif berkonsultasi dengan tenaga kesehatan.

Sementara itu, biaya kesehatan juga akan semakin terjangkau. Dengan menggunakan HealthTech, maka kita secara tidak langsung dapat mengurangi biaya transportasi. Selain itu, harga konsultasi cenderung lebih murah karena terkadang penyedia aplikasi bisa memberikan potongan harga.

Alasan HealthTech cocok berkembang di Indonesia

Alasan pertama HealthTech dapat berkembang pesat di Indonesia karena masyarakatnya memiliki banyak populasi yang menguasai dan paham akan teknologi (tech-savvy), yaitu sebesar 73 persen. Bahkan, karena adanya pandemi, jumlah tersebut diperkirakan semakin meningkat.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com