Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Singgung Kelangkaan Energi hingga Pangan, Jokowi: Harga-harga Akan Naik...

Kompas.com - 25/03/2022, 14:20 WIB
Fika Nurul Ulya,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyinggung kelangkaan komoditas energi dan pangan akibat kondisi geopolitik yang memanas belakangan ini.

Kelangkaan komoditas itu, ditambah dengan langkanya kontainer sebagai logistik akan memicu tingginya harga-harga barang, baik di dalam maupun di luar negeri.

Jokowi menjelaskan, naiknya harga pangan terjadi karena seluruh dunia mencari pasokan komoditas yang sama, saat eksportir utama komoditas tersebut dilanda peperangan. Salah satu komoditasnya adalah gandum dari Ukraina dan Belarusia.

Baca juga: Jokowi: Kalau Kita Beli Barang Impor Sama Saja Kita Beri Pekerjaan ke Negara Lain...

Kelangkaan makin diperparah dengan minimnya kontainer. Sekalipun ada, ongkos kirimnya melonjak jadi 6 kali lipat dari harga normal.

"Artinya apa? Beban barang itu juga akan naik, terbebani oleh trade cost, biaya kontainer, yang akhirnya nanti konsumen membeli jauh lebih mahal. Artinya harga-harga akan naik," kata Jokowi dalam arahannya di acara Aksi Afirmasi Bangga Buatan Indonesia di Jakarta, Jumat (25/3/2022).

Jokowi mengungkapkan, harga minyak melonjak sekitar 118 dollar AS per barel, dua kali lipat dari harga normal di kisaran 50-60 dollar AS per barel. Tingginya harga minyak lantas membuat subsidi energi oleh pemerintah meningkat dari asumsi APBN.

Sementara bagi negara yang tidak memberi subsidi energi kepada warganya, kenaikan harga akan langsung dirasakan oleh konsumen.

Hal ini cukup membuat pusing kepala negara di dunia. Tak heran, Jokowi menerima berbagai telepon dari Presiden Prancis, Presiden China, hingga kanselir Jerman dalam dua minggu terakhir.

Baca juga: Jokowi Yakin Industri Syariah RI Bisa Mengentaskan Kemiskinan, Potensinya 1,5 Triliun Dollar AS

"Bayangkan, kita naik kadang-kadang 10 persen saja demonya 3 bulan. Ini naik dua kali lipat, artinya 100 persen naik. Gas naik, harga pangan naik.

Ukraina Eksportir Gandum Terbesar RI

Selain energi, kenaikan harga juga terjadi pada komoditas kedelai dan gandum. Indonesia sendiri banyak mengimpor gandum dari Ukraina.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, nilai impor serealia RI dari Ukraina pada tahun 2021 mencapai 946,5 juta dollar AS dengan pangsa sebesar 23,23 persen.

Impor gandum dari Ukraina ini menjadi yang terbesar. Adapun impor gandum dari Australia mencapai 1,47 miliar dollar AS dengan share 36,25 persen.

Namun sepanjang tahun 2022, impor serealia dari Ukraina menyusut signifikan, usai Rusia mengumumkan operasi militer di negara itu pada tanggal 24 Februari 2022.

"Kelangkaan harga pangan naik, termasuk yang terseret harga kedelai misalnya, harga gandum misalnya, karena pensuplai gandum dunia itu Ukraina, Rusia, Belarusia, semuanya. Lari kemana-mana," ungkap Jokowi.

Ujung-ujungnya kata Jokowi, pengaruhnya akan menyasar tingkat inflasi. Negara-negara di dunia sudah mengalami inflasi tinggi, seperti AS dengan capaian inflasi 7,5 persen, dan Turki mencapai hampir 50 persen.

Sementara Indonesia, masih mampu menjaga inflasi dengan tingkat 2,06 persen (year on year/yoy) pada Februari 2022. Berdasarkan tahun kalender, tingkat inflasi (year to date/ytd) mencapai 0,54 persen.

Baca juga: Jokowi: Perang Bikin Pusing Semua Negara, Perdalam Krisis Ekonomi Dunia

"Oleh sebab itu yang paling gampang kita lakukan adalah bagaimana APBN dan APBN bisa men-trigger pertumbuhan ekonomi kita sendiri. Caranya, ya kita harus memiliki keinginan yamg sama untuk membeli, untuk bangga pada buatan kita sendiri," tandas Jokowi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kartu Prakerja Gelombang 66 Resmi Dibuka, Berikut Persyaratannya

Kartu Prakerja Gelombang 66 Resmi Dibuka, Berikut Persyaratannya

Whats New
Kemensos Buka 40.839 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Kemensos Buka 40.839 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Whats New
Pemudik Lebaran 2024 Capai 242 Juta Orang, Angka Kecelakaan Turun

Pemudik Lebaran 2024 Capai 242 Juta Orang, Angka Kecelakaan Turun

Whats New
Pasar Sekunder adalah Apa? Ini Pengertian dan Alur Transaksinya

Pasar Sekunder adalah Apa? Ini Pengertian dan Alur Transaksinya

Work Smart
Signifikansi 'Early Adopters' dan Upaya 'Crossing the Chasm' Koperasi Multi Pihak

Signifikansi "Early Adopters" dan Upaya "Crossing the Chasm" Koperasi Multi Pihak

Whats New
Rupiah Tertekan Dekati Rp 16.300 Per Dollar AS, BI Terus Intervensi Pasar

Rupiah Tertekan Dekati Rp 16.300 Per Dollar AS, BI Terus Intervensi Pasar

Whats New
Cara Gadai BPKB Motor di Pegadaian, Syarat, Bunga, dan Angsuran

Cara Gadai BPKB Motor di Pegadaian, Syarat, Bunga, dan Angsuran

Earn Smart
Harga Minyak Dunia Melonjak 3 Persen, Imbas Serangan Balasan Israel ke Iran

Harga Minyak Dunia Melonjak 3 Persen, Imbas Serangan Balasan Israel ke Iran

Whats New
Kembangkan Karier Pekerja, Bank Mandiri Raih Peringkat 1 Top Companies 2024 Versi LinkedIn

Kembangkan Karier Pekerja, Bank Mandiri Raih Peringkat 1 Top Companies 2024 Versi LinkedIn

Whats New
Cara Cek Angsuran KPR BCA secara 'Online' melalui myBCA

Cara Cek Angsuran KPR BCA secara "Online" melalui myBCA

Work Smart
10 Bandara Terbaik di Dunia Tahun 2024, Didominasi Asia

10 Bandara Terbaik di Dunia Tahun 2024, Didominasi Asia

Whats New
Rupiah Melemah, Utang Luar Negeri RI Naik Jadi Rp 6.588,89 Triliun

Rupiah Melemah, Utang Luar Negeri RI Naik Jadi Rp 6.588,89 Triliun

Whats New
Simak, Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di BCA hingga BNI

Simak, Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di BCA hingga BNI

Whats New
Pegadaian Catat Penjualan Tabungan Emas Naik 8,33 Persen di Maret 2024

Pegadaian Catat Penjualan Tabungan Emas Naik 8,33 Persen di Maret 2024

Whats New
BUMN Farmasi Ini Akui Tak Sanggup Bayar Gaji Karyawan sejak Maret 2024

BUMN Farmasi Ini Akui Tak Sanggup Bayar Gaji Karyawan sejak Maret 2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com