Oleh: Frangky Selamat
“Saya ingin cepat kaya, punya mobil mewah, rumah besar, tanah luas, jalan-jalan ke luar negeri, senang-senang dan itu sulit terwujud jika saya menjadi karyawan bergaji tetap dan kecil pula,” ungkap seorang mahasiswa ketika ditanya motivasinya ingin menjadi wirausaha.
Alasan itu tidak cuma diutarakan satu atau dua mahasiswa saja, hampir separuh kelas kewirausahaan yang saya asuh menyatakan persetujuannya.
Menjadi kaya? Apakah arti kaya “yang sesungguhnya”? Jika mengacu pada jawaban sang mahasiswa tentu mengarah pada harta duniawi. Anak zaman sekarang bilang itu “hedon”.
Jika ditelusuri lebih lanjut ternyata kaya di mata mereka adalah jalan menuju bahagia.
“Kalau saya miskin bagaimana bisa bahagia, jika hanya untuk makan dan senang-senang saja, sudah susah,” lanjut sang mahasiswa itu lagi.
Menjadi kaya adalah salah satu sarana untuk bahagia. Tidak ada yang salah, tetapi tingkatannya masih rendah, demikian sejumlah pemuka agama berpendapat.
Dengan menjadi kaya semestinya bisa memuliakan sesama. Membuat senang sang Pencipta.
Mengacu ke Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), mulia bermakna tinggi (tentang kedudukan, martabat dan pangkat), tertinggi dan terhormat.
Alangkah indahnya jika dengan kaya dapat memuliakan sesama. Membuat masyarakat bahagia dan sejahtera.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.