Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jerman Serba Salah, Ingin Bantu Ukraina, tapi Bergantung Gas Rusia

Kompas.com - 07/04/2022, 10:41 WIB
Muhammad Idris

Penulis

KOMPAS.com - Dibanding negara Uni Eropa lainnya, Jerman bisa jadi merupakan negara yang paling bimbang dalam memutuskan kebijakan luar negerinya dalam konflik militer Rusia dan Ukraina.

Sebagai anggota Uni Eropa paling berpengaruh sekaligus anggota NATO, Jerman tentunya sangat ingin mendukung Ukraina dalam perang tersebut. Namun di sisi lain, ekonomi Berlin sangat bergantung pada Rusia.

Seperti yang diketahui, Jerman telah mengandalkan Rusia untuk mengamankan kebutuhan energi gas selama dua dekade terakhir. Menghentikan saluran gas dari Rusia, sama saja akan mengobrak-abrik ekonomi negara itu.

Banyak industri Jerman bergantung gas impor dari Rusia. Belum lagi, jutaan rumah tangga akan susah payah menghadapi musim dingin tanpa aliran gas di rumah mereka.

Baca juga: Mengapa Harga BBM di Malaysia Sangat Murah?

Satu dari dua rumah Jerman dihangatkan dengan gas Rusia selama musim dingin. Gas dari Rusia menggerakkan sebagian besar industri ekspor kebanggaan Jerman, khusus industri otomotifnya.

Sebelumnya, Jerman telah berencana untuk mengganti Rusia sebagai pemasok gas dengan beralih ke gas alam cair (LNG) yang dapat diimpor melalui laut dalam jumlah besar dari produsen seperti Amerika Serikat atau Qatar.

Namun, hal itu tentunya membutuhkan waktu transisi yang cukup lama. Belum lagi, Jerman harus mengeluarkan investasi besar untuk membangun infrastrukturnya.

Dikutip dari The New York Times, Rusia adalah pemasok gas utama ke Jerman melalui pipa Nord Stream 1. Pipa gas yang juga melalui wilayah Ukraina itu mengalirkan gas alam sebesar 60 juta meter kubik per tahunnya.

Baca juga: Sisi Kelam Ukraina: Bisnis Surogasi Rahim atau Pabrik Bayi

Bahkan, aliran gas alam dari Rusia ke Jerman akan semakin besar dengan keberadaan pipa gas raksasa lainnya, Nord Stream 2 yang membantang di bawah Laut Baltik.

Dua pipa gas raksasa itu adalah simbol persahabatan sekaligus ketergantung ekonomi Jerman terhadap Rusia. Belakangan, penyelesaian pipa gas Nord Stream 2 yang belum selesai sepenuhnya dibangun ini dihentikan jelang serangan Rusia ke Ukraina.

"Kami sangat bergantung pada mereka (Rusia). Tidak ada dari kami yang membayangkan Rusia akan berperang. Sekarang Rusia adalah salah satu pemasok utama gas kami dan itu bukan sesuatu yang bisa kami ubah dalam semalam," kata Axel Vogt, Wali Kota Lubmin.

Lubmin adalah satu dari sekian banyak kota di Jerman yang dialiri gas alam dari pipa gas Rusia. Gas dari Rusia sejauh ini berkontribusi sebesar seperempat kebutuhan energi Jerman.

Baca juga: Mahalnya Iron Dome, Teknologi Israel Penghalau Roket Hamas

Bagi negara-negara Eropa lain, termasuk Inggris dan Perancis, keduanya tak terlalu risau dengan pasokan gas dari Rusia. Selain itu, kebutuhan minyak dan batu bara dari Rusia masih bisa digantikan dari negara lain. Hal itu tak berlaku bagi Jerman dengan impor gasnya.

“Membeli minyak dan gas Rusia sama saja membiayai kejahatan perang. Para teman-teman Uni Eropa yang terhormat, ayo bersama stop impor gas dari Rusia. Jangan mau menjadi kaki tangan Rusia," ajak Menteri Luar Negeri Lithuania, Gabrielius Landsbergis.

Selama bertahun-tahun, Berlin mengandalkan Moskow untuk memasok lebih dari setengah impor gasnya, sepertiga dari minyaknya, dan setengah dari impor batu baranya.

Padahal, sejak jauh hari, Jerman sudah diperingatkan Amerika Serikat agar tidak terlalu bergantung pada impor energi dari Rusia. Namun peringatan itu tak digubris Jerman. 

Baca juga: Daftar Negara yang Paling Banyak Membeli Senjata dari Rusia, Indonesia Termasuk?

Menghentikan kebiasaan impor gas dalam waktu mendadak, akan membuat ekonomi Jerman porak-poranda. Belum lagi, negara itu masih dalam fase pemulihan akibat efek pandemi.

“Strategi kami adalah menjadi independen dari gas, batu bara, dan minyak Rusia, tetapi tidak bisa segera,” kata Robert Habeck, Menteri Ekonomi Jerman, yang sibuk bepergian ke Qatar dan Washington untuk mencari kontrak gas alternatif.

Pemerintah mengambil langkah-langkah untuk membuat Jerman independen dari batubara Rusia pada musim panas, dan minyak Rusia pada akhir tahun.

Porsi impor minyak dari Rusia telah turun menjadi 20 persen dan impor batu bara Rusia telah berkurang setengahnya.

Tetapi untuk gas Rusia, tidak akan bisa dipangkas dalam waktu dekat. Ini karena Jerman berkomitmen menjadi negara yang menggunakan energi bersih sepenuhnya di tahun 2045, hal itu pula yang membuat Jerman secara bertahap mematikan pembangkit listrik dari nuklir.

“Kami tidak dapat mengganti gas dalam jangka pendek. Ini akan merugikan kami sendiri ketimbang efeknya ke Rusia, kata Menteri Keuangan Jerman Christian Lindner.

Baca juga: Mengapa Israel Begitu Kaya Raya?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jasa Marga: 109.445 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek Selama Libur Panjang Paskah 2024

Jasa Marga: 109.445 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek Selama Libur Panjang Paskah 2024

Whats New
Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Earn Smart
7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

Whats New
'Regulatory Sandbox' Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

"Regulatory Sandbox" Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

Whats New
IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

Whats New
Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Whats New
Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Whats New
Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Whats New
Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Whats New
Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Whats New
Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Whats New
Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

BrandzView
Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Whats New
Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Whats New
Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com