Bisa disebut Prof. IJA adalah guru besar ekonomi regional untuk mahasiswa ekonomi Indonesia. Kiprah beliau tentu saja tidak hanya di dunia akademisi. Beliau tercatat pernah mengepalai unit riset di ADB, Manila.
Entah jabatan apalagi yang beliau emban di samping sebagai pengajar dan peneliti bidang ekonomi regional khususnya dan ilmu ekonomi secara umum.
Sebagai catatan, beliau adalah orang Indonesia yang berbicara di DPR AS untuk menjelaskan sebab-akibat terjadinya krisis moneter di Indonesia tahun 1997/1998.
Hingga saat ini beliau mungkin ekonom Indonesia yang paling produktif menulis buku dan makalah ilmiah di jurnal luar negeri.
Saya beruntung dapat membaca buku terbaru IJA berjudul Periphery and Small Ones Matter, Interplay of Policy and Social Capital, yang diterbitkan oleh Bank Indonesia Institute (2022).
Buku ini mengulas fenomena dua ketimpangan ekonomi yang terjadi di Indonesia, yaitu ketimpangan antarwilayah dan ketimpangan antara usaha besar modern dan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM).
Analisis terhadap ketimpangan wilayah biasanya berfokus pada alokasi investasi yang tidak merata antardaerah dan adanya perbedaan kapasitas pemerintah daerah dalam memanfaatkan otonomi daerah yang lebih besar.
Untuk melengkapi kajian yang sudah ada, IJA menitikberatkan analisisnya pada kekuatan aglomerasi dari dalam (endogenous forces of agglomeration) dan struktur dari kaitan ekonomi antardaerah sebagai bagian dari institusi yang ada.
Adapun dualisme dalam kegiatan usaha umumnya menyoroti berbagai kendala yang dihadapi UMKM, seperti dalam hal modal, keterampilan, informasi, pemasaran, teknologi, dan sebagainya.
IJA menganalisis UMKM dari sisi lain, yaitu persepsi pelaku usaha kecil terhadap modal sosial, kebijakan pemerintah, dan interaksi antara keduanya.
Modal sosial dijelaskan sebagai kapasitas untuk berpartisipasi dan berkoordinasi dari berbagai pihak untuk mencapai tujuan bersama.
Sepanjang tahun 2021, di tengah-tengah merebaknya pandemi Covid-19, IJA dan tim melakukan wawancara dengan banyak pengusaha yang tersebar di berbagai daerah.
Tujuannya untuk mendengar dan memahami persepsi pelaku UMKM terhadap berbagai masalah yang membuat mereka umumnya tidak efisien, tidak produktif dan tidak kompetitif.
Riset yang dilakukan berusaha untuk mengetahui sejauhmana institusi dan modal sosial berperan dalam penyikapan UMKM terhadap kebijakan pemerintah untuk memajukan mereka.
Institusi ada yang berwujud formal seperti kebijakan, perundang-undangan dan peraturan pelaksanaannya, pada tingkat nasional dan regional.