Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PLN Bikin Inovasi SuperSUN Buat Listrik Hijau di Daerah 3T, Apa Itu?

Kompas.com - 27/03/2022, 21:09 WIB
Yohana Artha Uly,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi

 

JAKARTA, KOMPAS.com - PT PLN (Persero) melakukan inovasi dengan membuat Sorong Ultimate for Electrifying-Surya Untuk Negeri (SuperSUN) untuk melistriki desa di wilayah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T). Hal ini sekaligus mendukung transisi energi yang menjadi isu strategis dalam KTT G20.

Executive Vice President Technology & Engineering PLN Zainal Arifin mengatakan, SuperSUN merupakan program untuk melistriki wilayah 3T yang tak lagi harus bergantung pada bahan bakar minyak (BBM), melainkan bisa menggunakan tenaga surya.

Lewat program ini, PLN mampu melistriki wilayah 3T dengan energi baru terbarukan (EBT) yang lebih murah dan bisa langsung dipasang tanpa investasi yang besar.

Baca juga: PLN Bangun 60 unit SPKLU Ultra Fast Charging di Bali, Ini Lokasinya

"Bermula dari pilot project mewujudkan Papua terang, SuperSUN kemudian mampu mendukung percepatan rasio elektrifikasi (RE) dan rasio desa berlistrik (RDB) 100 persen demi mewujudkan energi berkeadilan," ujarnya dalam keterangan tertulis, Minggu (27//3/2022).

Zainal mengungkapkan, ide terobosan ini muncul dari kondisi Kampung Yarweser, Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat, yang gelap gulita dan tertinggal karena tidak adanya penerangan pada malam hari. Sebagian rumah memiliki genset pribadi dan mengeluarkan biaya Rp 50.000-Rp 100.000 untuk penerangan selama 6-12 jam saja.

Tim milenial PLN di wilayah Sorong, Papua, dan Papua Barat pun melakukan riset sehingga menghasilkan inovasi yang mampu melistriki kampung-kampung yang jauh dari pusat pembangkit atau di daerah 3T.

SuperSUN sendiri seperti genset yang menggunakan bahan bakar energi matahari. Oleh karena itu, tidak ada emisi dari gas hasil pembakaran yang dikeluarkan SuperSun.

Alat ini dapat dioperasikan secara hybrid dari energi terbarukan dan menyala 24 jam, serta anti blackout. Dilengkapi dengan storage baterai lithium, alat ini juga bisa digunakan untuk mengisi daya motor listrik dan memenuhi kebutuhan listrik rumah tangga seperti kompor induksi atau alat elektronik lain.

Menurut Zainal, implementasi SuperSUN cukup sederhana dan sudah tersambung dengan gawai pelanggan sehingga dimonitoring secara online dan realtime mulai dari jaringan 2G (Edge).

Baca juga: PLN Butuh Rp 1.702 Triliun untuk Melakukan Transisi Energi

"SuperSUN juga tidak membutuhkan operator dan lahan yang luas, biaya pengoperasiannya dan pemeliharaan juga lebih rendah," kata dia.

Kini dengan hasil uji perangkat prototipe SuperSUN pada 9 Maret 2021, hasilnya menunjukkan performa yang sangat baik di Kampung Yarweser yang menggunakan kWh meter prabayar daya 900 VA.

Kemudian, perangkat tersebut digunakan untuk pemasangan 30 calon pelanggan dengan daya terpasang 900 watt sampai dengan 2.000 watt dan membutuhkan biaya investasi sekitar Rp 370 juta.

Menurut Zainal, angka ini lebih rendah dibandingkan dengan penggunaan tabung listrik dan stasiun pengisian energi listrik (SPEL), Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Komunal, Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH), Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD), dan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB).

Ia menambahkan, SuperSUN akan diimplementasikan di berbagai daerah mengingat masih ada 346 desa gelap gulita dan 4.061 desa pra-elektrifikasi. Ini juga sekaligus untuk mendukung program transisi energi untuk mencapai emisi nol atau net zero emission pada 2060.

"PLN bakal menerapkan inovasi SuperSUN di sejumlah wilayah secara masif karena sangat mudah dan cepat diimplementasikan," pungkas Zainal.

Baca juga: PLN dan IBC Mulai Bangun Battery Energy Storage System Tahun Ini

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com