Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perkembangan Pembangkit EBT Bergantung Pada Teknologi Baterai

Kompas.com - 24/03/2022, 14:51 WIB
Aprillia Ika

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Perkembangan pembangkit energi baru dan terbarukan (EBT) akan bergantung pada teknologi dan harga baterai, terutama untuk pembangkit listrik tenaga surya (PLTS). 

Dengan perkembangan teknologi baterai yang makin murah, diprediksi perkembangan pembangkit EBT mulai marak pada 2028, lalu naik eksponensial pada 2040, dan pada 2045 porsi EBT diperkirakan mendominasi total pembangkit di Tanah Air. 

Hal itu disampaikan oleh Munief Budiman, Executive Vice President Pelayanan Pelanggan Retail PLN, pada webinar dengan tema "PLTS Atap untuk Industri, Siapa yang Untung?" yang digelar Rabu (23/3/2022).

“Dekade berikutnya, seluruh pembangkit listirk di Indonesia berasal dari EBT,” ujar Munief, melalui rilis pers, Kamis (24/3/2022).

Baca juga: EBT Berpotensi Cerah, Obligasi Tamaris Hydro Oversubscribed

PLN sendiri berkomitmen mendukung pemerintah untuk mencapai target bauran EBT sebesar 23 persen pada 2025 yang ditunjukkan pada pilar transformasi hijau (green) PLN. Yakni, dengan berupaya memimpin transisi energi Indonesia melalui peningkatan EBT secara pesat dan efisien.

Saat ini sebaran sistem kelistrikan secara nasional semuanya surplus sangat tinggi di atas 30-40 persen. Bahkan ada yang surplus 109 persen di sistem Nias. Sedangkan untuk Jawa – Bali surplusnya 50 persen.

Sementara, hanya ada beberapa di sistem khatulistiwa yang sistem reserve marginnya 9 persen. Ini menunjukkan cadangan kapasitas listrik banyak yang belum terutilisasi.

“PLN perlu arif dan bijaksana agar kapasitas ini bisa dimanfaatkan dan bisa ikut berpartisipasi dalam pengembangan EBT,” katanya.

Baca juga: Kementerian ESDM Kejar Pengoperasian Pembangkit EBT Sesuai Target

PLTS Atap jadi unggulan untuk capai target bauran energi

Andriah Feby Misna, Direktur Aneka EBT Kementerian ESDM mengatakan, untuk sektor energi pemanfaatan EBT menjadi hal yang sangat kritikal untuk transisi energi.

ESDM mengestimasi pada 2060, untuk pemanfaatan pembangkit, sebanyak 60 persen akan berasal dari energi surya.

Dengan demikian, PLTS saat ini menjadi salah satu prioritas pengembangan pembangkit EBT. Potensinya yang cukup besar dan waktu kontruksinya cukup pendek membuat PLTS menjadi prioritas.

 

“Kalau bicara PLTS atap yang menjadi salah satu program untuk mencapai target 23 persen, maka pada 2025 ditargetkan terpasang 3,6 GW. 2025 harapan kami sektor industri mempunya peran cukup tinggi untuk mengimplementasikan PLTS atap,” kata Feby.

ESDM mencatat, perkembangan PLTS atap berjalan signifikan. Pada dua bulan pertama 2022, ada 5.321 pelanggan baru dan kapasitas 59,84 MWp atau sebesar 13,3 persen dari target 2022.

Berdasarkan sebaran lokasinya, pelanggan PLTS atap mayoritas berada di wilayah Jawa dan Bali. Berdasarkan kategori pelanggan, jumlah pelanggan PLTS atap paling tinggi berasal dari pelanggan rumah tangga, yakni sekitar 4.175 pelanggan.

“Berdasarkan kapasitas PLTS atap, paling tinggi berasal dari pelanggan industri 17,7 MW. Ini kami harapkan bisa terus didorong ke depannya,” kata Feby.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com