Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

CISDI: Konsumsi Minuman Manis Kemasan RI Tertinggi Ketiga di ASEAN, Terutama Teh Kemasan

Kompas.com - 01/04/2022, 08:45 WIB
Fika Nurul Ulya,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Konsumsi minuman berpemanis dalam kemasan di Indonesia menempati posisi ketiga tertinggi di wilayah ASEAN. Hal ini membuat penerapan cukai pada Minuman Berpemanis Dalam Kemasan (MBDK) perlu dilakukan.

Pakar Advokasi Center for Indonesia Strategic Development Initiatives (CISDI), Abdillah Ahsan menambahkan, konsumsi MBDK dalam beberapa tahun terakhir meningkat signifikan. Total peningkatannya tembus hingga 15 kali lipat dalam 20 tahun terakhir.

Baca juga: Minuman Berpemanis Dikenakan Cukai, Penerimaan Negara Bisa Naik Jadi Rp 6,25 Triliun

Jenis minuman berpemanis yang meningkat paling signifikan adalah air teh dalam kemasan

"Yang paling meningkat drastis adalah air teh dalam kemasan. (Jenis) MBDK adalah air teh kemasan, sari buah kemasan, minuman ringan, dan minuman kesehatan. Di sini kita lihat, air teh kemasan meningkat drastis tinggi sekali. Jadi ini menimbulkan konsen," kata dia dalam webinar di Jakarta, Kamis (1/3/2022).

Baca juga: Pemerintah Buka Opsi Tarik Cukai dari Minuman Berpemanis Tahun Depan

Berdasarkan data Wild, konsumsi minuman manis dalam kemasan Indonesia menjadi tertinggi ketiga setelah Thailand dan Maldives. Konsumsi di Thailand mencapai 59,81 liter per orang per tahun, sementara di Maldives sebesar 37,86 liter per orang per tahun.

Di Indonesia, konsumsinya mencapai 20,23 liter per orang per tahun. Negara lain yang masuk dalam jajaran lima besar adalah Sri Lanka dan Myanmar dengan masing-masing konsumsi sebesar 10,78 liter dan 5,21 liter per orang per tahun.

Baca juga: Pemerintah Diminta Terapkan Cukai Plastik dan Minuman Berpemanis Tahun Depan

Khusus konsumsi air teh dalam kemasan yang menjadi salah satu jenis MBDK, mencapai 250 juta liter lada tahun 2011. Angkanya meningkat menjadi sekitar 400 juta liter dalam 3 tahun, tepatnya tahun 2014.

"Ini kondisi yang sangat mengkhawatirkan sehingga penting sekali untuk melakukan pencegahan dengan mengurangi (konsumsi)," ucap dia.

Baca juga: Teh Kemasan dan Teh Seduh, Mana Lebih Sehat?

Bayang-bayang diabetes

Tak bisa dipungkiri, tingginya konsumsi MBDK berisiko meningkatkan penyakit tidak menular (PTM) seperti obesitas, penyakit diabetes, hipertensi, kerusakan liver dan ginjal, penyakit jantung, bahkan beberapa jenis kanker.

Sayangnya meskipun tidak menular, penyakit ini menyumbang kematian tertinggi. Hasil penelitian tahun 2019 menemukan, 7 dari 10 penyebab kematian tertinggi di Indonesia adalah PTM. Diabetes sendiri menempati peringkat ketiga dari PTM tersebut.

"Ditemukan juga bahwa setengah dari faktor risiko penyebab kematian tertinggi di Indonesia berkaitan dengan gaya hidup, salah satunya adalah kadar gula darah yang tinggi, yang erat kaitannya dengan konsumsi MBDK," beber Peneliti CISDI, Gita Kusnadi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com