Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Permintaan Pakan Naik, Sektor Ikan Budidaya Mulai Menggeliat

Kompas.com - 04/04/2022, 16:20 WIB
Agustinus Rangga Respati,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian  Kelautan dan Perikanan (KKP) mengatakan, muncul geliat ekonomi di sektor ikan budidaya menjelang Lebaran 2022.

Dirjen Perikanan Budidaya KKP TB. Haeru Rahayu mengabarkan, tingginya permintaan pakan menjadi salah satu indikator geliat ekonomi di sektor budidaya ikan.

"Sebab kalau yang tradisonal plus, semi-intensif, dan intensif pasti sudah menggunakan pakan buatan. Ini permintaanya sangat luar biasa," jelas dia dalam konferensi pers Senin (4/4/2022).

Baca juga: Permintaan Ikan Diprediksi Akan Naik pada Minggu Pertama Ramadhan

Saat ini, pihaknya sedang fokus untuk membantu penyediaan pakan tersebut. Pasalnya, isu kenaikan bahan bakar minyak (BBM) dan isu perang Rusia-Ukraina ikut berdampak pada harga pakan.

Ia mengaku telah meminta 10 unit pelaksana teknis (UPT) untuk menangani kebutuhan pangan budidaya ikan. UPT tersebut juga telah diminta untuk mendorong agar pembudidaya mampu mengusahakan pakan mandirinya.

Di samping itu, ia mengaku optimis berkaitan dengan pembangunan kampung budidaya ikan.

Berdasarkan pengakuan dia, di Gresik kampung budidaya ikan mempu mencetak perputaran uang sebanyak Rp 1,4 triliun.

Baca juga: Ramadhan dan Idul Fitri, KKP: Stok Ikan Akan Melimpah

"Tahun ini kami akan menuntaskan 130 kampung (budidaya ikan). Tahun depan ada 160 kampung, tahun depannya lagi 150 kampung," urai dia.

Ke depan, pihaknya berencana melakukan pendekatan dari wilayah hulu ke hilir. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan margin dari pembudidaya ikan.

Ia menyebut, selama ini pembudidaya ikan selalu menjual hasil panennya kepada tengkulak. Hal itu membuat hasil yang didapatkan selalu kecil. Oleh sebab itu, KKP ingin memangkas rantai itu, sehingga margin pembudidaya ikan dapat meningkat.

"Misalnya, di kampung budidaya ikan Republik Lele yang ada di Kediri, harga ikannya itu Rp 16.300 (per kilo), sementara untuk biaya pakan Rp 11.000, dan biaya produksi Rp 4.000. Jadi selisihnya itu paling hanya Rp 1.000 sampai Rp 1.500 saja. Kalau satu ton berarti hanya Rp 15 juta," urai dia.

Dari sana, KKP kemudian memberikan solusi dengan meminta pembudidaya memiliki koperasi. Dengan demikian, ada nilai tawar yang lebih kuat. Kemudian, KKP juga telah membuat koneksi antara pembudidaya dengan perusahaan start up untuk membantu pembudidaya menaikkan marginnya.

Baca juga: KKP Gunakan Satelit untuk Awasi Penangkapan Ikan secara Terukur

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

Whats New
Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com