Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Untar untuk Indonesia
Akademisi

Platform akademisi Universitas Tarumanagara guna menyebarluaskan atau diseminasi hasil riset terkini kepada khalayak luas untuk membangun Indonesia yang lebih baik.

Tuntutan Baru Karakter Wirausaha Setelah Badai Krisis Berlalu

Kompas.com - 05/04/2022, 06:15 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Memiliki perspektif jauh ke depan dengan karakter produk dan jasa baru serta mengantisipasi permintaan di masa depan.

Kelima, berani mengambil risiko dengan perhitungan matang (calculated risk-taking) dan berkomitmen pada sumber daya yang tersedia untuk menghadapi lingkungan yang tidak pasti.

Sejatinya dengan kondisi sebagian anak muda yang kini pasif maka disindir sebagai generasi “rebahan” ciri proaktif menjadi modal utama untuk menggerakkan karakter yang lain.

Tanpa proaktif hampir mustahil untuk memiliki semangat berkompetisi, otonomi, inovatif dan mengambil risiko.

Pada masa prakrisis, kelima karakter itu dipandang telah memenuhi tuntutan zaman. Sekarang dengan kondisi yang berbeda, dirasa tidak cukup.

Banyak wirausaha mengibarkan bendera putih menyerah dengan kondisi krisis berkepanjangan. Ketidakpastian begitu tinggi.

Tuntutan baru

Ada dua karakter yang kini menjadi pusat perhatian, yang diyakini dimiliki wirausaha yang bisa bertahan dan bahkan berkembang ketika krisis perlahan mereda, yaitu resiliens (tahan banting) dan agile (lincah).

Wirausaha yang memiliki karakter resiliens dapat beradaptasi secara positif tatkala menghadapi stres dan trauma (Sills dan Steins, 2007).

Seseorang yang memiliki pola pikir positif memungkinkan untuk mencari pengalaman baru dan memandang hidup sebagai pekerjaan yang mengalami kemajuan. Tidak melulu merasa mundur, jalan di tempat apalagi bodoh sendiri.

Krisis yang hingga kini belum sepenuhnya berlalu, bagi sebagian wirausaha telah mendatangkan stres berkepanjangan.

Tidak sedikit yang pesimis dan melihat tidak ada lagi peluang untuk bertahan apalagi berkembang.

Jika wirausaha dapat bertahan karena resiliens yang dimiliki, karakter agile, menjadi penentu langkah berikutnya untuk maju.

Menurut Plonka (1997), agility adalah keadaan di mana individu bersikap terbuka untuk mencari pengetahuan baru.

Dia juga terbuka untuk pengembangan diri, memiliki kemampuan memecahkan masalah, dan ini yang terpenting, dia merasa nyaman dengan pengalaman, teknologi, dan ide-ide baru tersebut.

Tentu saja dia siap untuk menerima tantangan dan tanggung jawab baru.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com