Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Indonesian Insight Kompas
Kelindan arsip, data, analisis, dan peristiwa

Arsip Kompas berkelindan dengan olah data, analisis, dan atau peristiwa kenyataan hari ini membangun sebuah cerita. Masa lalu dan masa kini tak pernah benar-benar terputus. Ikhtiar Kompas.com menyongsong masa depan berbekal catatan hingga hari ini, termasuk dari kekayaan Arsip Kompas.

Krisis Pangan Global, Ancaman Lebih Besar dari Invasi Rusia ke Ukraina

Kompas.com - 30/03/2022, 19:32 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Meski tidak merinci lebih jauh, UNCTAD sudah menyinggung pula bahwa Rusia adalah pemasok utama produk kimia termasuk untuk pupuk, sebagaimana posisinya juga sebagai pemasok utama produk logam dan kayu.

Dampaknya, Indonesia juga terimbas walaupun relatif tak sebesar yang dirasakan banyak negara lain. Bila berkelanjutan, invasi Rusia ke Ukraina dikhawatirkan memicu bola salju krisis pangan, meski tidak seketika dari transaksi dagang komoditas dan atau produk jadi.

KOMPAS.com/PALUPI ANNISA AULIANI Dampak invasi Rusia ke Ukraina terhadap pangan global

Muncul juga di Dewan Keamanan PBB

Ancaman krisis pangan sudah pula mencuat di Dewan Keamanan PBB, Selasa (29/3/2022). Tak hanya itu, krisis pangan ini pun ditengarai bakal memicu kelaparan di banyak negara.

Presiden Rusia Vladimir Putin memulai perang ini. Vladimir Putin menciptakan krisis pangan global ini. Dan dialah yang dapat menghentikannya," kata Wakil Menteri Luar Negeri AS Wendy Sherman, seperti dikutip AFP, Selasa.

Menurut Wendy, Rusia dan Putin yang harus dituding bertanggung jawab atas perang di Ukraina dan efeknya terhadap keamanan pangan global. 

Duta Besar Perancis untuk PBB, Nicolas de Riviere, di forum yang sama menambahkan bahwa risiko kelaparan di seluruh dunia akibat invasi Rusia ini akan menempatkan negara berkembang sebagai yang pertama terkena dampaknya. 

"(Namun), Rusia tidak diragukan lagi akan mencoba membuat kami percaya bahwa sanksi yang diterapkan terhadapnyalah yang menciptakan ketidakseimbangan dalam situasi keamanan pangan dunia," ujar de Riviere.

Duta Besar Moskwa untuk PBB Vassily Nebenzia memang membantah tudingan bahwa Rusia memicu ancaman pangan global dan kelaparan ini. Menurut dia, gejolak di pasar pangan global merupakan histeria atas sanksi yang dijatuhkan ke negaranya.

Merespons situasi ini, Uni Eropa pada Jumat (25/3/2022) mengumumkan inisiatif untuk meminimalisasi kekurangan pangan akibat perang Rusia-Ukraina. Bersama Amerika Serikat, Uni Eropa menginginkan ada komitmen internasional untuk pembatasan ekspor bahan mentah pertanian.

Asisten Sekretaris Jenderal PBB untuk Urusan Kemanusiaan Joyce Msuya mengatakan konflik di Ukraina memunculkan ancaman krisis kemanusiaan seperti di Afghanistan, Yaman, dan di Afrika akan memburuk, di kondisi yang sekarang sudah berhadapan dengan kerawanan pangan. 

Internal Rusia pun khawatir

Bahkan pengusaha terkaya di Rusia, Senin (28/3/2022), khawatir perang di Ukraina ini bila berkepanjangan akan menghadirkan krisis pangan global. Karenanya mereka meminta perang ini segera dihentikan.

Krisis pangan, kata mereka, bisa terjadi karena saat ini harga pupuk sudah terlalu tinggi bagi kebanyak petani.

Salah satu orang kaya Rusia yang menyuarakan ini adalah Andrei Melnichenko, pengusaha batu bara dan pupuk. Bersamanya ada juga Mikhail Fridman, Pyotr Aven, dan Oleg Deripaska.

“Peristiwa di Ukraina benar-benar tragis. Kami sangat membutuhkan perdamaian,” kata Melnichenko, warga negara Rusia kelahiran Belarus dan beribu orang Ukraina, seperti dikutip Reuters.

“Sebagai orang Rusia berdasarkan kebangsaan, Belarusia sejak lahir, dan Ukraina karena darah, saya merasa sangat sakit dan tidak percaya menyaksikan saudara-saudara berjuang dan sekarat.”

Pupuk yang terancam

Produsen pupuk berbasis di Norwegia, Yara International (YAR.OL), Selasa (1/3/2022), dalam pernyataannya mengatakan bahwa situasi di Ukraina menempatkan dunia di posisi terancam krisis pangan tanpa alternatif pengganti dalam jangka pendek. 

Tak hanya dari rantai distribusi bahan kimianya, pupuk juga terancam oleh lonjakan harga gas alam. Pupuk berbasis nitrogen butuh gas alam dalam proses pembuatannya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com