Kunjungan ini merupakan tindak lanjut pertemuan bilateral antara Indonesia dengan Turki yang telah terjadi pada awal November 2021. Menurut Basuki, hingga saat ini setidaknya terdapat dua perusahaan Turki yang telah menindaklankjuti. Salah satunya merupakan perusahaan terbesar kedua di dunia untuk bidang perumahan prefabrikasi.
Baca juga: Jokowi: IKN Nusantara Akan Jadi Motor Inovasi Pembangunan Ekonomi Masa Depan
Luhut juga pernah menawarkan proyek pemerintah kepada sejumlah investor yang ada di Singapura. Saat ditanya sektor manakah yang bisa menjadi tempat berinvestasi yang potensial, dia menyebut energi alternatif, startup, rumah sakit, dan ibu kota negara baru masih terbuka untuk investasi.
"Di Ibu Kota Baru Anda bisa menanamkan modal di sektor infrastruktur. Kami akan menjadikan kota tersebut sebagai kota hijau. Rumah sakit juga cukup menjanjikan," kata Luhut dalam keterangan tertulis, Kamis (9/1/2020).
Softbank pun juga diklaim tertarik berinvestasi di IKN baru sebesar 100 miliar dollar AS. Pada 10 Oktober 2020, Luhut menemui CEO SoftBank Masayoshi Son di Jakarta untuk membahas investasi tersebut.
Luhut mengatakan, perusahaan investasi asal Jepang tersebut tertarik untuk bergabung dalam pembangunan ibu kota baru, namun tak menjelaskan secara rinci jenis investasi apa yang diinginkan Softbank.
Usai pemerintah telah menjajaki sejumlah negara, sayangnya negara-negara tersebut belum memberikan sinyal kepastian. Bahkan, ada satu negara yang justru mundur dari megaproyek IKN Nusantara. Softbank tidak jadi menanam investasi di proyek IKN Nusantara.
Baca juga: ADB Siap Bantu RI Bangun IKN Nusantara
Keputusan itu terjadi usai Presiden Joko Widodo menunjuk CEO Softbank, Masayoshi Son sebagai dewan pengarah pembangunan IKN Nusantara, bersama putra mahkota Abu Dhabi Mohammed bin Zayed Al Nahyan dan mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair.
Mantan Kepala Staf Kepresidenan ini mengungkapkan, akan mengganti Son dengan sosok yang lain. Sebab mundurnya Son membuat namanya turut terlempar dari Dewan Pengarah.
"Enggak lagi (jadi dewan pengarah). (Penggantinya) lagi kita cari. Enggak (tergantung investornya) juga. Bisa iya, bisa enggak," kata Luhut usai konferensi pers Kick Off Digital Economy Working Group (DEWG) G20, di Jakarta, Selasa (15/3/2022).
Ia pun menepis kabar yang menyebutkan bahwa investasi di IKN Nusantara tidak menguntungkan bagi investor. Hal ini menyusul mundurnya Softbank, perusahaan multinasional asal Jepang.
"Enggak ada urusan itu, dia masalah dia. Murni masalah dia. Kita dapatkan 20 miliar dollar AS dari UEA kan. Itu masuk lewat Indonesian Investment Fund," kata dia.
Luhut menjelaskan, mundurnya Softbank terlibat pembiayaan IKN Nusantara lantaran dana yang ada di Vision Fund berkurang. Awalnya, Arab Saudi dan Abu Dhabi ingin menempatkan dananya di Softbank Vision Fund tersebut.
Namun ternyata, keduanya malah mengurungkan niatnya. Meski begitu, Luhut berharap anggaran yang dimiliki Arab Saudi dan Abu Dhabi ini bisa disalurkan ke Indonesia lewat investasi.
Baca juga: Pemerintah Siapkan Skema untuk Tarik Investor Proyek IKN Nusantara, Seperti Apa?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.