JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan setiap negara di dunia saat ini menghadapi kesulitan karena melonjaknya harga sejumlah komoditas utama, salah satunya minyak dunia. Lonjakan harga minyak dunia dipicu pasokan global yang semakin ketat.
Ia menjelaskan, harga minyak dunia saat ini sudah bergerak di atas 100 dollar AS per barrel, melonjak dua kali lipat dari harga normal yang sekitar 50-60 dollar AS per barrel. Kondisi ini membuat sejumlah negara menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM).
Jokowi menilai kenaikan harga BBM menjadi isu yang sensitif di Indonesia. Lantaran, ketika terjadi kenaikan harga BBM, meski tidak lebih besar dibandingkan negara lainnya, pasti memicu gelombang demonstrasi.
"Kalau kita lihat, (harga minyak dunia) dari yang dulu itu sekitar 50-60 dollar AS per barrel, sekarang sudah 118 dollar AS per barrel. Naik dua kali lipat," ujarnya saat memberikan pengarahan pada acara Afirmasi Bangga Buatan Produk Indonesia, Jumat (25/3/2022).
Baca juga: Lebih Hemat Pakai Motor Listrik atau Motor BBM? Ini Hitungan Pemerintah
"Sehingga negara-negara yang tidak mensubsidi BBM-nya naik 2 kali lipat, bayangkan. Kita (di Indonesia) naik kadang-kadang 10 persen saja demonya 3 bulan. Ini naik 2 kali lipat artinya naik 100 persen," lanjut Jokowi.
Selain minyak dunia, kata Jokowi, kondisi ekonomi dunia yang tidak baik-baik saja, juga tercermin dari melambungnya harga gas dan harga komoditas pangan. Hal itu tak lepas dari dampak pandemi Covid-19 yang semakin diperparah dengan perang antara Rusia dan Ukraina.
Seperti diketahui, Rusia merupakan pengekspor minyak mentah terbesar kedua di dunia dengan berkontribusi 7 persen dari total minyak global, serta menjadi salah satu pengekspor gas terbesar. Di sisi lain, Rusia dan Ukraina juga menjadi negara penyuplai gandum terbesar.
"Gas naik, harga pangan naik. Kelangkaan harga pangan, termasuk yang terseret harga kedelai, lalu harga gandum. Harga gandum itu karena penyuplai gandum dunia itu Ukraina, Rusia. Jadi ini lari ke mana-mana kelangkaan energi, kelangkaan pangan, kelangkaan kontainer," papar Jokowi.
Baca juga: Berapa Sebenarnya Harga Keekonomian Pertamax?
Kenaikan harga sejumlah komoditas utama dan kelangkaan kontainer yang saat ini terjadi memicu inflasi. Mantan Gubernur DKI Jakarta itu pun meminta para kepala daerah dan pemimpin BUMN harus berhati-hati dan mencari solusi agar dapat mengendalikan harga barang-barang kebutuhan pokok.
"Hati-hati, kita sekarang ini masih bisa kendalikan inflasi di angka 2,2 persen. Amerika Serikat yang biasanya tidak pernah lewat dari 1 persen, sekarang sudah di angka 7,5 persen. Turki bahkan naik hampir 50 persen," katanya.
"Ini yang kemudian semua gubernur, bupati, walikota, dan dirut-dirut BUMN harus mengerti dan bisa mencari jalan keluar bagaimana cara mengendalikannya," pungkas Jokowi.
Baca juga: Jokowi: IKN Nusantara Akan Jadi Motor Inovasi Pembangunan Ekonomi Masa Depan
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.