Usahawan sosial tidak berhenti berupaya sebelum masalah yang dihadapi masyarakat terselesaikan.
Kepuasan mereka bukan cuan yang banyak, melainkan berkurangnya beban sekelompok orang.
Seperti yang dicontohkan tadi, hilangnya sampah di saluran irigasi yang melewati kampung adalah tujuan utama warga di kampung itu.
Baca juga: Kota 15 Menit untuk Masyarakat Sehat Jasmani dan Rohani
Bahwa saluran irigasi kemudian dapat dijadikan kolam ikan yang menghasilkan uang, itu adalah bagian dari upaya untuk menjaga kebersihan saluran irigasi untuk seterusnya.
Konsep kewirausahaan sosial digali ilmuwan sejak tahun 1980-an (Wikipedia: Social Entrepreneurship).
Ilmuwan terkenal konsep ini antara lain Charles Leadbeater (The Rise of the Social Entrepreneur, 1997), Gregory Dees (The Meaning of Social Entrepreneurship, 1998), David Bornstein (How to Change the World, 2007), Hartigan dan Elkington (The Power of Unreasonable People, 2008).
Keberadaan kewirausahaan sosial di Indonesia juga tidak luput dari perhatian akademisi, antara lain Bevaola Kusumasari (The Business Model of Social Entrepreneurship in Indonesia, 2015) dan Aida Idris & Rahayu Hijrah Hati (Social Entrepreneurship in Indonesia: Lessons from the Past, 2013).
Contoh kewirausahaan sosial di Indonesia adalah sekolah yang didirikan R.A. Kartini di Jepara untuk kaum perempuan pribumi pada era penjajahan Belanda.
Lembaga-lembaga pendidikan dan rumah sakit yang didirikan oleh Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama, dan yayasan-yayasan berbasis agama lain adalah bentuk kewirausahaan sosial lain dalam skala besar.
Wirausahawan sosial kini semakin banyak bermunculan. Sebagai contoh, sebuah perusahaan riset swasta memilih 10 wanita di Indonesia sebagai wirausahawan sosial terbaik pada tahun 2016.
Sebuah bank swasta menyelenggarakan program Social Enterprise Bootcamp, untuk mendorong pebisnis muda Indonesia ikut menyelesaikan masalah sosial melalui inovasi bisnis usaha sosial.
Di negara lain, kewirausahaan sosial yang terkenal adalah Grameen Bank, yang didirikan oleh Muhammad Yunus di Bangladesh pada tahun 1974.
Bank ini memberikan pinjaman bernilai kecil tanpa jaminan, yang sebelumnya menjadi kendala besar bagi pengusaha kecil.
Keberhasilan Grameen Bank menginspirasi pendirian bank serupa di banyak negara berkembang.
Muhammad Yunus mendapat hadiah Nobel Perdamaian pada tahun 2006 sebagai pengakuan atas upayanya membantu masyarakat miskin khususnya kaum perempuan.
Baca juga: Memajukan UMKM untuk Mengurangi Ketimpangan