Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Herry Darwanto
Pemerhati Sosial

Pemerhati masalah sosial. Bekerja sebagai pegawai negeri sipil sejak 1986 hingga 2016.

Memajukan UMKM untuk Mengurangi Ketimpangan

Kompas.com - 23/03/2022, 13:39 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

KETIMPANGAN antarwilayah adalah keniscayaan. Tidak pernah terdengar ada suatu negara yang daerah-daerahnya sama majunya, baik secara ekonomi, sosial, politik, dan sebagainya.

Itulah sebabnya riset tentang ketimpangan atau kesenjangan antarwilayah tidak pernah berhenti dilakukan akademisi.

Di era Indonesia merdeka, makalah ilmiah tentang ketimpangan daerah sudah ditulis sejak tahun 1970-1980-an.

Beberapa ilmuwan ekonomi daerah pada saat itu antara lain Hendra Esmara, Madjid Ibrahim, Syafrizal.

Pengamat ekonomi regional dari negara lain di antaranya Hal Hill, Mike Douglass, Takahiro Akita.

Namun pakar ekonomi daerah yang mungkin paling terkenal hingga saat ini adalah Profesor Iwan Jaya Azis (IJA).

Saya mengenal Prof. IJA sewaktu beliau belum lama menyelesaikan program doktornya di Cornell University dan diminta menyusun kajian ekonomi daerah untuk proyek National Urban Development Study (NUDS) di Departemen Pekerjaan Umum pada awal tahun 1980-an.

Saya ingat betul cerita beliau tentang perbedaan antara telur ceplok dengan telur dadar, dalam suatu pertemuan bersama tim penyusun kajian NUDS.

Telur ceplok menggambarkan partisipasi, sedangkan telur dadar menggambarkan keikutsertaan/involvement.

Saat itu beliau masih muda, sekitar 30 tahunan; namun sudah terlihat kepakarannya yang menonjol.

Gaya bicara beliau yang runtut, logis dan menjelaskan; baik dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris, sangat enak didengar.

Dalam berbagai pertemuan beliau sering menginformasikan kepada anak-anak muda, termasuk kami yang bekerja sebagai PNS, dan tentunya juga para mahasiswa beliau di Universitas Indonesia, dll, tentang peluang belajar di luar negeri.

Sekian puluh tahun kemudian kita mendengar tokoh-tokoh ekonomi hasil didikan Prof. IJA, sebutlah Sri Mulyani, Armida Alisjahbana, Chatib Basri, Bambang Brodjonegoro.

Sebagai guru besar di UI dan Universitas Cornell, tentunya beliau mondar-mandir Indonesia-AS.

Dan selama di sini, beliau sering menjadi dosen tamu di berbagai universitas, di Jawa maupun di luar Jawa.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com