Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Luhut Tolak Didikte Tesla: Indonesia Bukan Republik Pisang

Kompas.com - 25/03/2022, 09:50 WIB
Muhammad Idris

Penulis

KOMPAS.com - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengultimatum Tesla untuk memenuhi syarat darinya jika berniat untuk berinvestasi di Indonesia.

Dikutip dari Antara, Jumat (25/3/2022), dalam acara Closing Ceremony Business Matching Belanja Produk Dalam Negeri 2022, Luhut menyebutkan, produsen mobil listrik asal AS itu baru saja menyampaikan minat untuk kembali masuk ke Indonesia setelah sebelumnya batal.

Baca juga: BPJS Kesehatan Ternyata Tak Jamin Pelayanan Kesehatan Korban Begal, Tawuran, hingga Kekerasan Seksual

Luhut pun dengan tegas mengingatkan bahwa dua tahun lalu perusahaan milik Elon Musk itu pernah menyampaikan minat untuk mengembangkan baterai litium di Indonesia. Namun, rencana itu batal karena perusahaan itu dinilai terlalu banyak mendikte.

"Saya bilang, 'Hey Anda itu dua tahun yang lalu sudah telepon saya mau bikin baterai litium'. Anda... semua mau mendikte, saya bilang, 'Hey you cannot do this. Today is different. Kita harus sama'," kata Luhut berusaha menirukan ultimatumnya ke pihak Tesla melalui sambungan telepon.

Baca juga: Luhut Cerita Pernah Ditegur Dubes AS karena Merugikan Negaranya

"Saya bilang, 'Kamu enggak bisa begitu lagi. This country is not banana republic! This country is a great country!" sambung Luhut dalam ceritanya.

Banana republic atau republik pisang merupakan julukan untuk beberapa negara Amerika Latin di masa lalu yang ekonominya miskin akibat kondisi ekonomi dan politik tidak stabil lantaran sering dilanda perebutan kekuasaan.

Karena karut-marutnya ekonomi ini, banyak negara Amerika Latin hanya mengandalkan ekspor pisang ke Amerika Serikat. Selain itu, banyak korporasi besar asal AS ikut mendikte penguasa lokal demi keuntungan ekonomi.

Baca juga: Meneropong Sumber Kekayaan Bos MS Glow Juragan 99, yang Omzet Fantastisnya Kalahkan Martha Tilaar dan Mustika Ratu

Sudah gandeng investor China

Indonesia, kata Luhut, bukan negara republik pisang yang mau didikte perusahaan AS. Bahkan, Indonesia sudah memiliki kesepakatan bisnis dengan perusahaan baterai kendaraan listrik asal China dan Korea Selatan, yaitu CATL dan LG.

Baca juga: Membandingkan Omzet Rp 7,2 Triliun MS Glow Vs 2 Raksasa Kosmetik RI

Keduanya diklaim memegang hampir 55 persen pasar baterai litium dunia. Kerja sama dengan kedua perusahaan itu diyakini akan membuat Indonesia menjadi pemain global baterai litium. Terlebih lagi, pada tahun 2024, Indonesia ditargetkan akan mulai memproduksi baterai litium.

Luhut mengingatkan, jika Tesla ingin masuk, perusahaan itu harus menuruti syarat yang diberikan oleh Pemerintah Indonesia. Hal itu, lanjut Luhut, juga diterapkannya kepada investor lain, termasuk China.

Sejumlah syarat yang diminta Pemerintah Indonesia kepada investor asing di antaranya transfer teknologi, teknologi yang ramah lingkungan, wajib mendidik tenaga kerja lokal, serta memberikan nilai tambah.

"Saya enggak mau kalau datang deal, jangan kau (Tesla) yang bikin syarat ke kami. Saya yang bikin syarat ke kamu karena itu yang saya lakukan kepada Tiongkok," ucap Luhut.

Baca juga: Luhut: Dulu Saya Dituduh Sama China Segala Macam, Lihat Dampaknya ke RI...

"Tidak pernah Tiongkok kasih syarat ke saya, saya (yang) kasih syarat. Kau mau enggak kalau kita harus B to B? Harus teknologi transfer, harus first class technology, harus yang ramah lingkungan. Dia bilang mampu, (jadi), oke deal," katanya.

Ditegur Dubes AS

Dalam kesempatan yang sama, Luhut juga mengaku pernah ditegur oleh Pemerintah Amerika Serikat. Sebab, Pemerintah Indonesia menghilangkan produk AS dalam e-katalog pemerintah.

Hal itu dirasa merugikan ekspor Negeri Paman Sam. Luhut kemudian menjawab bahwa hal itu dilakukan karena mencontoh AS.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com